BAB II LANDASAN TEORI
Rukun kematian dari beberapa sisi bisa dilihat sebagai satu wujud asuransi walaupun dalam model asuransi yang lebih menekankan aspek sosial. Prinsip
iuran dan klaim pada waktu tertentu mengindikasi rukun kematian lebih tepat dilihat sebagai satu wujud asuransi dibanding satu model tabungan. Pada bab ini
akan dijelaskan bingkai teoritis yang akan digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian yang telah dilakukan penulis. Pada bagian awal akan dijelaskan
beberapa prinsip asuransi syariah, asuransi sosial dan kemudian akan dibahas norma penyelenggaraan jenazah.
A. Manajemen Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
1. Akad, Prinsip, dan Konsep Asuransi Syariah
Kata akad berasal dari bahasa Arab, yaitu al „aqd yang mempunyai
arti ikatan, perikatan, perjanjian dan pemufakatan. Definisi akad secara terminologi fikih adalah “pertalian ijab pernyataan melakukan ikatan dan
qabul pernyataan penerimaan ikatan sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek perikatan”.
2
2
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010
Menurut ketentuan hukum Islam, suatu perjanjian dikatakan sah jika ia memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh syariat. Menurut
mayoritas ulama
3
, rukun dan syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Shigat ijab qabul
Ijab dan kabul dapat diwujudkan secara lisan, tulisan, isyarat, sarana modern dan perbuatan yang menunjukkan adanya kerelaan dari pelaku
akad yang disebut dengan al mu‟athah. Syarat sah pengucapan shigat
yaitu: 1
Maksud shigat harus jelas, sehingga ia dapat difahami oleh pihak- pihak yang berakad.
2 Antara ijab dan qabul harus selaras, sesuai dan relevan.
3 Pengucapan shigat harus muttashil connect dan dilakukan dalam
satu majelis. Syarat persamaan lokasi dapat disesuaikan dengan kondisi zaman dan teknologi komunikasi jarak jauh. Akad dapat
berlangsung melalui pesawat telepon, telekonferensi, skype, lokasi dalam kondisi demikian adalah masa berlangsungnya percakapan
telepon, selama percakapan masih berlangsung dan line telepon masih tersambung, berarti
„aqid masih berada dalam lokasi akad. b.
Pihak yang berakad Pelaku akad disyaratkan orang mukallaf aqil, baligh, berakal sehat,
dewasa atau cakap hukum.
3
AH. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005