Kerangka Analisis METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara peneliti kembali meminta rekomendasi informan lainnya yang dapat diwawancarai. Dan begitu seterusnya sampai jumlah informan terpenuhi Eriyanto, 2007: 255 - 256. Gambar 3.1 Metode Snowball Sampling Sumber : Teknik Sampling Analisis Opini Publik, 2007, Hal 255. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang sudah pernah menonton film CinTa. Berdasarkan tingkat pendidikannya, peneliti memilih mahasiswa maupun yang sudah bergelar sarjana, dikarenakan melihat segmentasi film yang dikhususkan bagi penonton remaja maupun dewasa. Selain itu karena tema cerita dalam film CinTa merupakan tema yang jarang dibuat dan masih dianggap tabu di Indonesia, maka peneliti ingin melihat bagaimana para informan meng-interpretasikan wacana pluralisme yang digambarkan dalam film tersebut. Penelitian ini tidak dibatasi berdasarkan referensi etnografis para informan, karena ingin melihat pemaknaan yang berbeda-beda dari tiap informan. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah 5 orang. Sedangkan lokasi penelitiannya adalah Universitas Sumatera Utara.

3.4 Kerangka Analisis

Penelitian kualitatif ini didesain dengan menggunakan analisis resepsi. Pendekatan analisis resepsi digunakan karena pada dasarnya audiens aktif meresepsi teks dan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati, meresepsi atau dalam membuat kesimpulan. Dengan analisis resepsi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ini, peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana khalayak memahami dan menginterpretasi isi pesan memproduksi makna berdasarkan pengalaman story of life dan pandangannya selama berinteraksi dengan media. Dengan kata lain pesan-pesan media secara subjektif dikonstruksikan khalayak secara individual. Dalam penelitian analisis resepsi ini, peneliti menggunakan model encoding-decoding yang dikemukakan oleh Stuart Hall pada tahun 1973 Durham Kellner, 2002: 166. Objek dari model ini adalah makna dan pesan dalam bentuk tanda yang diproses melalui pengoperasian kode dalam rantai wacana. Gambar 3.2 Model encoding-decoding Stuart Hall Sumber : users.aber.ac.uk Melalui model encoding-decoding dapat diketahui bahwa struktur makna meaning structure satu dan struktur makna dua kemungkinan tidak sama. Kode encoding dan decoding kemungkinan juga tidak sejajar. Derajat simetrisnya akan tergantung dari derajat simetri dan asimetri yang dibangun antara decoderreceiver dan encoderproducer. Derajat asimeti disini adalah derajat pengertian dan salah pengertian dalam pertukaran komunikasi Durham Kellner, 2002: 173. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Secara metodologi, reception analysis termasuk dalam paradigma interpretive, dimana menurut Neuman Hadi, 2009: 4 “Interpretive “is the systematic analysis of socially meaningful action through the direct detailed observation of people in natural settings in order to arrive at understandings and interpretations of how people create and maintain their worlds”. Artinya paradigma interpretif dalam konteks penelitian sosial digunakan untuk melakukan interpretasi dan memahami alasan-alasan dari para pelaku terhadap tindakan sosial yang mereka lakukan, yaitu cara-cara dari para pelaku untuk mengkonstruksikan kehidupan mereka dan makna yang mereka berikan kepada kehidupan tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data