70 Tabel 5. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Kurikulum
Pendidikan Berbasis Budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta
No Sumber Daya Bentuk
Fungsi
1. Sumber
daya Manusia
Koordinasi kepala sekolah, guru dan
siswa
Memiliki kompetensi dan
keterampilan
Mengatur dalam pelaksanaan
kurikulum pendidikan berbasis
budaya di sekolah
2. Sumber
daya Anggaran
BOS, BOSDA,
komite sekolah
dan bantuan dinas Dikpora
Memenuhi kelengkapan dan
kebutuhan pelaksanaan
kurikulum berbasis budaya.
3. Sumber Daya Sarana
Prasarana Alat-alat
penunjang kegiatan budaya,
lap musik, dapur, gamelan, alat
membatik Operasionalisasi
pelaksanaan kurikulum PBB
4. Sumber Daya
Kewenangan Kewenangan
kepala Sekolah Memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap masalah
yang dihadapi.
c. Struktur Birokrasi dalam Implementasi kebijakan kurikulum
Pendidikan berbasis Budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Struktur birokrasi merupakan salah satu unsur dalam implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan yang bersifat
kompleks menuntut adanya kerjasama dari banyak pihak. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu
kebijakan maka akan menyebabkan ketidakefektifan dan menghambat dalam pelaksanaan kebijakan.
71 Petunjuk pelaksanaan merupakan hal penting dalam proses
implementasi kebijakan. SOP berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain itu SOP juga bermanfaat untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi para pelaksana dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individu dan organisasi secara
keseluruhan. Petunjuk pelaksanaan atau SOP dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya seperti yang dikatakan DR
yakni: “Tentunya sudah ada arahan dari dinas, sekolah tinggal
menyusun dan melaksanakan program-program sesuai dengan pedoman tersebut. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai
pengampu
pendidikan berbasis
budaya juga
terlibat”DR20042016. Dr juga menambahkan :
“Buku pedoman ada, mengenai dari definisi budaya, wujud budaya mulai dari artefak, nilai-nilai dan perilaku budaya
termasuk permainan tradisional dan makanan-makanan tradisional itu semua ada diberikan dari dinas DIKPORA
memberikan buku pedoman ”DR20042016.
DR menyampaikan bahwa pedoman pelaksanaan dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya sudah ada dari
Dinas DIKPORA
langsung, yang
selanjutnya sekolah
mengembangkan program-program sesuai dengan petunjuk yang sudah ada. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh JS :
“Kalau buku pedoman sudah dapat yang dinas yang warna hijau itu, terus pernah mengadakan beberapa kali workshop,
nah nanti guru-guru yang tadi yang 4 guru tersebut menjadi narasumber jadi semua guru dikumpulkan termasuk karyawan
semua warga sekolah itu terus beberapa guru dijadikan
narasumbernya” JS14052016.
72 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya sudah ada SOP yang diberikan oleh Dinas DIKPORA yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghindari kesalahan, kegagalan, dan keraguan para implementator. Sekolah menggunakan buku pedoman tersebut
sebagai acuan dalam mengembangkan program sekolah untuk melaksanakan kurikulum pendidikan berbasis budaya.
Koordinasi dalam
implementasi kebijakan
kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta seperti
yang dikatakan oleh bapak DR : “Koordinasi dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah,
kepala sekolah berkoordinasi dengan waka kurikulum, kesiswaan dan sarpras serta guru juga. Ya saling koordinasi
saja”DR20042016. Pendapat tersebut juga ditambahkan oleh JS :
“Koordinasinya semua warga sekolah, Kepala Sekolah, Waka kurikulum dan kesiswaan serta antar guru. Jadi nanti kalau
misalnya pelajaran apa yang tidak ada kaitannya dengan kebudayaan misalkan matematika atau bahasa Indonesia dan
lainnya biasanya mereka tanya-tanya kepada guru yang yang 4 tadi tentang budaya apa yang cocok dimasukkan yang
kaitannya dengan budaya Jogja misalkan di bahasa Indonesia ada tentang wacana nah nanti yang budaya Jawa apa yang bisa
di masukkan ke dalam wacana itu misalkan wayang bisa di masukkan ke dalam wacana Cuma tulisannya dengan bahasa
Indonesa
dan yang
dibahas ya
masalah wayang
”. JS14052016
Berdasarkan hasil wawancara di atas dijelaskan bahwa koordinasi dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya
73 di SMA Negeri 11 Yogyakarta dilakukan dalam bentuk kerja sama
antar warga sekolah baik kepala sekolah maupun guru dan siswa. Pembagian kerja juga yang dilakukan dalam implementasi
kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta seperti yang diutarakan oleh JS adalah :
“Struktur kepengurusan kurikulum itu nanti kalau yang ditunjuk secara langsung oleh Kepsek sebagai pelakunya yang
bertanggung jawab mengurusi budaya itu, ya 4 empat bidang studi yakni bahasa Jawa, tata boga, karawitan dan seni budaya
tapi sekarang menjadi satu karawitan dan seni budaya”. JS menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan
berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta terdapat tim yang ditunjuk sekolah untuk bertanggung jawab dalam mengembangkan
pendidikan berbasis dalam mengintegrasikan ke 4 mata pelajaran muatan lokal. Senada dengan JS, bapak DR juga menguatkan bahwa :
“Pertama kepala sekolah tentunya, waka kurikulum kemudian ada 4 guru mata pelajaran yang mengelola sebagai tim dalam
mengembangkan pendidikan
berbasis budaya
tersebut”DR20042016. Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa dalam
implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta sudah terbentuk struktur organisasi yang terdiri dari
kepala sekolah sebagai penanggung jawab program, kemudian Waka kurikulum sebagai penanggung jawab sekolah model Pendidikan
Berbasis Budaya dan tim pelaksana kurikulum pendidikan berbasis budaya.
74
d. Disposisi atau Sikap dalam Implementasi kebijakan kurikulum