Pengorganisasian dalam program SWALIBA

92 terintegrasi dengan alokasi dana rutin oleh sekolah. Sebagai komitmen sekolah terhadap penyelenggaraan SWALIBA, maka dalam pengalokasian dana sekolah selalu dinggarkan kebutuhan untuk penyelenggaraan program SWALIBA. 4 Perencanaan personil dalam program SWALIBA. Perencanaan personil dalam program SWALIBA dilakukan dengan yaitu dengan menganalisis sumber daya manusia dengan merencanakan pegawai sebagai pihak yang akan diberikan tanggung jawab dalam menjalankan program SWALIBA. Perencanaan tersebut memuat tentang jabatan yang diberikan kepada guru sebagai bentuk dari penunjukan atas jabatan sebagai pengelola yang didasarkan pada kemampuan atau pengetahuan lebih yang dimiliki oleh guru terhadap materi tentang SWALIBA.

2. Pelaksanaan Program SWALIBA

Pelaksanaan dalam program SWALIBA merupakan bentuk dari implementasi perencanaan yang dituangkan dalam bentuk kegiatan. Adapun pelaksanaan dalam program SWALIBA meliputi kegiatan pengorganisasian, koordinasi dan pelaksanaan kegiatan SWALIBA baik kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan partisipasif serta kegiatan lainnya. Pelaksanaan yang baik adalah pelaksanaan yang secara ideal melaksanakan perencanaan yang telah ditetapkan dalam program sebelumnya.

a. Pengorganisasian dalam program SWALIBA

Pengorganisasian dalam penyelenggaraan sebuah program merupakan bentuk dari pelaksanaan. Adanya peran dari masing-masing pengelola yang bertanggung 93 jawab dalam penyelenggaraan SWALIBA merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan bagaimana proses dari pelaksanaan program tersebut dapat berjalan. Dalam wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 18 Juni 2015 mengemukakan bahwa dalam pengorganisasian program SWALIBA, pihak sekolah membentuk sebuah struktur organisasi, yaitu “Dalam pengorganisasian kami membentuk struktur organisasi melalui musyawarah, dimana masing-masing memiliki peran sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.” Hal serupa dikemukakan oleh Ketua SWALIBA mengenai pengorganisasian dalam program SWALIBA sebagai hasil dari wawancara pada tanggal 18 Juni 2015 yaitu beliau mengungkapkan, “Untuk pengorganisasian sendiri kami ada tim yang bertanggung jawab mengenai kegiatan SWALIBA, ada ketua SWALIBA dan seksinya. Jadi masing-masing memiliki tugas sesuai dengan struktu r yang telah dibuat.” Dalam pengorganisasian program SWALIBA, sekolah membuat sebuah struktur organisasi yang didalamnya terdapat pembagian tugas dalam menjalankan program SWALIBA. Hal serupa juga dikemukakan oleh guru sebagai hasil wawancara pada tanggal 19 Juni 2015, beliau mengungkapkan bahwa: “Untuk hal itu kami ada struktur organisasinya sendiri mbak, nanti mbak bisa lihat bagannya di lab. Untuk SWALIBA kita kan punya tim mbak, dimana di dalam tim SWALIBA itu kan ada bagian dari SWALIBA itu ada indikator- indikator. Masing-masing indikator itu ada penanggung jawabnya seperti yang ada pada Adiwiyata, jadi kalau Adiwiyata lebih pada latar belakang lingkungan saja, tetapi kalau SWALIBA ada penambahan yaitu mitigasi bencana. Jadi pada prinsipnya antara SWALIBA dan Adiwiyata sama Cuma 94 bedanya kalau SWALIBA ada penambahan mitigasi bencana yaitu pengurangan resiko bencana.” Dalam pengorganisasian SWALIBA, ditinjau pula dari segi pelaksanaan yang berkaitan dengan penyampaian materi SWALIBA melalui mata pelajaran. Dalam hal ini berkaitan dengan peran masing-masing guru pelajaran dalam penyampaian materi di dalam kelas yang melibatkan proses kegiatan pembelajaran. Dalam struktur organisasi yang peneliti cermati peran guru tersebut berada pada posisi yang langsung terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran karena dalam proses penyampaian tersebut guru langsung bertatap muka dengan siswa di kelas. Dalam pelaksanaannya, guru-guru mata pelajaran tersebut membuat silabus pembelajaran dengan menyisipkan materi tentang SWALIBA didalamnya, misalnya dalam kegiatan pembelajaran agama di sekolah yakni guru turut menyisipkan materi-materi tentang SWALIBA di dalamnya. Selain itu, melalui dokumen sekolah seperti silabus mata pelajaran geografi dapat dilihat bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan SWALIBA tersebut dibuat oleh tiap guru untuk disampaikan kepada siswanya. Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pengorganisasian program SWALIBA, sekolah menganalisis kebutuhansumber daya manusia, kemudian membuat sebuah tim dengan membentuk sebuah struktur organisasi yang memuat tugas dan tanggung jawab yang menjadi indikator dari jabatan yang diberikan kepada beberapa guru sebagai pengelola. Selain itu dalam studi dokumentasi juga dapat dilihat struktur organisasi tersebut yaitu dokumen yang berisi struktur orgainisasi SWALIBA. Struktur organisasi 95 SWALIBA terdiri dari kepala sekolah dan komite sekolah, kemudian dibawahnya ada wakil kepala sekolah dari berbagai bidang seperti bidang kurikulum, kesiswaan, humas dan sarpras. Dibawah wakil kepala sekolah dari berbagai bidang tersebut ada ketua SWALIBA dan Adiwiyata yang kemudian diteruskan oleh guru dan penanggung jawab lain dalam bidang terkait SWALIBA, dan terakhir dari struktur tersebut adalah siswa. Adapun peran dari komite sekolah adalah sebagai bentuk menjalin kerjasama dengan orang tua murid, sehingga dalam kegiatan sekolah peran komite tersebut dilibatkan. Pembentukan struktur organisasi tersebut melibatkan Selain itu melalui kegiatan observasi dapat dilihat oleh peneliti mengenai kegiatan pelaksanaan pembelajaran SWALIBA yang telah dilaksanakan oleh guru-guru mata pelajaran melalui mata pelajaran yang mereka ampu.

b. Koordinasi dalam penyelenggaraan program SWALIBA