74
d. Disposisi atau Sikap dalam Implementasi kebijakan kurikulum
Pendidikan berbasis Budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Disposisi atau sikap di sini adalah sikap para pelaksana yang mendukung suatu kebijakan atau program yang telah ditetapkan. Sikap
para pelaksana merupakan faktor yang mempunyai konsekuensi dalam implementasi kebijakan. Sikap dalam implementasi kurikulum
pendidikan berbasis budaya merupakan bagaimana tanggapan, antusiasme dan dukungan yang diperoleh oleh guru, kepala sekolah
serta siswa dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya. Sikap para pelaksana dalam kesediaan menerima dan melaksanakan
suatu kebijakan tanpa suatu paksaan merupakan keberhasilan dalam melaksanakan suatu kebijakan.
1 Dukungan dari pelaksana
Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Budaya mendapat dukungan dari pihak Dinas Pendidikan, Kepala sekolah, staf, guru
dan siswa ini membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya mampu memperkenalkan kepada
masyarakat, selain itu juga menjadikan keunggulan tersendiri bagi SMA
Negeri 11
Yogyakarta dalam
mengembangkan pendidikannya.
Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah B : “Semuanya terlibat dari dinas, kepala sekolah, guru, staf
serta siswa.
Semua sangat
mendukung dalam
menyukseskan program ini” B26052016.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh HJ :
75 “Bentuk dukungan dari dinas ada, misalkan berupa
monitoring ketika kami mengadakan kegiatan datang ke sini. Kami juga diundang ke dinas DIKPORA untuk
menerima penjelasan tentang pendidikan berbasis budaya terus kami menindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan di
sekolah”HJ23042016. Selain itu penyataan di atas juga diperkuat oleh JS:
“Mendukung sekali, jadi misalkan mereka kalau Kamis pahing pakai baju adat, Cuma kalau misal bahasa Jawa ada
hari tertentu yang diwajibkan menggunakan bahasa Jawa namun
kadang tidak
terlaksana, Jumat
harusnya menggunakan bahasa Jawa
” JS23042016. Sebagaimana penjelasan tersebut, dapat terlihat dalam
pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya dukungan dari pihak dinas dan semua pihak sekolah sangat membantu dalam
kelancaran implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya. Peran serta siswa juga sangat penting, berbagai macam dukungan
yang dilakukan siswa seperti keikutsertaan dalam berbagai kegiatan baik di KBM maupun program ekstrakurikuler dan event
lainnya. 2
Antusiasme Pelaksana Antusiasme semua warga sekolah, baik dari kepala sekolah,
staf sekolah, guru serta siswa juga sangat penting dalam keefektifan pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya.
Perlu adanya kemauan yang kuat yang berasal dari masing-masing individu agar pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya
berjalan dengan efektif, antusias tersebut berupa bagaimana
76 semangat dan tinggi rendahnya minat pelaksana dalam
mengimplementasikan kurikulum berbasis budaya. NR mengatakan bahwa :
“Kalau dalam pembelajaran anak-anak sangat antusias mereka banyak yang bertanya jika kurang paham. Bergitu
pula dengan kami guru-guru sepulang sekolah seminggu sekali
kita belajar karawitan bersama” NR23042016. Pendapat tersebut juga didukung oleh DR :
“Semuanya antusias, mulai dari kepala sekolah, guru juga antusias, siswa siswanya juga dengan adanya pendidikan
berbasis budaya ini. Saat sekolah mengadakan kegiatan bertemakan kebudayaan hampir seluruhnya berp
artisipasi”. Berdasarkan wawancara di atas dijelaskan bahwa kepala
sekolah, guru-guru serta siswa di SMA Negeri 11 Yogyakarta memiliki semangat dan antusias dalam Keikutsertaan berbagai
kegiatan kebudayaan seperti Kamis Pahing, peringatan hari Kartini dan HUT DIY. Selain itu antusias siswa cukup tinggi hal ini seperti
yang dijelaskan oleh AN : “Saya, senang saat pelajaran karawitan untuk mengenal
budaya-budaya Jogja , pelajaran tidak membosankan juga”.
Selain itu juga dikatakan oleh siswa kelas XI IPA1 SS : “ ya senang, asyik kita jadi mengenal budaya-budaya lama
yang hampir hilang saat ini. Kalau saat pelajaran boga saya suka pada saat membuat makan tradisional, dan juga saya
ikut extra karawitan” 3
Respon pelaksana Selain
dukungan dan
antusias, untuk
kelancaran pelaksanaan kurikulum PBB juga melihat bagaimana respon
semua pihak sekolah, meliputi Kepala Sekolah, guru maupun
77 peserta didik apakah respon dari mereka positif atau negatif
terhadap pelaksanaan kurikulum PBB di SMA Negeri 11 Yogyakarta. seperti yang dikatakan oleh Kepala Sekolah Ibu B :
“ Respon warga sekolah sangat responsif, dengan adanya kebijakan ini kita juga mengikutinya dengan berbagai
program-program kegiatan di sekolah maupun event di luar sekolah
”. Berdasarkan penuturan ibu B tersebut menunjukkan bahwa
respon dari semua warga sekolah cukup bagus dengan adanya pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bapak DR : “Responnya, semuanya mendukung. Warga sekolah sadar
akan pentingnya kultur budaya. Mereka ikut berperan aktif dalam
melaksanakan pendidikan
berbasis budaya
ini”DR20042016. Begitu juga dengan yang dikatakan oleh siswa mengenai
respon terhadap pendidikan berbasis budaya baik dalam KBM maupun kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut:
“Kurang lebih sama, siswa banyak yang tertarik, menyenangkan bisa mengenal budaya jawa seperti
karawitan, hanya saja jam pelajaran cuma 2 jam pelajaran
jadi agak kurang” SIN14052016. Pendapat lain juga yang sama oleh AN siswa XI IPA 1 :
“Respon siswa lain juga baik, sering ada kegiatan-kegiatan bertema kebudayaan juga. Selain di pelajaran saya juga
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan dari kelas X”
AN14052016. Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa warga
sekolah baik dari Kepala sekolah, guru serta siswa merespon
78 dengan positif dengan adanya kurikulum pendidikan berbasis
budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hal tersebut terlihat dalam pengamatan peneliti pada saat mengikuti kegiatan peringatan hari-
hari nasional seperti peringatan hari Kartini yakni sekolah mengadakan lomba-lomba tentang budaya seperti lomba Dimas
Diajaeng, karawitan, wiru jarik, sesorah dan membuat makanan tradisional. Para guru, karyawan ikut terlibat memeriahkan
kegiatan tersebut. Hal serupa juga terlihat pada setiap hari Kamis Pahing semua warga sekolah wajib mengenakan pakaian adat
Jawa gaya Yogyakarta.
e. Pola Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Budaya di