Jenazah Penyelenggaraan Jenazah Aktivitas Penyelenggaraan Jenazah

mengarah ke arah kiblat. Karena dengan posisi tersebut, akan memudahkannya menghembuskan napas terakhir keluarnya ruh. 18 c. Talqin yaitu mengingatkan, mengajarkan dan menuntunnya membaca kalimat tauhid, yaitu Lailaaha illa Allah, dengan cara membisikkan kalimat tersebut ke arah telinganya. d. Disunnahkan terhadap yang hadir untuk membacakan ayat-ayat Al Qur‟an. Ayat yang biasa dibacakan adalah surat Yasin dengan mengeraskan suara atau surat Ar-Rad dengan mengecilkan suara. e. Disunnahkan untuk menurunkan berbagai macam gambar yang ada di ruangan tempatnya dibaringkan 19 . f. Jika kematiannya telah diyakini, maka orang yang hadir hendaknya menutup dan memejamkan kedua matanya. g. Menyelimuti jenazah agar tidak terbuka dan rupanya yang berubah tertutup dari pandangan. h. Segera melaksanakan pemakaman.

2. Penyelenggaraan Jenazah

Pokok pengurusan jenazah terdapat empat tahap, yaitu memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkan. Kecuali bagi jenazah yang mati syahid, cukup disalatkan dan dikuburkan. 18 Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh al Islamy wa Adillatuh, jilid II, Damaskus: Dar al-Fikr, 1984, Cet. I 19 Achmad Mufid A. R, Risalah Kematian, Yogyakarta: Total Media, 2007 a. Memandikan Setelah kematian seseorang telah diyakini kebenarannya, maka jenazah harus segera dimandikan sebagaimana mandi junub, sekalipun terhadap jenazah anak kecil. Hukum memandikan jenazah adalah fardhu kifayah. Orang yang memandikannya pun harus ahli dalam memandikan jenazah. Yaitu, orang yang memahami tata cara memandikan, mensucikan dan paling hati-hati agar tidak menyakiti jenazah. Selain itu orang yang memandikan hendaknya orang yang jujur, shalih dan dapat dipercaya. Jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan dan jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, kecuali bagi suami atau istri jenazah. Dalam memandikan jenazah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1 Mempersiapkan tempat pemandian hendaknya dilakukan di tempat yang tertutup, untuk menghindari fitnah dari orang-orang yang memandangnya. 2 Menyediakan peralatan untuk memandikan, seperti air bersih, sabun, kapur barus, wewangian, sarung tangan atau sejenisnya, kain basahan atau kain yang digunakan untuk mengeringkan jenazah dan potongan serta gulungan kain untuk menggososk tubuh jenazah. 3 Jenazah dimandikan secara sempurna dengan mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dan menggunakan sabun yang diakhiri dengan air bersih yang telah dicampur dengan wewangian. 4 Memandikan jenazah sebaiknya dilakukan tiga kali atau lebih dengan cara yang sama sampai diyakini kebersihannya dengan hitungan ganjil. Misalnya lima atau tujuh kali. 5 Memberikan wewangian pada jenazah. 6 Bagi jenazah wanita, disunnahkan untuk mengurai rambut jenazah dengan hati-hati jangan sampai mencabutnya, dicuci, dan dijalin atau dikuncir kembali dengan dijadikan tiga untai dan diletakkan dibelakang punggung. 7 Menyisir rambut jenazah. 20 8 Mengasapi jenazah dengan wewangian sebanyak tiga kali. 9 Bagi orang yang memandikan jenazah hendaknya menutupi dan merahasiakan aib jenazah 10 Disunnahkan mandi bagi orang yang telah selesai memandikan jenazah dan wudhu bagi yang ikut membawa jenazah. b. Mengkafani Setelah memandikan jenazah selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah mengkafani jenazah. Hukum mengkafani jenazah adalah fardhu kifayah. Kain yang digunakan untuk mengkafani jenazah dapat dengan kain apa saja meskipun hanya dengan sehelai kain. Namun, disunnahkan dengan menggunakan kain kafan berwarna putih dan tidak terlalu mahal. 20 Achmad Mufid A. R, Risalah Kematian, Ibid. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkafani, yaitu: 1 Memilih kain kafan yang bagus tanpa berlebihan, berwarna putih dan menutupi seluruh anggota badan jenazah. 2 Mendahulukan bagian kepala jika kain tidak cukup untuk menutup seluruh anggota badan jenazah. 3 Jumlah kain untuk mengkafani jenazah minimal satu lapis yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah, baik bagi jenazah laki-laki atau pun perempuan. Sedangkan jumlah maksimal kain kafan tiga lapis bagi jenazah laki-laki dan lima lapis bagi jenazah perempuan dengan pengikat lima utas tali. Tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut: 1 Bentangkan kain kafan pertama yang merupakan kain paling bawah, paling luar dan kain bagus. Taburkan minyak wangi, serbuk kayu cendana, atau kapur barus. Begitu seterusnya pada kain lapis setelahnya. Kain paling bawah ini dibuat lebih lebar dan luas. Sebelum kain ini, di bawah kain terluar telah dibentangkan lima utas tali pengikat yang masing-masing terletak pada kepala, dada, punggung, lutut, dan tumit. 2 Jenazah diletakkan dengan perlahan di atas kain kafan. Jika memungkinkan, taburi kembali tubuh jenazah dengan wewangian. 3 Semua anggota sujud dan anggota tubuh jenazah yang berlubang disumbat dengan kapas. 4 Tangan kanan jenazah diletakkan di atas tangan kiri sedekap. 5 Bagi jenazah laki-laki, kain kafan sebelah kanan paling atas diselimutkan. Kemudian disusul ujung lembaran kain sebelah kiri paling atas. Begitu seterusnya pada kain kafan berikutnya dengan cara yang sama dan berurutan. Sedangkan bagi jenazah perempuan, kain kafan pertama yang dipakaikan adalah kain kafan yang paling atas yang terletak di bagian pinggul dan dianggap sebagai rok. Kemudian dipakaikan kain ke empat sebagai sarung. Setelah itu, memakaikan kain kafan lapisan ketiga yang digunakan sebagai baju kurung. Lalu memakaikan kain keempat yang digunakan sebagai kerudung atau tutup kepala. Terakhir memakaikan kain kafan kelima, yang paling bawah, ke seluruh tubuh jenazah dengan cara mempertemukan kedua tepi kain sebelah kanan dan kiri kemudian menggulungkan keduanya ke sebelah kanan. 6 Jika semua kain dipakaikan, baru mengikatkan lima utas tali di bawahnya. Letak ikatan sebaiknya di sebelah kiri sehingga dapat memudahkan ketika melepasnya di dalam liang kubur. c. Menyalatkan Setelah jenazah selesai dimandikan dan dikafani, tahap selanjutnya yang harus dilakukan dalam prosesi pengurusan jenazah adalah menyalatkan jenazah. Hukum prosesi ini adalah fardhu kifayah. Pelaksanaan salat jenazah dianjurkan untuk berjamaah. Dan jika tidak dikhawatirkan jenazah cepat membusuk, sebaiknya salat jenazah dilakukan setelah jumlah jamaah mencapai 40 orang. Syarat salat jenazah sama halnya dengan salat fardhu. Hanya terdapat perbedaan pada waku pelaksanaan dan gerakan salat. Karena salat jenazah dapat di lakukan kapan saja dan tidak terdapat ruku‟ dan sujud. Imam salat jenazah lebih diutamakan dari orang yang lebih dekat kekerabatannya dengan jenazah. Posisi imam pada jenazah laki-laki disunnahkan berdiri berhadapan dengan kepala jenazah. Sedangkan jika jenazah perempuan, posisi imam berdiri berhadapan dengan perutnya. Jumlah barisan dalam salat jenazah sebaiknya dibagi menjadi tiga shaf atau lebih. Dalam bacaan salat, tidak disunnahkan untuk membaca doa iftitah dan makruh menyalati jenazah yang belum dikafani dan haram untuk jenazah yang belum dimandikan. Rukun salat jenazah, yaitu: 1 Niat 2 Berdiri selama salat. 3 Takbir sebanyak empat kali. 4 Membaca surat al fatihah setelah takbir pertama. 5 Membaca salawat setelah takbir kedua. 6 Mendoakan jenazah setelah takbir ketiga. 7 Salam setelat doa pada takbir keempat. Pelaksanaan salat jenazah sebisa mungkin dilakukan dengan berjamaah. Tata cara salat jenazah sebagai berikut: 1 Niat. Disunnahkan untuk mengucapkannya. ض ف ةّي ا ٰ تي ا ا ٰ ٰ ع ي صأ اعت ه ا ا إ ا أ ةياف ا 2 Membaca surat al fatihah setelah takbir pertama. 3 Takbir kedua, kemudian membaca salawat nabi. ا ديس ع تي ص ا ،د ح ا ديس آ ع د ح ا ديس ع ص ـ ا ا ديس آ ع د ح ا ديس ع اب ، ي ا بإ ا ديس آ ع ي ا بإ إ ي اع ا يف ، ي ا بإ ا ديس آ ٰ ع ي ا بإ ا ديس ع ت اب ا د ح ديج دي ح . 4 Takbir ketiga, dilanjutkan membaca doa untuk jenazah. ع فعا ، فاع ، ح ا ، فغا ـ ا 5 Takdir keempat, lalu berdoa. ا فغا دعب ا ّفت ا جأ ا حت ا ـ ا 6 Salam. ي ع اس ا تا ب ها ة ح d. Menguburkan Jika jenazah telah siap dikuburkan, maka liang kubur pun harus sudah siap. Disunnahkan untuk mendalamkan dan meluaskan liang kubur, khususnya pada bagian kepala dan kaki. Hal ini perlu dilakukan agar jenazah terhindar dan terjaga dari pembongkaran binatang buas, menjaga kehormatan jenazah dan warga sekitar tidak terganggu oleh bau busuk. Pada saat penggalian lubang pemakaman, disunnahkan untuk membuat rongga ke arah samping ada sisi barat dasar lubang tersebut disesuaikan dengan ukuran jenazah. Waktu pemakaman sebaiknya tidak dilakukan pada malam hari. Karena Rasulullah saw. melarang memakamkan jenazah pada malam hari kecuali dalam keadaan darurat. Jika jenazah dikhawatirkan akan membusuk atau dalam keadaan peperangan, maka pemakaman boleh dilakukan dengan segera walaupun malam hari. Sebelum jenazah dimasukkan ke liang lahat, satu atau dua orang turun ke dalam kubur untuk menyambut, menata dan meletakkan posisi jenazah. Pengantar memasukkan jenazah dengan memulai dari bagian kaki kemudian disusul bagian kepala. Orang yang memasukkan jenazah sebaiknya merupakan kerabat dari jenazah, kecuali mereka tidak ada. Karena seorang kerabat mempunyai perasaaan kasihan dan permohonan pengampunan yang lebih dari yang lainnya. Sehingga harapan dikabulkannya permohonan ampunan bagi jenazah lebih besar. Posisi jenazah diatur dengan memiringkan tubuhnya menghadap kiblat. Kemudian ditutupi dengan papan pelindung dan menimbunnya dengan tanah. Tinggi tanah penimbunnya dianjurkan kurang lebih 20cm dari datar tanah.

3. Ta’ziyah

Kata ta‟ziyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata iza yang berarti sabar. Artinya, ta‟ziyah diartikan sebagai sebuah perbuatan menyabarkan dan menghibur keluarga atau sanak saudara yang tertimpa musibah. Hukum ta‟ziyah adalah sunnah, meskipun terhadap kafir dzimmi. Ta‟ziyah dapat dilakukan sebelum atau pun sesudah dilaksanakan pemakaman, sampai tiga hari setelah wafatnya. Kecuali orang yang berta‟ziyah atau orang yang dikunjungi sedang bepergian. Orang yang mel akukan ta‟ziyah hendaknya tidak menambah beban keluarga yang berduka. Akan lebih baik lagi jika orang yang berta‟ziyah dapat meringankan beban keluarga yang tertimpa musibah, seperti membawakan kebutuhan keluarga atau makanan. Selain itu, terdapat beberapa etika atau adab bagi orang yang berta‟ziyah, di antaranya: a. Memberikan sedekah. b. Menunjukkan rasa prihatin dan duka cita serta menghibur keluarga yang ditinggalkan. c. Menyampaikan nasihat kepada keluarga yang ditinggalkan agar selalu dan terus bersabar, tawakal, tabah dan ikhlas atas kehendak Allah swt. d. Mendoakan jenazah dan memaafkan kesalahan selama hidup almarhum. e. Mendoakan keluarga jenazah. f. Tidak berlama-lama ketika berta‟ziyah kecuali keluarga almarhum meminta. Ta‟ziyah mengandung banyak hikmah yang dapat diambil di antaranya yaitu: a. Meringankan beban keluarga almarhum. b. Menyadarkan akan Kebesaran Allah. c. Memperkuat keimanan. d. Mempererat silaturrahmi. e. Sebagai bahan renungan.