Universitas Sumatera Utara
lah, jangan langsung ngejudge jelek sama suatu hal.”
Informan III : “Filmmaker mungkin mau ngasih gambaran ini loh
fenomena di masyarakat kita terkait dengan pluralisme. Bagaimana bergaul dan bersosial dalam
keberagaman. Nggak melulu bicara cinta, tapi ada juga tentang budaya dan agama. Intinya dia pengen
nyampein tentang perbedaan.”
Informan IV : “Pesan dari film ini mungkin nyuruh kita anak-anak muda, kaum intelektual muda, untuk mulai
mengambil tindakan dan langkah-langkah terkait kondisi yang terjadi sekarang ini. Kalo kita biarkan
setiap orang saling menyimpan curiga dan prasangka terhadap orang lain, Indonesia bahkan
dunia takkan pernah aman dan damai. Pasti yang namanya pertikaian dan konflik akan sering terjadi.
Jangan cuma bisanya protes, tapi ayok kita cari solusi. Dimulai dari kita generasi muda.”
Informan V : “Yang coba disampaikan pembuat film ini menurutku
pesan supaya kita sadar kalo Indonesia ini nggak cuma punya golongan tertentu aja. Punya semua
warga negara Indoensia, apapun suku, etnis dan agamanya. Selain itu mungkin kita disuruh pilih
cinta sama tuhan atau cinta sama manusia. Mana yang lebih kita prioritaskan ?”.
j. Tanggapan Mengenai Pernikahan Beda Agama
Ketika ditanya mengenai tanggapan mereka mengenai pernikahan beda agama, kelima informan terbagi menjadi dua kubu. Informan II, III, dan IV
menyatakan kesetujuannya, sedangkan Informan I dan V bersikap kontra terhadap pernikahan beda agama.
Informan II mengatakan bahwa pernikahan beda agama bukan hal yang buruk sehingga tidak perlu dihindari. Menikah dengan orang yang berbeda
keyakinan tidak otomatis mendatangkan konflik dan perpecahan. Ia berpendapat bahwa pasangan yang berbeda keyakinan justru biasanya lebih perhatian dan
saling mengingatkan dalam hal agama dan tuhan. Informan III dan IV memberikan jawaban yang sama. Mereka
menganggap bahwa pernikahan beda agama diperbolehkan dengan persyaratan ‘satu iman’. Seperti yang disampaikan Informan IV sebagai berikut.
“Menikah beda agama boleh asalkan satu iman. Yang paling penting bukan apa agamanya, tapi sejauhmana ia menjalankan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
agamanya. Nggak masalah beda, asal keduanya takut dan cinta sama tuhan. Cinta sama tuhan kan berarti kita cinta sama semua
ciptaannya, termasuk orang yang beda agama. Daripada agamanya sama tapi nggak menjalankan ibadah dengan baik. Kan
sama aja dengan bohong.”
Sejak awal wawancara Informan I sudah menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pluralisme. Tidak mengherankan jika dia mengambil sikap serupa ketika
ditanya mengenai pernikahan beda agama. Menurutnya agama adalah hal yang sangat esensial. Perbedaan agama tidak menjadi masalah jika ditempatkan dalam
pergaulan, namun akan sulit diterapkan dalam pernikahan. Ia mengatakan bahwa tujuan pernikahan adalah menyamakan visi misi untuk membangun sebuah
keluarga yang utuh dan bahagia. Hal itu akan sulit diwujudkan jika keluarga tersebut dibangun di atas dua fondasi yang berbeda.
Informan V juga menyatakan anti terhadap pernikahan beda agama. Ia menyebut pernikahan beda agama adalah salah satu bentuk penghinaan terhadap
agama itu sendiri dan merupakan dosa bagi orang yang melakukannya. Menurutnya, pernikahan beda agama jusru dapat memicu konflik dalam keluarga.
”Dalam agama udah jelas dilarang. Yah nggak mungkin dilanggar. Masa’ lantaran cinta sama manusia, kita jadi
melanggar perintah Allah. Kalo kita lakuin sama aja kita menghina agama kita sendiri. Sama aja dengan murtad. Lagian
pernikahan agama ini justru mendatangkan konflik. Pertama sama keluarga besar kita yang nggak menyetujui, sama lingkungan,
belum lagi konflik dalam keluarga itu tentang agama yang akan dianut anaknya.”
4.1.3.2 Pengetahuan Seputar Pluralisme
Dari hasil wawancara peneliti dengan kelima informan, ditemukan hasil bahwa kelimanya telah mengenal istilah pluralisme sebelum menonton film
CinTa. Namun masing-masing informan mengaku mendapat wawasan baru seputar sisi lain dari pluralisme yang menjadi pembelajaran penting tentang
realitas kehidupan.
a. Definisi Pluralisme