Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

santunan bagi peserta lain yang tertimpa musibah. Ketentuan tersebut dilakukan setelah adanya kesepakatan pada awal perjanjian. Pengembangan dana peserta dilakukan dengan prinsip mudharabah. Keuntungan yang didapatkan dari investasi dibagihasilkan antara perusahaan asuransi syariah dengan peserta. Dalam mengelola dana peserta, secara teknis, operasional dan syar‟i, perusahaan asuransi syariah diawasi oleh komisaris dan Dewan Pengawas Syariah DPS. a. Asuransi Jiwa Syariah Pada asuransi jiwa syariah, mekanisme dana peserta dibagi menjadi 2 dua sistem, yaitu: 1 Sistem produk dengan unsur tabungan Dalam produk dengan unsur tabungan terdapat tabungan peserta. Sistem pengelolaan dana pada produk ini adalah sebagai berikut: a Premi yang dibayarkan peserta dimasukkan ke dalam dua rekening berbeda yaitu, rekening peserta dan rekening tabarru‟. Besar dana pada kedua rekening tersebut ditentukan menurut kelompok usia peserta dan jangka waktu pertanggungan. b Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. c Keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi yaitu premi reasuransi dan klaim, kemudian dibagi menurut prinsip mudharabah. d Pembagian mudharabah dibuat dalam perbandingan tetap seperti dalam perjanjian yang disepakati sejak awal. Besar persentase antara perusahaan asuransi syariah dan peserta misalnya 70:30, 60:40, dan seterusnya. 2 Sistem produk tanpa unsur tabungan Mekanisme pengelolaan dana pada produk non saving yaitu sebagai berikut: a Premi disetorkan peserta kepada perusahaan, kemudian dimasukkan ke dalam rekening tabarru‟ perusahaan. b Kumpulan dana peserta kemudian diinvestasikan dengan ketentuan yang sesuai dengan syariat. c Keuntungan dari investasi setelah dikurangi beban asuransi dibagihasilkan antara peserta dan perusahaan asuransi syariah dengan prinsip mudharabah dengan perbandingan tetap sesuai perjanjian yang telah disepakati pada awal akad. b. Rumusan Dewan Pengawas Syariah DPS MAA Terdapat model lain yang telah dirumuskan oleh Dewan Pengawas Syariah DPS MAA. Sistem tersebut menganut akad ta‟awun tolong menolong antarpeserta yang diaplikasikan dengan mengeluarkan premi berbentuk tabarru‟. Dana derma tersebut diserahkan kepada MAA syariah dengan akad wakalah. Dengan demikian, pihak MAA syariah mendapatkan amanah sebagai wakil dari peserta asuransi syariah untuk melakukan bisnis dengan pihak lain melalui akad tabaduli. Keuntungan yang telah dikurangi biaya reasuransi dan klaim, dibagi dengan akad mudharabah antara peserta dan asuransi syariah. Mekanisme pengelolaan dana ini telah digunakan pada asuransi MAA General Insurance Cabang Syariah. Penempatan investasi pada asuransi syariah menjadi hal penting yang sangat diperhatikan. Sesuai dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah Pasal 5 dijelaskan bahwa penempatan dana asuransi syariah diinvestasikan terdiri dari: a. Deposito pada bank; b. Saham syariah; c. Sukuk atau obligasi syariah; d. Surat Berharga Syariah Negara; e. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan yang diterbitkan Bank Indonesia; f. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia; g. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya; h. Reksa dana syariah; i. Efek beragun aset syariah yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset syariah; j. Pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk pembelian refinancing syariah; k. Emas murni. Selain di dalam negeri, investasi asuransi syariah juga dapat ditempatkan di luar negeri. Jenis investasi luar negeri yang dapat diikuti asuransi syariah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11PMK.0102011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah terdiri dari: a. Saham syariah; b. Sukuk; c. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia; d. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya; e. Reksa dana syariah.

3. Sumber Dana Operasional Asuransi Syariah

Secara operasional, bagi asuransi syariah yang berbentuk bisnis, sumber biaya operasional sangat menentukan percepatan tumbuh kembang industri. Berbeda dengan asuransi syariah yang berbentuk sosial, mutual atau pun koperasi. Asuransi syariah yang bersifat sosial tidak terlalu mengutamakan profit, karena yang diutamakan adalah aspek manfaat bagi para pesertanya. Pada asuransi jenis ini, peran pemerintah sangat diperlukan untuk subsidi awal berdirinya asuransi syariah tersebut. Berikut beberapa sumber biaya operasional asuransi syariah: a. Surplus Underwriting Salah satu sumber biaya operasional perusahaan asuransi syariah adalah bagi hasil dari surplus underwriting yang dibagi secara proporsional antara peserta dan perusahaan asuransi syariah dengan nisbah yang telah ditentukan pada awal perjanjian. Surplus underwriting diperoleh dari hasil kumpulan dana peserta yang diinvestasikan yang telah dikurangi beban asuransi, kemudian dibagihasilkan antara perusahaan dan peserta. Bagian yang digunakan sebagai sumber biaya operasional adalah sebelum menjadi profit perusahaan asuransi syariah terkait. b. Premi InvestasiPremi Tabungan Saat peserta membayar premi, kemudian dikumpulkan menjadi kumpulan dana peserta yang kemudian diinvestasikan. Profit dari investasi yang kemudian dibagi hasil antara perusahaan asuransi dan peserta. Dari bagi hasil investasi inilah yang merupakan salah satu sumber biaya operasional. c. Dana Pemegang Saham Dana pemegang saham merupakan akumulasi laba ditambah modal yang disetorkan oleh pemegang saham asuransi syariah. Penyetoran dana ini dilakukan pada awal berdirinya perusahaan asuransi syariah, setelah perusahaan berjalan ataupun hasil dari investasi dana tersebut. d. Premi Biaya Premi biaya adalah biaya yang dikenakan aktuaria pada saat membuat produk. Premi biaya ini disebut juga dengan loading. Besar loading yang