5. Pembukaan program
V 6.
Penutup program V
Kesimpulan dari ketiga validator ahli media setelah aspek aspek di dalam pendahuluan dimunculkan maka ketiga ahli sepakat menyatakan bahwa
“CD pembelajaran pendidikan jsmani berbasis kinestetik untuk anak prasekolah layak digunakan
”.
f. Data uji coba skala kecil
Setelah mendapat validasi dari para ahli materi maupun ahli media terhadap draf awal model pembelajaran untuk anak prasekolah, peneliti
melakukan uji coba lapangan skala kecil di Taman kanak kanak tunas kelapa Desa Sardonoharjo Kecamatan Ngaglik. Pelaksanaan uji coba skala kecil di
dapatkan data dari 3 tiga ahli materi sebagai berikut:
a Pemanasan.
Untuk pemanasan total nilai 68 enam puluh delapan dari 5 lima aspek, nilai maksimal masing-masing aspek 5 lima, dengan demikian apabila masing-
masing validator memberikan nilai maksimal adalah 5 aspek x 5 kategori x 3 orang = 75 tujuh puluh lima sehingga besarnya persentase untuk
pemanasan adalah 91. Tabel 18
Data uji coba lapangan kelompok kecil Pemanasan Kegiatan
Indikator Nilai
Melakukan aktivitas tubuh dengan gerak
dan lagu, menyebut anggota
adan dan
menggerakkan sesuai Kesesuaian gerak
14 Lama waktu
14 Kesesuaian lagu
15 Urutan gerak
13
dengan yang disebut Intensitas
12 Total nilai
68
Kesimpulan dari ke tiga validator menyatakan bahwa “pemanasan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik dalam
penelitian ini layak diuji cobakan pada kelompok besar
”. Hal ini sejalan dengan kategori penilaian bahwa pemanasan dalam model pembelajaran dalam
penelitian terkategori sangat baik.
b Inti,
Untuk inti pembelajaran nilai total dari ke tiga validator diperoleh sebesar 420 empat ratus dua puluh, besaran ini diperoleh dari akumulasi 3 validator
penilaian 32 tiga puluh dua indikator dalam 9 sembilan aspek. Nilai maksimal dari masing-masing indikator 5 lima maka apabila dari ke tiga
validator memberikan nilai maksimal maka besarnya nilai maksimal adalah 32 indikator x 5 nilai maksimal x 3 orang = 480 empat ratus delapan puluh
sehingga besarnya persentase untuk inti pembelajaran adalah 87,5. Tabel 19
Rangkuman penilaian inti pembelajaran Inti
Kegiatan Jumlah
indikator Nilai
Persen Tase
Pos 1 Jalan di atas balok
2 28
93,3 Pos 2
Lompat gawang 4
50 83,3
Pos 3 Pemindahan tongkat
5 71
94,7 Pos 4
Melempar bola 4
51 85
Pos 5 Mendang bola
3 38
84,4 Pos 6
Menyusun balok 4
53 88,3
Pos 7 Merangkak
4 52
86,7 Pos 8
Merayap 3
39 86,7
Pos 9 Memanjat
3 38
84,4 Total
32 420
87.5
Untuk penilaian dari ke 3 tiga validator apabila masing masing memberikan nilai maksimal 5 lima, sedangkan jumlah indikator 32 tiga
puluh dua dari 9 sembilan pos maka nilai maksimal untuk ke tiga validator dari tiga puluh dua indikator adalah 5 nilai maksimal x 32 indikator x 3
validator maka = 480empat ratus delapan puluh. Atas dasar inilah maka besarnya persentase dalam inti pembelajaran kelompok kecil 87,5, hal ini
berarti untuk inti pembelajaran terkategorikan sangat baik. Kesim
pulan dari analisis bahwa “Inti model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik dalam penelitian ini layak diuji
cobakan pada kelompok besar
”. Hal ini sejalan dengan kategori penilaian dan besarnya persentase 87,5 bahwa inti model pembelajaran dalam
penelitian ini yang berjudul model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik untuk anak prasekolah terkategori sangat baik.
c Penutup
Untuk penutup pembelajaran nilai total dari ke tiga validator diperoleh 14 empat belas besarnya nilai ini diperoleh dari akumulasi nilai ke 3 tiga
validator dalam penilaian 1 satu aspek dan 1 indikator. Apabila masing- masing validator memberikan nilai maksimal 5 lima maka total nilai
maksimal adalah 1 indikator x 3 orang x nilai maksimal = 15 lima belas, dengan demikian besarnya persentase untuk penutup pembelajaran
adalah 93,3, angka tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 20 Rangkuman penilaian penutup pembelajaran
Kegiatan Indikator
Nilai Penutup
Aktivitas ringan pemulihan kondisi awal
14
Total 14
Kesimpulan dari ke tiga validator menyatakan bahwa “penutup model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik dalam penelitian ini
layak diuji cobakan pada kelompok besar
”. Hal ini sejalan dengan klasifikasi penilaian besarnya persentase 93,3 bahwa penutup model pembelajaran
pendidikan jasmani dalam penelitian terkategori sangat baik. g. Analisis data uji coba skala kecil
Berdasarkan penilaian para ahli materi terhadap model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis kinestetik sependapat bahwa model ini dapat
dikategorikan sangat baik dan dapat mentransfer indikator-indikator yang menjadi tujuan dalam pembelajaran, hal ini dibuktikan pada saat pemberian penilaian
observasi. Untuk itu para ahli materi menghendaki agar model pembelajaran
pendidikan jasmani berbasis kinestetik ini digunakan sebagai wahana kegiatan tahunan, yaitu sebagai materi yang dilombakan antar gugus atau bahkan antar
wilayah. Kegiatan yang terprogram atau terjadwal seperti pekan olahraga dan seni PORSENI bagi anak usia prasekolah sangat dibutuhkan, penyelenggaraan
semacam ini sangat membantu untuk mengisi kegiatan tahunan sebagai puncak kegiatan. Melalui kegiatan PORSENI memungkinkan membantu mendidik anak
untuk mengembangkan kebersamaan, sportifitas, tanggung jawab, kerjasama,
ketekunan dan kedisiplinan. Di samping hal-hal tersebut memungkinkan pula timbulnya kepercayaan diri dan kebanggaan diri manakala dapat mewakili
sekolahnya dan menjadi yang terbaik dalam lomba. Berdasarkan konsep pendididikan seutuhnya, proses pendidikan jasmani
sudah seharusnya mengandung seluruh aspek potensi yang membutuhkan pengembangan, baik aspek fisik, mental dan spiritual atau ruhani. Proses
pendidikan jasmani yang mampu mengintegrasikan berbagai potensi untuk berkembang perlu diwujudkan sehingga serangkaian kegiatan pembelajaran
memiliki dampak luas terhadap perkembangan potensi peserta didik. Proses pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan aspek fisik tetapi juga
menyentuh aspek non fisik termasuk di dalamnya adalah berbagai jenis kecerdasan seperti logis matematis, kinestetik, interpersonal, visual spasial,
intrapersonal, musikal, linguistik dan natural. Pendidikan jasmani proses pembelajarannya melalui aktivitas fisik yang berupa rangkaian gerak yang
dimulai dari gerak yang ringan dan sederhana ke gerak yang lebih berat dan komplek.
Pembelajaran pada usia puncak perkembangan kecerdasan yaitu pada usia lima tahun pertama membutuhkan pembelajaran yang mengasah pada semua
jenis kecerdasan. Aspek kemampuan majemuk multiple intelligence pada pembelajaran jasmani akan tercapai apabila pembelajarannya sesuai dengan
dimensi fisiologis anak. Keterkaitan antar berbagai aspek dalam pembelajaran jasmani tidak dapat dihindari karena secara fitrah setiap manusia terdiri dari atas
body fisik, mind pikiran dan spiritual. Guna mengurai keterkaitan tersebut, pembelajaran jasmani pada anak usia prasekolah berbasis kinestetik model sirkuit
seperti dalam penelitian ini perlu dikaji dari teori fisiologis dan aspek kecerdasan majemuk.
Meskipun model ini sudah dikategorikan sangat baik, namun masih perlu penambahan aktivitas sebelum melakukan pemanasan yaitu adanya kegiatan
berupa: pengukuran-pengukuran sebelum pemanasan dan pembenahan sarana maupun prasarana demi kenyamanan dan keselamatan pengguna.
1 Kegiatan pengukuran Pengukuran yang dilakukan sebelum pemanasan dilakukan dengan tujuan
untuk memperkenalkan dan membiasakan melakukan konsep mengetahui kondisi seawal mungkin tentang fungsi fisiologis dan letak indikator fungsi
tersebut. Misal pengukuran denyut nadi di pergelangan tangan, pengukuran suhu tubuh di mulut atau ketiak, pengukuran frekuensi pernapasan di hidung,
pengukuran tinggi dan berat badan. Penanaman pembiasaan pada peserta didik tentang konsep seawal mungkin sangat diperlukan dalam rangka pembiasaan.
2 Pembenahan sarana dan prasarana Pembenahan sarana dan prasarana diperlukan untuk memperlancar
pelaksanaan pembelajaran. Sarana dan prasarana tersebut meliputi: 1 ketinggian dan lebar gawang lompatan, semula tinggi gawang 50 cm menjadi
35 cm dan lebar semula 1,5 m menjadi 1,22 m, 2 jumlah tongkat estafet semula 10 buah menjadi 5 buah dan pewarnaan tongkat estafet dicarikan
warna mencolok, 3 melempar bola pada sasaran semula jarak lemparan 1,5 m menjadi 0,75 m dan jumlah bola untuk melempar semula 10 menjadi 5
buah, 4 alas terowongan semula tidak diberikan karpet harus diberikan karpet agar lutut tidak langsung ke tanah, 5 ketinggian jaring laba-laba semula 45
cm menjadi 35 cm, 6 jaring pada tiang gawang untuk memanjat semula tidak
diberikan busa pengaman harus diberikan di depan jaring untuk pendaratan sehingga tidak membuat anak takut terjatuh.
h. Revisi draf model pembelajaran