78 dengan positif dengan adanya kurikulum pendidikan berbasis
budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hal tersebut terlihat dalam pengamatan peneliti pada saat mengikuti kegiatan peringatan hari-
hari nasional seperti peringatan hari Kartini yakni sekolah mengadakan lomba-lomba tentang budaya seperti lomba Dimas
Diajaeng, karawitan, wiru jarik, sesorah dan membuat makanan tradisional. Para guru, karyawan ikut terlibat memeriahkan
kegiatan tersebut. Hal serupa juga terlihat pada setiap hari Kamis Pahing semua warga sekolah wajib mengenakan pakaian adat
Jawa gaya Yogyakarta.
e. Pola Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Budaya di
SMA Negeri 11 Yogyakarta
Pola implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 terbagi menjadi beberapa cara yaitu terintegrasi pada
mata pelajaran, melalui kegiatan pengembangan diri melalui pembiasaan dan kegiatan ekstrakurikuler. Seperti yang dikatakan oleh
DR mengenai pola implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta :
“Untuk budaya, itu yang kita terapkan di sini terbagi menjadi 2 dua , yakni satu masuk dalam pelajaran yang kedua masuk dalam
pembiasaan-pembiasaan, yang pertama terintegrasi ke dalam 4 mata pelajaran, yaitu karawitan, bahasa daerah Bahasa Jawa, seni
budaya, dan tata boga. Yang kedua melalui pembiasaan jadi beda yaa.. yang satu masuk dalam pelajaran yang satunya pembiasaan,
kebiasaan itu ya yang baik-baik, nilai-nilai positif berkarakter, Sedangkan untuk yang mata pelajaran yang diajarkan misalkan
pengenalan budaya, pengenalan bahasa, unggah-ungguh kemudian permainan
masa lalu
itu apa,
maksudnya yang
tradisional”DR20042016.
79 Berdasarkan penuturan DR tersebut pola implementasi Kurikulum
Pendidikan Berbasis budaya di SMA 11 melalui dua cara yaitu terintegrasi ke dalam mata pelajaran dan juga melalui pembiasaan. Namun DR juga
menambahkan bahwa : “Ada, ektrakurikulernya seperti karawitan dan seni tari disitu juga
merupakan salah satu kegiatan yang mendukung pelestarian budaya. Selain itu juga ada program lain terkait kebudayaan misal
dalam menyambut HUT Jogja, perayaan hari kartini dan lain-
lain”. DR20042016
Hal serupa juga disampaikan oleh JS : “Yang pertama di 4 mata pelajaran yang sudah pasti masuk dalam
SK KD tadi kemudian di kegiatan-kegiatan di luar kelas kayak lomba-lomba, lalu acara-acara yang ada kaitannya dengan budaya
Jogja misalkan lomba karawitan. Selain itu juga ada kegiatan ekstrakurikuler karawitan dan seni tari. Adanya pembiasaan-
pembiasaan yang bernilai budaya juga ada. Misalkan setiap hari
jumat wajib menggunakan bahasa jawa”JS14052016. “Sasaran kebijakan ini yaitu semua warga sekolah, jadi sasaran
utamanya murid ya, jadi supaya budaya Jogja tetap lestari, supaya lestari ya salah satunya melalui pendidikan ”JS14052016.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh NR : “Program-program ya ada, itu ada karawitan, ekstrakurikuler
karawitan, juga ada ekstra tari di pelajaran juga dan muatan lokal karawitan setiap kelas ada satu jam pelajaran, ya sementara itu. Di
pelajaran juga ada karawitan setiap kelas 1 jam pelajaran” NR23042016.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam model implementasi dari kurikulum pendidikan berbasis budaya
yang diterapkan di SMA Negeri 11 melalui tiga cara yang pertama melalui pengintegrasian ke dalam mata pelajaran yang utamanya ke dalam 4 mata
pelajaran muatan lokal yang kedua melalui pengembangan budaya
80 melalui pembiasaan-pembiasaan dan melalui pengembangan diri dalam
bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Untuk proses belajar mengajar dalam mengintegrasikan muatan
lokal berbasis budaya ke mata pelajaran guru menggunakan berbagai metode seperti yang dikatakan oleh DR:
“Untuk metodenya, misalkan ya bahasa Jawa ada tata krama, unggah-unguh dan bahasa Jawa sendiri, kita tidak bisa
menerangkan semuanya itu. Kemudian ada beberapa budaya Jawa diajarkan kedalam mata pelajaran bahasa Jawa. Nah kemudian
untuk yang seni budaya, diantaranya batik mengenal batik Yogyakarta, praktik membatik. Kita sudah tradisikan Jogjakarta.
Intinya ya disesuaikan dengan apa yang dipelajari untuk metodenya
”DR20042016. Pendapat serupa juga dinyatakan oleh guru bernama HJ :
“Ceramah itu pasti ya, tidak bisa kita tinggalkan karena bagaimanapun itu sebagai pengantar kalau di seni budaya ya
ceramah terus latihan kemudian unjuk kerja dan penugasan- penugasan yang banyak kita lakukan seperti itu
” HJ23042016. Diperkuat juga dengan pernyataan JS sebagai berikut:
“Metodenya ya tergantung materinya apa, kalau misalnya materinya menulis ya, tetapi karena bahasa jawa waktunya satu
jam jadi kita lebih banyak diisi dengan diskusi, lalu menyimpulkan suatu hal,
kalau tidak ya pakai permainan”JS14052016. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta dalam mengintegrasikan ke dalam proses belajar
mengajar menggunakan berbagai metode. Metode yang digunakan disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari peserta didik yakni
melalui ceramah, presentasi, unjuk kerja maupun dengan diskusi. Proses belajar mengajar yang dilakukan SMA Negeri 11
Yogyakarta dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya
81 tidak terpisah dari kurikulum nasional, melainkan mengacu pada Sistem
Pendidikan Nasional dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya. Kurikulum nasional yang diterapkan di SMA Negeri 11 Yogyakarta masih
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Kurikulum Pendidikan berbasis budaya ini digunakan sebagai wujud pengembangan
dari kurikulum nasional berdasarkan kearifan lokal Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini disampaikan dalam wawancara yang dilakukan oleh
peneliti terhadap Ibu Kepala Sekolah B : “Kurikulum Pendidikan berbasis budaya ini sifatnya integratif
dengan kebijakan kurikulum nasional saat ini, jadi pelaksanaannya kami terintegrasi ke dalam kurikulum KTSP, sementara sekolah ini
ma
sih menggunakan kurikulum KTSP”B2642016. Senada dengan apa yang disampaikan DR bahwa Kurikulum
Pendidikan Berbasis Budaya tidak terlepas dari Kurikulum Nasional yakni:
“Kurikulum pendidikan berbasis budaya ini sifatnya mengacu pada sistem
pendidikan nasio
nal jadi tidak berdiri sendiri” DR20042016.
Berikut struktur kurikulum yang ada di SMA N 11 Yogyakarta terkait dengan integrasi pendidikan berbasis budaya :
Tabel 5. Integrasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Budaya No
Mata pelajaran Integrasi kurikulum
pendidikan berbasis budaya Ya
Tidak 1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
√
2 PKN
√
3 Bahasa Indonesia
√
4 Matematika
√
5 Bahasa Inggris
√
82 Lanjutan Tabel 5. Integrasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Budaya
No Mata pelajaran
Integrasi kurikulum pendidikan berbasis budaya
Ya Tidak
6 Fisika
√
7 Kimia
√
8 Biologi
√
9 Sejarah
√
10 Geografi
√
11 Ekonomi 12
Sosiologi 13
Seni budaya
√
14 Penjas, orkes
√ 15 TIK
√
16 Bahasa asingketrampilan
-B.jepang -Tata boga
√ √
17 Mulok:
Wajib: bahasa jawa Pilihan: karawitan gaya Jogja
√ √
18 Pengembangan diri BK
√
Sumber: data yang telah diolah Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
mata pelajaran diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan berbasis budaya namun masih terbatas pada mata pelajaran kelompok B seni
budaya, Penjaskes, Prakarya, dan wirausaha yang masih ada kaitan dengan unsur-unsur budaya seperti muatan lokal bahasa jawa, karawitan
dan seni budaya serta tata boga. Namun demikian tidak pula membatasi mata pelajaran lain untuk tidak mengintegrasikan nilai-nilai budaya seperti
yang disampaikan oleh JS berikut: “Ya, kita saling diskusi dengan guru-guru pengampu pendidikan
berbasis budaya, KD apa yang bisa diintegrasikan dengan nilai- nilai budaya. Misalkan fisika, tentang bunyi-bunyi itu bisa
diintegrasikan
dengan budaya misalkan suara gamelan”
JS14052016.
83 Pengembangan budaya sekolah dalam bentuk perilaku sehari-hari
juga terlihat di antaranya, perilaku sopan santun siswa sesuai dengan budaya yang mengutamakan unggah-ungguh, terlihat dalam interaksi
siswa dengan guru saling menyapa dengan ramah, dan berjabat tangan ketika bertemu. Nilai kejujuran juga ditanamkan dalam kehidupan sehari-
hari dengan dibuktikan adanya koperasi sekolah, yang sistemnya siswa dapat mengambil barang dan membayar dan mengambil uang sendiri. Hal
tersebut di samping nilai kejujuran yang ditanamkan juga terdapat nilai tanggungjawab, kedisiplinan, dan pengendalian diri.
Nilai spiritual juga ditanamkan yakni melalui program pembiasaan tadarus Al-Quran untuk siswa muslim pada setiap hari Jumat begitu juga
kerohanian pada agama lain. Seperti yang dikatakan HJ : “pembiasaan
religius yang dilakukan adalah program tadarus Al-quran setiap jumat, dan begitu juga dengan agama lain ada kerohanian”. Untuk mewujudkan visi
sekolah berwawasan kebangsaan pembiasaan yang dilakukan adalah setiap pagi sebelum memulai pelajaran selalu menyanyikan lagu Kebangsaan
bersama-sama.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan