Seperti yang telah dikemukakan oleh Dale H 2012:103, bahwa teori Throndike mencangkup prinsip-prinsip yang relevan dengan pendidikan. Salah
satunya adalah hukum kesiapan
Low Of Readiness
yang diaplikasikan dalam pembelajaran berarti ketika siswa siap untuk mempelajari tindakan tertentu dalam
kaitannya dengan level perkembangan atau penguasaan keterampilan yang sebelumnya, maka perilaku-perilaku yang mendukung kelancaran pembelajaran
ini akan menghasilkan imbalan. Ketika siswa tidak siap untuk belajar atau tidak memiliki keterampilan-keterampilan prasyaratnya, maka berusaha belajar akan
menghasilkan hukuman dan menyia-nyiakan waktu. Kemudian Dalyono 2005:52, mengemukakan bahwa setiap orang yang hendak melakukan kegiatan
belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental, maupun perlengkapan belajar.
Hukum latihan yang dikemukakan oleh Throndike adanya dua aspek, yaitu: 1
The law of use
yaitu hukum kegunaan yang menyatakan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respons akan menjadi kuat apabila sering digunakan.
2
The law of disuse
yaitu hukum ketidakgunaan yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi lemah apabila
tidak ada latihan. Hukum efek Throndike berpendapat bahwa memperkuat atau memperlemah hubungan antara stimulus dan respon yang bersangkutan. Apabila
sesuatu stimulus memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi kuat, demikian sebaliknya
apabila hasil menunjukkan hal yang tidak menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan respon melemah.
2.1.2 Teori Perkembangan
Kesiapan menurut kamus psikologi adalah ―Tingkat Perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikan
sesuatu‖ Chaplin, 2006 : 419. Selanjutnya Rifa’i 2011:14 mengemukakan Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan organisme berkesinambungan
dan progresif, dari lahir sampai mati. Mont et.al dalam Rifa’i, 2011:14
menyatakan bahwa perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan berhubungan dengan proses belajar, terutama mengenai isinya yaitu, tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan
belajar. Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Dengan demikian perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa beberapa sentimeter pada
tinggi badan atau peningkatan kemampuan, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Salah satu perkembangan yang ada
pada diri manusia adalah perkembangan kognitif. Istilah
cognitive
berasal dari kata
cognition
artinya adalah pengertian, mengerti. Salah satu tokoh dalam perkembangan kognitif adalah jean piaget.
2.1.3 Teori Konvergensi
Menurut Komarudin
2013:30, menyatakan
bahwa aliran
ini menyampaikan bahwa bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik pun sulit
mengembangkan potensi anak secara optimal apabila tidak terdapat bakat yang
diperlukan bagi perkembangan yang diharapkan anak tersebut. Jadi menurut teori konvergensi:
1 Pendidikan mungkin dilaksanakan,
2 Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
anak didik untuk mengembangkan potensi dalam diri peserta didik, 3
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. William Stern menjelaskan pemahamannya tentang pentingnya pembawaan
dan lingkungan itu dengan perumpamaan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan. Oleh karena itu, teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi
konvergen berarti memusatkan ke satu titik.
2.1.4 Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik yang dikemukakan oleh Komarudin 2013:56 menyataan bahwa teori belajar yang humanistik pada dasarnya memiliki tujuan
belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan diri
sendiri. Dengan kata lain, si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa untuk mengambangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya
melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.