Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

10 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa dalam membina hubungan sosial yang baik agar memperoleh dukungan sosial, serta melatih kemampuan problem- focused coping sehingga psychological well-being dalam diri mahasiswa dapat tercapai. b. KonselorPraktisi BK di UNY Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi konselorpraktisi bimbingan dan konseling di UNY, yang dinaungi oleh Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling UPT LBK, dalam menyelenggarakan layanan individual atau kelompok bidang BK pribadi dan sosial, yang berkaitan dengan dukungan sosial, problem focused-coping, dan psychological well- being bagi mahasiswa. c. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan dukungan sosial, problem focused-coping, dan psychological well-being. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Psychological Well-Being

1. Pengertian Psychological Well-Being

Well-being menurut Ryff Singer Ninawati dan Fransisca Iriani, 2005: 46 adalah suatu konsep yang terbentuk dari berbagai pengalaman dan fungsi-fungsi individu sebagai manusia yang utuh. Lebih lanjut kedua tokoh tersebut mendefinisikan psychological well-being tidak hanya merupakan bagian kesehatan mental yang bersifat negatif, tetapi lebih mengarah kepada kemampuan individu untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya secara optimal, sebagai individu yang utuh secara fisik, emosional, maupun psikologis. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa psychological well-being terbentuk dari pengalaman hidup individu yang mengarahkan pada perkembangan potensi dan kemampuan individu secara optimal. Sementara itu, Ryan Deci Linley Joseph, 2004: 371 menjelaskan bahwa konsep well-being diikuti oleh dua pandangan yaitu kebahagiaan hedonic well-being dan pengembangan potensi manusia eudaemonic well-being. Hedonic well-being berkaitan dengan beberapa konsep yaitu subjective well-being yang dikembangkan oleh Diener, Suh, Lucas, Smith 1999; kepuasan hidup yang dikembangkan oleh Neugarten, Havighurst, Tobin 1961; serta emosi positif yang dikembangkan oleh Fredrickson 2002. Eudaemonic well-being berkaitan dengan teori psikologi perkembangan, psikologi klinis, dan kesehatan 12 mental. Sumbangan psikologi perkembangan terhadap psychological well- being adalah tahapan perkembangan psikososial Erikson, kecenderungan- kecenderungan dasar untuk mencapai pemenuhan hidup dari Buhler, serta penjabaran perubahan kepribadian orang dewasa dan lanjut usia dari Neugarten. Psikologi klinis memberi sumbangan tentang aktualisasi diri dari Maslow, konsep kematangan dari Allport, pandangan Roger mengenai manusia yang berfungsi penuh, dan rumusan individuasi dari Jung. Ryff juga merujuk konsep kriteria kesehatan positif dari Jahoda. Teori-teori tersebut diintegrasikan menjadi konsep psychological well-being. Menurut Ryff Ninawati dan Fransisca Iriani, 2005: 48-49 psychological well-being adalah suatu kondisi seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, melainkan kondisi seseorang yang menerima dirinya sendiri maupun kehidupannya di masa lalu self-acceptance, senantiasa mengadakan pengembangan diri personal growth, memiliki tujuan dan kebermaknaan hidup purpose in life, memiliki kualitas hubungan yang positif positive relations with others, mampu mengatur kehidupan dan lingkungannya secara efektif environmental mastery, dan mampu menentukan keputusan atau tindakan sendiri autonomy. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa psychological well-being adalah suatu kondisi yang terbentuk dari pengalaman hidup individu yang mengarahkan pada perkembangan potensi dan kemampuan individu secara optimal, ditandai dengan