4. Bagaimanakah model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik dilakukan, apakah dalam bentuk potongan atau harus sirkuit?
5. Apakah urutan gerak model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik sesuai dengan teori fisiologis?
6. Apakah urutan aktivitas dari masing-masing pos dapat dirangkaikan dalam bentuk satu rangkaian kegiatan sehingga dapat dilombakan?
7. Apakah aktivitas dari masing-masing pos dapat digunakan untuk mengembangkan unsur dasar gerak?
8. Apakah aktivitas dari masing-masing pos dapat mengembangkan minimal salah satu bagian dari kecerdasan majemuk?
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Jenis penelitian disertasi ini adalah researh and development R D, yang ditujukan untuk membuat dan mengembangkan model pembelajaran pendidikan
jasmani berbasis kinestetik secara sirkuit yang efektif dan terukur pada peserta didik usia prasekolah. Pelaksanaan pengembangannya dimulai dengan memilih dan
mengembangkan bahan instruksional, menuangkan dalam strategi instruksional dan diakhiri dengan mengevaluasi strategi berikut bahan instruksional hasil pengembangan.
Pelaksanaan pembelajaran secara sirkuit berarti peserta didik melakukan semua rangkaian kegiatan secara beruntun. Model pengembangan pembelajaran yang efektif
berarti sebagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai macam kecerdasan dan dapat diterapkan pada setiap peserta didik usia
prasekolah khususnya di Taman kanak kanak. Sedangkan pembelajaran yang terukur, berarti sebagai model pembelajaran yang memiliki tata aturan dan sistem pengukuran
yang komprehensif mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Tata aturan ini dapat diukur dengan melihat tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.
Clarence Schauer Atwi Suparman, 2001: 29 menyatakan bahwa pengembangan instruksional merupakan perencanaan untuk mengidentifikasi masalah belajar dan
mengusahakan pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan suatu rencana terhadap pelaksanaan uji coba, dan umpan balik sebagai evaluasi. Pengertian ini secara
tegas menyatakan bahwa di dalam pengembangan pembelajaran dimulai dari identifikasi masalah yang ada atau identifikasi kebutuhan instruksional. Pelaksanaan identifikasi
dimulai dari carapembelajaran pendidikan jasmani yang telah ada atau telah dilaksanakan oleh pendidik. Selanjutnya, pembelajaran yang telah diamati dirumuskan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing melalui langkah-langkah yang telah didesain.
Desain dalam penelitian eduacational research and development R D ini menggunakan pendekatan Model Pengembangan Instruksional Atwi suparman MPI.
Model ini menurut peneliti di anggap lebih tepat untuk pengembangan instruksional pendidikan jasmani karena: 1 populasi sasaran model pengembangan instruksional
adalah pengelola program pendidikan yaitu pendidik dan kepala sekolah sehingga sumber informasi lebih fokus ke pendidik dan kepala sekolah. 2 Pengembangannya
bukan untuk program studi melainkan untuk mata pelajaran, dalam hal ini untuk mengembangkan pembelajaran pendidikan jasmani agar lebih efektif dan terukur. 3
Setiap langkah dalam model pengembangan instruksional dimaksudkan untuk keperluan praktis daripada untuk keperluan teoritis. Adapun struktur model pengembangan
instruksional digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut:
↓−−−− −− −−−−−− −−−−−−−−−−−−−− −−−−−↓−−−−− −−−
−−−−−−−−−−−−−− −−−−−−− −−−−−−−− −−↑
MELAKUKAN Menulis tes
∙ →
ANALISI →
acuan ↑
INSTRUKSIONAL patokan
∙ ↑
∙ ↓
↑ IDENTIFIKASI
sistem KEBUTUHAN
→ →
→ instruksional INSTRUKSIONAL
DAN MENULIS →
↑ ↑
↑ TUJUAN
∙ ↑
↑ INSTRUKSIONAL
↑ ∙
∙ UMUM TIU
∙ ↑
↑ ↑
∙ ∙
∙ ↑
↑ Mengidentifikasi
↑ Menyusun
∙ ∙
→ perilaku dan
→ ∙
strategi ↑
↑ karakter awal
↑ instruksional
∙ ∙
siswa ∙
↑ ↑
↑ ↑
↑ ∙
∙ ∙
↑−−−−−− −−−−−−−−− −−−↑−−−−−−−− −−−−−↑−−−−− −−−
−−−−−−−−−−−↑−−−−−− −−−−−−−− −−−↑ Model Pengembangan Instruksional MPI-Atwi Suparman
Gambar 10 Menyusun
desain dan melaksanakan
evaluasi formatif Menulis tujuan
instruksional khusus
mengembangkan bahan
instruksional
Elemen-elemen MPI sebagai berikut:
Gambar 1. Model Pengembangan Instruksional MPI Atwi Suparman
1. Identifikasi kebutuhan instruksional dan merumuskan tujuan instruksional umum. Langkah awal dalam penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi pembelajaran yang
telah ada di beberapa taman kanak-kanak. Metode yang peneliti gunakan adalah wawancara secara mendalam, membuat catatan lapangan, dan mendokumentasi
melalui foto. Selanjutnya peneliti merumuskan bentuk pengembangannya dan merumuskan tujuan instruksional umum.
2. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa taman kanak-kanak dengan tujuan untuk memahami perilaku siswa sebelum dilakukan pengembangan agar dapat
membandingkan dengan perilaku setelah terjadi pengembangan instruksional pendidikan jasmani.
3. Melakukan analisis kompetensi yaitu menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan ini untuk mengidentifikasi
perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci.
4. Merumuskan kompetensi dasar, yaitu membahas konsep dan cara merumuskan kompetensi sehingga dapat dijadikan dasar penulisan tes dan strategi instruksional.
5. Menuliskan tes acuan patokan, yaitu menguraikan teknik dan prosedur penulisan tes yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional. 6. Menyusun strategi instruksional. Pada tahap ini membahas bagaimana sebaiknya guru
mengatur urutan kegiatan instruksionalnya. 7. Mengembangkan bahan instruksional. Pada tahap ini membicarakan bahan atau media
instruksional yang didokumentasikan dalam bentuk CD. 8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif. Pada tahap ini membahas cara
melaksanakan evaluasi formatif terhadap bahan instruksional yang telah peneliti
produksi dalam bentuk bahan belajar, pedoman guru, pedoman siswa, dan tes. Selain itu, faktor yang dievaluasi adalah pelaksanaan kegiatan instruksional dengan
menggunakan bahan yang telah diproduksi. 9. Mendapatkan
sistem instruksional
pendidikan jasmani.
B. Prosedur Pengembangan