BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan dua ajaran Al-
Qur’an yaitu: 1.
Prinsip At-ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan.
2. Prinsip menghindari Al-iktinaz, yaitu menahan uang dana dan
membiarkannya menganggur idle dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
10
Kegiatan ekonomi sebenarnya adalah kegiatan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam rangka melaksanakan kegiatan inilah diperlukan
aturan-aturan main yang mestinya sarat dengan muatan moral agar tidak timbul kekacauan dan kesulitan.
11
Dalam lalu lintas perekonomian masyarakat modern dewasa ini, dimana kegiatan perekonomian terus berkembang dan berubah
sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman, bank muncul sebagai lembaga keuangan vital dengan inti kegiatan menyediakan jasa permintaan dan
10
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet,Mei 2006, Edisi Revisi, h. 5
11
Karnaen A. Perwaatmaja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok: Usaha Kami, 1996,Cet. ke-1, h.11-12
2
penawaran disamping jasa di bidang lain. Oleh karena itu, dewasa ini perekonomian tidak bisa terlepas dari peran jasa perbankan.
Bank sebagai lembaga keuangan merupakan sarana penyimpanan uang paling aman bagi nasabah, bertugas menyimpan dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa keuangan dan pembayaran lainnya. Sebagai lembaga keuangan yang mendapat kepercayaan
masyarakat, bank berusaha semaksimal mungkin melakukan daya tarik insentive ekonomi berupa bunga tinggi, bonus, serta hadiah-hadiah yang
menarik minat nasabah. Berbagai langkah dilakukan oleh bank dengan tujuan meningkatkan jumlah penghimpunan dana masyarakat dengan cara
meningkatkan jumlah nasabah. Secara umum pengertian Bank Islam Islamic Bank adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut identitas Bank Islam selain istilah Bank
Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga Interest-Free Bank, Bank Tanpa Riba, dan Bank Syariah Syariah Bank. Namun, di Indonesia secara teknis
yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.
12
Ini berarti tata cara operasional bank tersebut mengacu kepada ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits.
12
www.google.com
3
Bank Konvensional dan Bank Syariah mempunyai paradigma yang berbeda secara mendasar dalam melakukan penghimpunan dana masyarakat. Bank
Konvensional menghimpun dana nasabah dan meminjamkan kepada debitur dengan sistem bunga, sedangkan bank syariah menghimpun dana nasabah dan
menyalurkannya kepada debitur dengan sistem bagi hasil. Di satu pihak, tujuan masyarakat menabung di bank konvensional adalah disamping untuk
mengamankan dananya dari kemungkinan yang tidak diharapkan, juga untuk memperoleh bunga dari dana tersebut. Di pihak lain, tujuan masyarakat
menyimpan uangnya di Bank Syariah yang paling utama adalah menghindari adanya riba, sebab kebanyakan umat Islam mempunyai pandangan bahwa bunga
bank itu sama dengan riba yang diharamkan dalam Islam. Sedangkan tujuan lainnya adalah untuk diinvestasikan dalam berbagai pembiayaan. Jika
menguntungkan akan mendapatkan bagian dari nisbah bagi hasil, sedangkan jika mengalami kerugian yang bukan kesalahan bank maka masyarakat pemilik
dana ikut menanggung kerugian tersebut.
13
Dimulai dengan ide dasar mengenai adanya layanan perbankan sesuai syariat islam di awal tahun 90-an, tepatnya setelah ada undang-undang No.7
tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil, kemudian direvisi dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No.7 tahun
1992 dimana dalam bentuk sebuah bank konfensional yang beroperasi dengan
13
Jurnal Hukum Bisnis, Menyongsong RUU Perbankan Syariah, Jakarta:Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis,2002,Hal.21
4
prinsip syariah. Dengan lahirnya UU No.10 tahun 1998, maka landasan hukum Bank Syariah menjadi lebih jelas dan kuat baik dari segi kelembagaan maupun
landasan operasionalnya. Hal tersebut diatas membuktikan, bahwa secara konseptual perbankan
syariah memang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, serta sudah menjadi sistem perbankan alternatif yang sesuai dengan fitrah hidup manusia.
Walaupun demikian, kesempurnaan konsep yang merupakan konsep ilahiyah ini tetap harus di-update dan disesuaikan dengan tuntutan zaman agar tetap dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata. Peningkatan yang sangat tajam dimulai sejak tahun 1998, yaitu setelah
dikeluarkan UU No.10 tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Efeknya adalah apabila sejak tahun 1992 hingga tahun 1998
hanya ada satu Bank Umun Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS maka pada bulan Maret tahun 2007 berdasarkan data statistik Perbankan
Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia jumlah Bank Syariah telah mencapai 24 unit yang terdiri atas 3 Bank Umum Syariah dan 21 unit Usaha
Syariah. Selain itu jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS telah mencapai 105 unit pada periode yang sama.
14
Namun, mengingat Indonesia adalah negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sisi ini patut menjadi potensi aset yang kuat jika diimbangi
dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai dengan populasi muslim
14
www.buletinekonomikadanbisnisislam.com
5
sebesar 88 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai 225 juta jira, mestinya menjadi pasar yang luar biasa bagi bisnis syariah. Namun, kenyataan
yang terjadi masih cukup memprihatinkan. Sungguh sangat disayangkan, potensi penduduk sedemikian besar itu ternyata tidak secara otomatis memuluskan
sosialisasi perbankan syariah. Mayoritas masyarakat muslim masih buta tentang Bank Syariah, termasuk para akademisi, profesional, bahkan ulama.
15
Keadaan ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari pihak bank kepada masyarakat
muslim. Oleh karena itu diperlukan sistem pemasaran yang lebih bersifat sosialis. Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang apa pun, membutuhkan apa
yang disebut dengan pemasaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial, yang melalui proses itu individu-individu dan kelompok akan memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan, dengan cara menukar dan menciptakan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain.
16
Sedangkan menurut William J. Stanton, pemasaran didefinisikan berdasarkan bisnis yaitu sebuah sistem dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas
kebutuhan dan keinginan pasar.
17
15
M.samsul Arifin, ”Perbankan Masih Perlu Sosialisasi” http:edratna.wordpress.com20070626mengenal-produk-perbankan-syariah-1
16
Philip kotler, manajemen pemasaran : Analisa Perencanaan Dan pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1996, jilid 2, h.20
17
Marius P.Angipora, Dasar-dasar Pemasaran, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999, cet.ke-1, hal.5
6
Bank sebagai lembaga keuangan perlu mengkomunikasikan setiap produk yang mereka tawarkan. Hal ini dilakukan agar masyarakat mengetahui dan
memiliki minat untuk merasakan manfaat dari produk bank yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Banyak bank menawarkan
produknya, baik produk baru maupun pengembangan dari produk lama. Beberapa mereka ada yang gagal dalam merebut kepuasan konsumen. Hal ini disebabkan
karena permintaan pasar yang selalu berubah-ubah. Beberapa kepuasan nasabah yang dimaksud antara lain:
1. Keamanan terjamin atau penarikannya mudah dilakukan.
2. Mudah dan praktis, tidak berbelit-belit, jika kita ingin mendepositokan uang
dan mudah dipindahkan ke rekening giro atau tabungan serta mudah memindahkan dana dalam jumlah besar dan kecil.
3. Rasa bangga menabung pada bank yang bersangkutan. Faktor-faktornya
adalah karena kemudahan dan praktis serta terjamin keamanannya karena dikelola tenaga profesional.
Bank menawarkan produknya berupa jasa seperti tabungan, deposito, kredit, dan lain-lain. Jasa didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau manfaat yang
dapat diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan sesuatu dan produksinya dapat atau
tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik.
18
18
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, Yogyakarta: Liberty, 1997, cet ke-4, h.19
7
Tabungan adalah salah satu produk dalam suatu Bank yang paling banyak diminati oleh nasabah. Karena fungsi tabungan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat saat ini. Yaitu sebagai sarana yang terbaik untuk menyimpan uang, oleh karena itu bank diharuskan untuk terus mengembangkan produk sesuai
dengan kebutuhan nasabah saat ini. Tabungan saat ini sudah berkembang fungsinya bukan hanya berfungi sebagai sarana penyimpanan uang tetapi juga
sarana untuk beribadah, contohnya seperti tabungan kurban yang ada di Bank Syariah Mandiri yang membantu nasabahnya yang kurang mampu untuk
beribadah kurban menjadi mampu. Bank Syariah Mandiri mempunyai produk tabungan yang kurang lebih
selama empat tahun ini berjalan yaitu Tabungan Kurban. Tabungan kurban ini bertujuan memudahkan nasabah yang ingin melaksanakan ibadah kurban dan
aqiqah. Tabungan kurban Bank Syariah Mandiri adalah jenis tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. Mudharabah mutlaqah adalah Akad
antara pihak pemilik modal shahibul maal dengan pengelola mudharib untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang
telah disepakati. Dalam hal ini, mudharib bank diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka skripsi ini diberi judul
“Pengaruh Strategi Promosi Terhadap Produk Tabungan Kurban di Bank Syariah Mandiri”.
8
B. Perumusan Masalah