Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

26 antisosial seperti enggan menolong, tidak peduli, membiarkan orang lain kesusahan cenderung sulit memperoleh dukungan sosial. b. Potensi penyedia dukungan Dukungan sosial yang diterima melalui sumber kedekatan akan lebih efektif dan memiliki arti daripada yang tidak memiliki kedekatan lebih. Terkadang penyedia dukungan tidak sadar bahwa dia dapat memberikan dukungan kepada penerima dukungan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. c. Komposisi dan struktur jaringan sosial Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu, frekuensi hubungan seberapa sering individu bertemu dengan orang tersebut, komposisi jenis hubungan yang dimiliki seperti keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya, serta kedekatan hubungan. Berbeda dengan Smet yang menyebutkan faktor-faktor individu dalam menerima dukungan, Myers Hobfoll Sri Maslihah, 2011: 107 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam memberikan dukungan positif, yaitu: a. Empati Empati adalah kemampuan atau perasaan yang dimiliki seseorang untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. 27 Individu yang mampu berempati cenderung dengan mudah memberikan dukungan sosial pada orang lain. Empati yang dilakukan bertujuan untuk mengantisipasi emosi dan memberi motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesulitan yang dihadapi orang lain. b. Norma dan Nilai Sosial Norma dan nilai sosial yang ada dalam lingkungan berguna untuk membimbing individu dalam menjalankan kewajibannya. Dalam hal ini pemberian dukungan sosial dinilai sebagai suatu norma dan nilai sosial yang sudah seharusnya dilakukan oleh individu tersebut. Sehingga ketika melihat orang lain yang mengalami kesulitan, secara spontan individu tersebut akan memberikan bantuan atau dukungan. c. Pertukaran Sosial Pertukaran sosial adalah hubungan timbal balik diantara perilaku sosial seperti cinta, pelayanan, dan informasi. Keseimbangan dalam pertukaran sosial menghasilkan komunikasi interpersonal yang baik. Dalam hal ini pemberian dukungan sosial dinilai sebagai balasan yang dilakukan individu kepada orang lain, mengingat orang tersebut pernah membantunya sehingga individu merasa harus membalas dengan memberi dukungan dan juga bantuan. Berdasarkan kedua pendapat yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial bisa dilihat dari dua sisi yakni sisi penerima dan pemberi dukungan sosial. Pendapat Smet 28 di atas cenderung melihat faktor dukungan sosial dari pihak yang menerima dukungan sosial, yang meliputi pemenuhan potensi penerima dukungan, potensi penyedia dukungan, serta komposisi dan struktur jaringan sosial. Sedangkan pendapat Myers Hobfoll menyebutkan faktor dukungan sosial dari pihak pemberi dukungan sosial yang meliputi empati, norma dan nilai sosial, serta pertukaran sosial.

C. Problem-Focused Coping

1. Pengertian Problem-Focused Coping

Lazarus Folkman Smet, 1994: 143 mendefinisikan coping sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang penuh dengan tekanan. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa coping adalah suatu usaha dalam bentuk tindakan atau dari dalam dirinya sendiri untuk mengelola mengatasi, mengurangi, menghilangkan saat menghadapi situasi yang menekan. Sementara menurut King 2010: 51 berpendapat bahwa coping adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengelola keadaan dan mendorong usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi seseorang, dan mencari cara untuk menguasai atau mengurangi tekanan yang timbul dari permasalahan tersebut. Upaya mengelola tersebut dapat berupa pemikiran ataupun tindakan sebagaimana disampaikan oleh Stone, Helder Schneider Cohen, 1988: 183 yang mendefinisikan coping 29 sebagai perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran yang mampu dilakukan individu untuk mengatasi situasi-situasi yang sulit. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa coping adalah usaha yang ditunjukkan dalam bentuk pemikiran dan perilaku individu untuk mengelola, mengurangi, atau menghilangkan tekanan pada situasi-situasi yang sulit. Lazarus Folkman Cohen, 1988: 183 mengklasifikasikan coping menjadi dua jenis, yaitu emotion-focused coping dan problem-focused coping. Emotion-focused coping merupakan coping yang berfokus pada pengaturan emosi, ditunjukkan dengan menyangkal, atau menghindari situasi yang penuh tekanan. Problem-focused coping merupakan coping yang berfokus pada masalah, ditandai dengan usaha individu dalam mengelola atau mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya tekanan. Senada dengan pendapat tersebut, Mohino, dkk Yulia Solichatun, 2011: 31 mengungkapkan bahwa problem-focused coping adalah coping yang bertujuan untuk menghilangkan tekanan dengan cara menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah. Individu yang menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah atau situasi yang penuh tekanan akan berpikir logis dan berusaha mencari jalan keluar permasalahannya dengan positif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa problem-focused coping adalah usaha yang dilakukan individu baik