Proses Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Kurikulum

61 dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan dan; 4 struktur birokrasi yakni struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan. Salah satu aspek yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar.

a. Proses Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Kurikulum

Pendidikan berbasis Budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta Komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana kebijakan dikomunikasikan atau disosialisasikan sehingga poses implementasi kebijakan kurikulum pendidikan berbasis budaya dapat dipahami dengan baik dan benar oleh implementator. Dalam melaksanakan sosialisasi implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya peran kepala sekolah yakni mensosialisasikan kebijakan kurikulum pendidikan berbasis budaya kepada warga sekolah dan pihak terkait lainnya, untuk memberikan pemahaman mengenai kurikulum pendidikan berbasis budaya yang meliputi : 1 konsep maupun tahap proses dalam pelaksanaan implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya; 2 Peran dan dukungan seluruh warga sekolah dalam pelaksanaan dan langkah selanjutnya. Dinas DIKPORA Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan pengarahan kepada setiap kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan 62 implementasi kurikulum pendidikan berbasis budaya sesuai dengan kondisi sosial budaya yang dimiliki sekolah. Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah, ibu B : “ saya diundang ke dinas beserta semua kepala sekolah se kota Yogyakarta kemudian ada pemateri yang ditunjuk oleh dinas, selain itu juga kami biasa ada kelompok diskusi antar peserta workshop terkait pendidikan berbasis budaya”. B26042016 Ibu B menjelaskan bahwa sosialisasi kebijakan Kurikulum Pendidikan berbasis budaya dimulai dari Dinas DIKPORA sebagai penyusun kebijakan dan sekolah diundang untuk mengikuti workshop yang diadakan oleh DIKPORA terkait pedoman-pedoman dan proses pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Bapak DR : “Sosialisasi kurikulum pendidikan berbasis budaya berupa workshop. Ada beberapa tahap, yang pertama kita dipanggil ke DIKPORA tentang pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis budaya dua kali atau tiga kali. Kemudian setelah itu kita diberikan kesempatan untuk sosialisasi ke warga sekolah yang tahun 20142015 ada tiga kali workshop dengan narasumber ada yang sama ada yang b erbeda”. DR20042016 Proses komunikasi dalam implementasi kebijakan kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta adalah Dinas DIKPORA DIY dengan sekolah, kemudian sekolah yang diwakili kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah mentransmisikan ke seluruh warga sekolah terutama guru untuk mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Secara spesifik cara mengimplementasikan kurikulum pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta terintegrasi pada mata pelajaran muatan lokal. Proses Komunikasi di sekolah dalam 63 pelaksanaan kebijakan kurikulum pendidikan berbasis budaya dilakukan Kepala sekolah juga melalui sosialisasiworkshop guru dan karyawan. Seperti yang dikatakan oleh bapak JS berikut: “ Kalau buku pedoman sudah dapat yang dinas yang warna hijau itu, terus pernah mengadakan beberapa kali workshop, nah nanti guru-guru yang tadi yang 4 guru tersebut menjadi narasumber jadi semua guru dikumpulkan termasuk karyawan semua warga sekolah itu terus beberapa guru dijadikan nara sumbernya tentang budaya Jogja. Sosialisasi dalam setahun ini 4 kali, saya kebetulan jadi salah satu nara sumbernya, pak Herman juga. Dalam tahun ini sosialisasi l ebih digencarkan lagi”.1452016 Pendapat tersebut diperkuat oleh HJ yang mengatakan “Kami sering diundang ke Dinas DIKPORA untuk menerima penjelasan tentang pendidikan berbasis budaya di situ ada buku pedomannya, terus kami menindaklanjuti dengan kegiatan- kegiatan di sekolah. Sosialisasi ada beberapa kali 3 atau 4 kali setahun ini”. Berdasarkan pendapat di atas selain berupa workshop namun juga ada discussion grup yang diselenggarakan oleh Dinas DIKPORA. Dalam pelaksanaan kurikulum PBB sendiri sudah ada rancangan atau pedoman yang disusun oleh Tim Pengembang Pendidikan Berbasis Budaya yang selanjutnya akan diturunkan menjadi program-program yang kembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai karakteristik sekolah. Untuk proses komunikasi guru dalam penyampaian materi kepada siswa pada saat proses pembelajaran dalam kurikulum pendidikan berbasis budaya, HJ mengatakan : “Cara penyampaiannya sesuai dengan materi yang diajarkan, kalau ceramah itu pasti ya, terus latihan kemudian unjuk kerja dan penugasan-penugasan yang banyak kita lakukan seperti 64 itu untuk seni budaya. Karena psikomotor kan perlu banyak latihan yang lain mungkin sama saja untuk karawitan yang dikembangkan juga psikomotor juga, tata boga juga disamping pengetahuan juga kete rampilan memasaknya.” Pendapat serupa juga disampaikan oleh JS ialah : Ya tergantung materinya apa, kalau misalnya materinya nulis ya, tapi karena bahasa jawa waktunya satu jam jadi kita lebih banyak diisi dengan diskusi, lalu menyimpulkan suatu hal, kalau tidak ya pakai permainan. Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam penyampaian materi dilakukan dengan bermacam- macam metode agar lebih variasi dan tidak membuat siswa bosan. Dari beberapa wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang berlangsung dalam implementasi kebijakan kurikulum pendidikan berbasis budaya pada awal kebijakan akan diterapkan komunikasi berjalan dengan baik dengan adanya workshop dan discussion grup, warga sekolah telah mengetahui adanya kebijakan tersebut. Kejelasan kebijakan yang akan dikomunikasikan sudah tersampaikan kepada warga sekolah.

b. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Kurikulum