Aktuaria Manajemen Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Aspek aktuaria pada asuransi syariah meliputi perancangan produk, penentuan rate premi produk, distribusi surplus perusahaan, perjanjian
reasuransi atau retakaful, valuasi dan tes solvensi, bunga majemuk dan aspek- aspek lain yang digunakan dalam asuransi syariah.
Sedangkan teknik aktuaria yang sudah diterapkan pada bisnis asuransi syariah, yaitu:
a. Teknik bunga majemuk
Pada teori ini dipelajari tentang pertumbuhan dan bukan merupakan teori riba. Teknik ini banyak digunakan pada evaluasi rancangan penggunaan
dari metoda discount cashflow. Pada asuransi syariah, teori ini dapat diadopsi dengan mengganti sistem bunga menjadi bagi hasil pada
operasional dan keuntungan investasi. Penerapan teori ini dapat ditemui pada perhitungan premi sekaligus untuk produk pembiayaan yang telah
dikurangi hasil investasi sekaligus tersebut dan diterima pada awal perjanjian. Ketetapan premi sekaligus ini harus disetujui oleh Dewan
Pengawas Syariah DPS. b.
Pertimbangan waktu dalam transaksi Mengenai kaitan waktu dan produk asuransi syariah adalah kemungkinan
lebih tingginya tingkat tabarru‟ pada pembayaran bulanan dibandingkan
dengan pembayaran tahunan. Hal ini sesuai dengan skim bai‟ bi tsaman
ajil, yaitu penjualan dengan pembayaran yang tertunda dan harga yang dikaitkan dengan perhitungan waktu.
Pemeriksaan kondisi keuangan oleh aktuaria sangat penting dilakukan. Karena dengan adanya pemeriksaan keuangan, kewajaran
solvabilitas dapat diketahui. Jika solvabilitas tidak wajar, maka perusahaan tidak akan dapat memenuhi pembayaran klaim pada saat tertentu. Asumsi
yang dibutuhkan dalam valuasi aktuaria yaitu risiko kematian, biaya dan tingkat investasi. Dasar valuasi minimum telah ditetakan dalam peraturan
asuransi syariah dan diawasi oleh Departemen Keuangan. Valuasi aktuaria dilakukan dengan 3 tiga metode berikut:
a. Metode Premi Netto, yaitu premi murni yang dihitung berdasarkan valuasi
dan hanya dihubungkan dengan mortalitas dan investasi. b.
Metode Premi Brutto, yaitu premi murni yang ditawarkan kurang dari perkiraan tertentu biaya-biaya akan datang yang wajar.
c. Metode Cadangan Bonus, yaitu premi murni yang ditawarkan kurang dari
perkiraan tertentu biaya-biaya akan datang yang wajar, namun terdapat penambahan item kewajiban, bonus akan datang yang diperkirakan.
Valuasi dilakukan karena merupakan kebutuhan bagi perusahaan asuransi, yaitu untuk:
a. Menguji solvensi
b. Mengecek ketepatan skala premi
c. Menentukan kapan dilakukan merger atau transfer suatu kewajiban
d. Menetapkan distribusi surplus.
Menentukan rate premi produk menjadi salah satu tugas aktuaris. Terdapat tiga metode yang digunakan dalam menghitung rate premi asuransi
syariah, yaitu
4
: a.
Tabel Mortalita Metode perhitungan dengan menggunakan tabel mortalita ini
berdasarkan atas tabel yang dibentuk dari data orang yang telah diseleksi masuk asuransi atau menggunakan data dari industri asuransi. Sifat-sifat
tabel mortalita adalah sebagai berikut: 1
Semakin tinggi peluang kematian seseorang maka premi yang dibayar semakin besar.
2 Untuk orang dewasa maka perlu kecenderungan semakin tua umur
semakin besar peluang kematiannya, sehingga premi yang dibayar semakin besar.
3 Semakin konservatif tabel mortalita yang digunakan maka premi semakin
mahal dan sebaliknya. 4
Tabel mortalita yang sudah dibuat semakin lama akan menjadi konservatif, karena kondisi kesehatan masyarakat semakin membaik.
5 Jika tabel mortalita yang up to date belum tersedia, maka dapat
digunakan umur yang lebih muda atau tabel mortalita dikalikan persentase di bawah 100.
4
Ela Patriana, Materi Perkuliahan; Praktikum Aktuaria, 2012.
Tabel 1. Tabel Mortalita Indonesia TMI-II
Usia x
Jumlah Awal lx
Jumlah Meninggal dx
Peluang Kematian qx
30 989,770
1,356 1.37
31 988,414
1,374 1.39
32 987,040
1,402 1.42
33 985,638
1,449 1.47
34 984,189
1,525 1.55
35 982,664
1,612 1.64
36 981,052
1,717 1.75
37 979,335
1,841 1.88
38 977,474
1,965 2.01
39 975,529
2,088 2.14
40 973,442
2,210 2.27
41 971,232
2,350 2.42
42 968,882
2,509 2.59
43 966,372
2,706 2.80
44 963,666
2,939 3.05
45 960,727
3,247 3.38
46 957,480
3,629 3.79
Contoh: Berapakah peluang kematian orang berusia 30 tahun meninggal sebelum
usia 31 tahun q30? Jawab:
q30 =
q30 =
q30 = q30 = 0,00137
q30 = 1,37 permill atau per seribu Dari data di atas mengandung pengertian bahwa:
1 Dari 1.000 orang berusia 30 tahun akan meninggal sebanyak 1,37
orang sebelum mencapai usia 31 tahun, atau 2
Dari 10.000 orang berusia 30 tahun akan meninggal sebanyak 13,7 orang sebelum mencapai usia 31 tahun, atau
3 Dari 100.000 orang berusia 30 tahun akan meninggal sebanyak 137
orang sebelum mencapai usia 31 tahun. Berikut merupakan ilustrasi perhitungan besar premi dengan
menggunakan metode tabel mortalita. Soal:
1. Berapa iuran setiap peserta, bila setiap ahli waris meninggal menerima
uang masing-masing RP.1000.000,-? Jawab:
100.000 orang 99.863 orang
30 Tahun 31 Tahun
Jumlah orang meninggal = 137 orang Jumlah uang yang dbutuhkan = Rp.1.000.000,- x 137
= Rp.137.000.000 Iuran masing-masing peserta =
= Rp.1.370,- b.
Diskonto Premi Asumsi yang sering digunakan dalam perhitungan premi yaitu:
1 Semua customer masuk bersama dan membayar premi pada awal
tahun. 2
Semua klaim atau semua customer yang meninggal terjadi pada akhir tahun.
3 Premi dapat diinvestasikan selama 1 tahun penuh.
4 Sehingga premi yang dibayarkan pada awal tahun dapat didiskonto
menjadi lebih kecil. Sifat diskonto premi:
1 Semakin tinggi asumsi tingkat hasil investasi yang digunakan maka
premi akan semakin murah. 2
Asumsi tingkat hasil investasi yang terlalu optimis tinggi akan berpotensi dana premi yang terkumpul tidak cukup untuk membayar
klaim karena hasil investasi di bawah asumsi. 3
Asumsi tingkat hasil investasi yang terlalu rendah juga akan menyebabkan premi tidak bersaing.
Berikut merupakan ilustrasi perhitungan rate premi dengan tabel mortalita dan diskonto.
Soal: Berapa iuran setiap peserta, bila setiap ahli waris yang meninggal menerima
uang masing-masing sebesar Rp.1.000.000,-? investasi 1 tahun 10 Jawab:
100,000 99,773
40 tahun 41 tahun
Jumlah orang meninggal = 227 orang asumsi di akhir tahun Jumlah uang yang dibutuhkan = Rp.1.000.000,- x 227 orang
= Rp.227.000.000,- Diskonto 10 juta di awal tahun =
= Rp.206.363.636,- Iuran masing-masing peserta =
= Rp.2.064,- c.
Biaya Expense 1
Premi yang dibentuk dari tabel mortalita dan faktor diskonto disebut dengan premi bruto.
2 Sebagian biaya operasional akan dibebankan ke dalam premi netto
seperti komisi marketing, biaya penerbitan polis dan pengurusan klaim, biaya penagihan, biaya manajemen dan lain sebagainya.
3 Premi Bruto = Premi Netto + Biaya
4 Bentuk biaya paling sederhana adalah persentase dari premi bruto
sehingga lebih mudah untuk dipahami. Sifat biaya dalam premi:
1 Semakin tinggi tingkat biaya yang dibebankan ke dalam premi maka
premi akan semakin mahal dan sebaliknya. 2
Semakin efisien biaya operasional sebuah asuransi maka memungkinkan untuk membebankan biaya yang rendah dan akhirnya
premi semakin bersaing. 3
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a
Biaya yang berhubungan dengan besar premi, seperti komisi agen, promosi dan lain-lain.
b Biaya yang berhubungan dengan jumlah polis, seperti administrasi
penerbitan polis, pengiriman kuitansi dan lain-lain. c
Biaya yang berhubungan dengan besarnya manfaat, seperti biaya medical check up, pengurusan klaim dan lain-lain.
Berikut merupakan ilustrasi penggunaan tabel mortalita, diskonto dan biaya.
Soal: 1.
Berapa iuran tiap peserta, bila setiap ahli waris yang meninggal menerima masing-masing sebesar Rp.1.000.000,-? investasi 1 tahun
10 dan biaya pengelolaan 20 dari premi bruto
Jawab: 100.000
99.773 orang
40 tahun 41 tahun
Jumlah orang yang meninggal = 227 orang asumsi di akhir tahun Jumlah uang yang dibutuhkan = Rp.1.000.000,- x 227 orang
= Rp.227.000.000,- Diskonto 10 juta di awal tahun =
= Rp.206.363.636,- Premi + Biaya =
= Rp.257.954.545,- Iuran masing-masing peserta =
= Rp.2.580,- 2.
Berapa iuran peserta, bila ahli waris yang meninggal menerima masing-masing sebesar Rp.1.000.000,-? Investasi 1 tahun 10 dan
biaya pengelolaan 25 dari premi bruto Jawab:
100.000 orang 99.773 orang
40 tahun 41 tahun
Jumlah orang meninggal = 227 orang asumsi di akhir tahun
Jumlah uang yang dibutuhkan = Rp.1.000.000,- x 227 orang = Rp.227.000.000
Diskonto 10 juta di awal tahun = = Rp.206.363.636,-
Premi + biaya = = Rp.275.151.515,-
Iuran masing-masing peserta =
= Rp.2.752,-