regu. Masukan ini menurut peneliti memang perlu dilakukan karena model ini sirkuit semacam ini memungkinkan untuk dilombakan antar regu dan bahkan
dapat digunakan untuk vestifal antar rambongan. 2 Lingkaran tempat mengambil dan meletakkan tongkat estafet tidak hanya menggunakan garis
lingkaran pada tanah namun menggunakan keranjang. Menurut peneliti justru kalau menggunakan keranjang akan
mengganggu dan bahkan membuat faktor bahaya pada anak hanya lingkarannya diperjelas dengan menggunakan kapur. 3 Jarak antar pos satu
dengan yang lain diperpendek, sebenarnya masalah sangat tentatif artinya dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan sarana maupun prasarana
yang tersedia. Kedua, untuk ahli materi 2 dua mengharapkan: 1
Terowongan tempat merangkak sebaiknya dibuat yang gelap, menurut peneliti dengan terowongan yang gelap dan panjang justru membuat anak menjadi
takut untuk melakukan aktivitas merangkak di dalamnya. 2 Mata jala untuk memanjat dibuat secara rapat, menurut peneliti mata jala yang rapat akan
menyulitkan kaki masuk di dalam mata jala sehingga akan membuat tingkat kesulitan lebih besar dan mata jala cukup ukuran 10 sampai 15 cm. 3 Tiang
pancang dibuat secara permanen namun dapat diatur tinggi-rendahnya, menurut peneliti memang memungkinkan hal ini hanya tiang pancang yang
dibuat secara permanen akan banyak menghabiskan lahan. Ketiga untuk ahli materi ke 3 tiga mengharapkan pengaturan sarana-prasarana yang
dipergunakan untuk pembelajaran antara putra dan putri dipisah, menurut peneliti pada anak prasekolah kemampuan secara fisiologis antara putra dan
putri masih sama sehingga dalam pembelajaran belum perlu dipisah.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan setelah ujicoba skala besar dengan memperhatikan masukan dari para ahli. Berdasarkan hasil ujicoba skala besar dan masukan para
ahli, revisi dilakukan dengan menempatkan kegiatan prapemanasan dalam model pembelajaran ini. Kegiatan pramanasan seperti pengukuran suhu, denyut nadi,
tinggi badan dan berat badan dipandang mudah, menyenangkan dan menarik dilakukan. Kegiatan ini dapat mengajak peserta didik untuk mengenali dan
mengukur tubuh masing-masing dengan cara mudah. Peserta didik senang karena mendapatkan pengalaman baru melakukan pengukuran tersebut. Aspek kecerdasan
yang muncul pada kegiatan tersebut yaitu logis matematis ditunjukkan dengan kegiatan menghitung suhu, denyut nadi, tinggi badan dan berat badan, kecerdasan
intrapersonal yaitu mengenali diri sendiri, kecerdasan natural yaitu mengenal bagian tubuh sebagai bagian dari alam. Setelah prapemanasan,pada tahap pemanasan diisi
dengan kegiatan gerak dan lagu dibutuhkan untuk melenturkan gerakan otot-otot tubuh agar nantinya pada saat inti pembelajaran, setiap siswa lebih siap. Gerak dan
lagu dipilih karena memunculkan rasa rileks dan gembira. Berdasarkan penilaian para ahli, gerak dan lagu mudah, menyenangkan dan menarik untuk dilakukan.
Aspek kecerdasan majemuk yang muncul pada saat gerak dan lagu yaitu kecerdasan fisik motorikkinestetik, musikal, interpersonal yang tampak dari kerjasama dalam
kesamaan gerak dengan peserta didik lainnya, visual spasial pada saat menjaga jarak dengan peserta didik lain pada saat malakukan gerak dan lagu. Aspek
kecerdasan majemuk yang muncul dari kegiatan pendidikan jasmani ini menjadi lebih kaya setelah dimasukkan kegiatan prapemanasan.
Kegiatan prapemanasan pada ujicoba kelompok besar membuktikan para peserta didik untuk mengenali kondisi tubuh diri sendiri. Namun dalam pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan prapemanasan memang membutuhkan waktu relatif lama
yang dapat menyita jam pelajaran. Untuk itu, pada produk akhir model pembelajaran ini, kegiatan pramenasan ditambahkan sebagai bagian dari model
pembelajaran jasmani berbasis kinestetik. Setelah mendapat masukan dan penilaian dari para ahli materi serta setelah direvisi terhadap draf model pembelajaran.
Akhirnya diperoleh model pembelajaran pendidikan jasmani yang berbasis kinestetik untuk anak prasekolah dan tertuang dalam buku panduan pembelajaran.
10. Penelitian Tindakan Kelas