RUKUN KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF ASURANSI SYARIAH PADA BEBERAPA MASJID DAN YAYASAN
(2)
(3)
(4)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Januari 2014
(5)
mampu berpikir matang untuk melakukan segala hal menyangkut masa depannya. Mereka mempersiapkan masa depan dengan mengikuti beragam investasi berupa asuransi atau investasi lainnya. Persiapan ini dilakukan bukan hanya untuk kepentingan saat hidup saja. Dalam rangka meringankan beban keluarga berduka karena sebuah kematian pun dilakukan yaitu dengan dibentuknya rukun kematian.
Skripsi ini memaparkan rukun kematian yang dipandang dari asuransi syariah. Sisi yang diungkap adalah pada manajemen dan pengelolaan dana dari rukun kematian. Objek penelitian berupa tempat ibadah atau masjid dan lembaga yayasan sosial keagamaan yang memiliki rukun kematian. Penelitian ini dilakukan dengan studi dokumenter dan studi mendalam berupa wawancara dengan narasumber pada rukun kematian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesamaan dimensi antara rukun kematian dan asuransi syariah. Letak persamaan ini ada pada iuran dan klaim. Kedua dimensi ini menjadikan rukun kematian sebagai pangsa pasar bagi industri asuransi syariah. Namun, terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada rukun kematian, yaitu pada manajemen dan pengelolaan dana.
Kata kunci : rukun kematian dan asuransi syariah. Pembimbing : Drs. Noryamin Aini, MA Daftar pustaka : Tahun 1981 s.dTahun 2012
(6)
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla, Rabb Semesta Alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw. yang telah membawa umat manusia dari kejahiliyahan ke alam yang terang benderang dengan dien yang diridhoi-Nya, juga semoga tercurah kepada keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.
Allhamdulillah, dengan nikmat iman, Islam dan limpahan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “RUKUN KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF ASURANSI SYARIAH PADA BEBERAPA MASJID DAN YAYASAN”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penulisan ini, penulis banyak sekali mendapat bimbingan,
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. K.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Noryamin Aini, MA selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan arahan dan masukan serta bimbingan
(7)
Uswatun Hasanah, Bapak H.Sukoso selaku Bendahara Rukun Kematian
Masjid Uswatun Hasanah, Ibu Vonny Sandralina selaku Wakil Sekretaris
Yayasan An-Nashr, Ibu Cicih selaku Bendahara Layanan Pengurusan
Jenazah Masjid Jami’ Bintaro Jaya, Bapak Irfan selaku Penanggung
jawab Lembaga Pemulasaran Jenazah Masjid Raya Bintaro Jaya, Bapak
H. Rusmono, S.Pd.I selaku Ketua Unit Pelayanan Jenazah Masjid Raya
Pondok Indah, Bapak H. Dayat Daip, S.Pd selaku Ketua Urusan
Penyelenggaraan Jenazah yayasan Pesantren Islam Al Azhar, dan Bapak
H. Faturrochman selaku Sekretaris Yayasan Bunga Kemboja yang telah
memberikan doa dan waktu luang untuk menjadi narasumber sebagai
data dalam proses penyusunan skripsi ini
5. Kedua orang tuaku tercinta, Abah Kamali (alm.) dan Emih Mutmainah
yang penulis sayangi dan hormati. Terima kasih yang tak terhingga atas
segala pengorbanan, cinta, senyum, kasih sayang, doa, bimbingan,
nasehat, materi dan segala hal yang telah diberikan kepada penulis yang
tak pernah cukup jika dituliskan dalam lembaran ini dan tak akan mampu
penulis balas. Semoga Allah selalu memberikan dan mempersiapkan
(8)
selalu memberikan perlindungan, kekuatan, kemudahan, dan keindahan untuk semuanya. Aamiin.
7. Seluruh keluarga Brebes yang terus mendukung, membantu dan
mendoakan.
8. Biyabiku terkasih, Kangmas Hadi Nurdiansyah yang telah memberikan
warna dan selalu mampu membangunkan semangat dan langkah penulis
agar penulisan skripsi ini segera diselesaikan. Semoga segalanya
semakin berkah, dimudahkan dan indah ya, sayang. Aamiin. Love n Miss U...
9. Sahabat-sahabatku Navidah Buu... Novi, Adah dan Bubun.
10.Keluarga Takaful 2006, FLP Ciputat, Mata Pena Writer dan KKN 90.
11.Keluarga Perumahan MetroTV, Bapak Indra dan Ibu Sri, Kak Alfi Loya
Zirga, Mas HWZJ Lowe Tihamah, Nloei Loka Jessesri, Keluarga Kakak
Samira dan Abang Bayazid.
12.Kepada semua pihak yang telah membantu baik materi maupun non
materi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak akan
cukup jika disebutkan satu per satu. Terima kasih. Hanya Pemilik
(9)
Skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sangat budiman
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi penulis dan bagi para pembacanya. Hanya kepada Allah swt. penulis
dan kita berserah diri. Semoga taufiq dan hidayah-Nya selalu menyertai
kita. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
Jakarta, 17 Januari 2014
Penulis,
(10)
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... . 5
E. Metode Penelitian ... . 6
F. Sistematika Penulisan ... . 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Manajemen Pengelolaan Dana Asuransi Syariah ... 11
1. Akad, Prinsip dan Konsep Asuransi Syariah ... 11
2. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah ... 15
3. Sumber Dana Operasional Asuransi Syariah ... 19
4. Underwriting ... 21
5. Aktuaria ... 23
(11)
1. Pengertian, Prinsip dan Dasar Asuransi Sosial ... 43
2. Jenis dan Ruang Lingkup Asuransi Sosial ... 46
3. Program Asuransi Sosial ... 48
4. Premi ... 48
5. Ilustrasi Perhitungan Premi Asuransi Sosial ... 50
C. Aktivitas Penyelenggaraan Jenazah ... 51
1. Jenazah ... 51
2. Penyelenggaraan Jenazah ... 52
3. Takziyah ... 59
4. Tahlil ... 61
5. Ziarah Kubur ... 61
D. Review Terdahulu ... 62
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Rukun Kematian di Tempat Ibadah ... 64
B. Profil Sampel Tempat Ibadah dan Lembaga Sosial Keagamaan ... 67
C. Hasil Penelitian ... 69
D. Interpretasi Rukun Kematian dari Perspektif Asuransi Syariah ... 105
BAB IV PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114
(12)
Tabel 2. Sumber Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Syariah ……….... 34 Tabel 3. Sumber Pembayaran Klaim Asuransi Kerugian Syariah ………. 35 Tabel 4. Tempat Ibadah yang Menjadi Objek Penelitian ……….. 67 Tabel 5. Besar Iuran Per Bulan, Biaya Pendaftaran dan Jumlah Anggota ………… 79
(13)
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan di dunia ini tidak ada yang abadi. Segala hal yang hidup akan
selalu diakhiri dengan kematian, sebuah permulaan akan menemui batas akhir dan
sesuatu yang ada akan mengalami ketiadaan. Tidak terkecuali manusia. Kematian
adalah sunatullah atas makhluk-Nya yang dihidupkan. Bagi sebagian orang,
kematian merupakan sebuah musibah. Musibah ini terjadi pada seluruh makhluk
di alam semesta. Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan makhluk Allah yang lain, semua
akan mengalami kematian. Tidak pandang bulu, siapa pun mereka. Baik terhadap
seorang nabi, orang saleh, pejabat, kaya, miskin, dan orang jahat atau durhaka pun
akan mengalami kematian. Tidak peduli sebanyak apa pun harta, sekuat apa pun
tenaga, secantik atau setampan apa pun rupa, sepandai apa pun akalnya, sebesar
apa pun kekuasaannya, sesaleh apa pun dirinya, dan semuda apa pun usianya,
kematian akan tetap dan selalu menimpa.
Kedatangan ajal adalah rahasia Allah dan merupakan sebuah kepastian
yang tidak dapat dipungkiri. Waktu kedatangan ajal telah ditentukan, tidak dapat
diubah dan tidak diketahui manusia. Meskipun manusia telah dianugerahi akal
dan perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat, semuanya tetap terbatas.
Manusia tidak akan pernah mampu mengetahui, membatalkan, mengelak, bahkan
untuk sekedar menghindar. Kematian akan datang secara tiba-tiba dan akan
(15)
berada. Meskipun kita bersembunyi di tempat yang tidak diketahui, atau berada
dalam benteng yang sangat kokoh, kematian akan tetap menemukan kita.
Islam merupakan agama yang lengkap dan universal. Syariat Islam
mengatur segala aspek kehidupan manusia. Baik aspek ketuhanan, etika, akhlak,
ibadah maupun muamalah. Pada masa hidup, manusia mempunyai
peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Begitu pula setelah
masa kematian, terdapat aturan-aturan yang harus diketahui dan dilaksanakan,
yaitu penyelenggaraan jenazah. Hukum prosesi ini adalah fardhu kifayah dan
merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam.
Menyelenggarakan kegiatan yang wajib terkait dengan jenazah,
mencakup memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan, serta
tahlilan bagi yang memerlukan, membutuhkan persiapan dan perlengkapan. Dari
tahun ke tahun, kain kafan, wewangian, hingga tanah pemakaman harganya
semakin melambung. Sehingga untuk menguburkan jenazah, kita harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan manusia tidak mengetahui
kapan kematian akan datang dan dalam keadaan ekonomi seperti apa manusia
akan menemui ajal. Jika kematian datang ketika manusia dalam keadaan ekonomi
yang berada, tentu tidak akan timbul permasalahan. Sebaliknya, permasalahan
akan muncul ketika kematian datang pada saat manusia mengalami kesulitan
(16)
Setiap keluarga mengharapkan makam yang layak dan jarak yang
terjangkau sehingga dapat diakses dengan mudah. Di samping itu, dalam
masyarakat kita berlaku anggapan bahwa jika terdapat makam yang tidak terurus,
maka keluarganya tidak peduli dengan orang tua yang telah merawatnya semasa
hidup dan dianggap keluarga yang kualat. Oleh karena itu, untuk memperoleh
semua kemudahan tersebut dan mengantisipasi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, warga mencoba menyelenggarakan semacam investasi dalam wadah
rukun kematian yang dikelola oleh lembaga sosial atau yayasan keagamaan.
Praktek rukun kematian ini dilakukan dengan mengadakan iuran atau arisan
bersama.
Praktek pengumpulan dana ini tidak dicover oleh asuransi-asuransi
profesional yang ada. Akan tetapi, manajemen, pengelolaan dan peraturan dari
praktek perasuransian warga ini belum jelas. Atas dasar inilah, penulis
mengangkat skripsi dengan judul “Rukun Kematian dalam Perspektif Asuransi Syariah pada Beberapa Masjid dan Yayasan”.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi sehubungan dengan topik di atas
adalah sebagai berikut:
1. Semakin banyaknya rukun kematian yang diselenggarakan warga, tempat
ibadah atau pun yayasan.
(17)
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka pembatasan
dan perumusan masalah sangat perlu disampaikan. Adapun pembatasan masalah
yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu:
1. Obyek lembaga yang diteliti adalah beberapa tempat ibadah yang mempunyai
rukun kematian dan lembaga sosial keagamaan yang menyelenggarakan
rukun kematian.
2. Untuk keperluan survei, penelitian ini dilakukan di kawasan Jabodetabek,
sedangkan studi mendalam dilakukan pada beberapa tempat ibadah dan
yayasan yang memiliki rukun kematian.
3. Aspek yang akan diteliti meliputi manajemen, administrasi, sistem dan
mekanisme pembayaran, proses pengajuan klaim, dan pengelolaan dana
peserta rukun kematian.
Sesuai dengan fokus dan pembatasan di atas, maka rumusan masalah
yang akan dijawab dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan rukun kematian?
2. Berapa besar kontribusi (premi), mekanisme pembayaran serta penghitungan
besaran kontribusi (premi) iuran yang harus dibayarkan anggota?
3. Bagaimana proses mengajukan dan mengeksekusi klaim premi di atas? Kapan
waktu pengajuan klaim?
(18)
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya.
Maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Mengetahui dan menjelaskan pengertian rukun kematian.
2) Mengetahui dan menjelaskan besar kontribusi (premi), mekanisme
pembayaran serta penghitungan besaran kontribusi (premi) iuran yang
harus dibayarkan anggota.
3) Mengetahui dan menjelaskan proses mengajukan dan mengeksekusi
klaim premi serta waktu pengajuan klaim.
4) Menjelaskan hal-hal yang dicover dalam rukun kematian jika terjadi
klaim.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Akademis
1) Bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai masalah yang diteliti dan sebagai pembanding antara
teori yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktik di
lapangan.
2) Dapat menambah khasanah pengetahuan dan referensi sebagai
bahan kajian lebih lanjut, khususnya bagi mahasiswa dan
mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
(19)
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan manfaat sebagai berikut:
1) Bagi pihak pengelola investasi, diharapkan hasil penelitian ini
berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan
manajemen rukun kematian, khususnya dalam pengelolaan dana,
sehingga dapat sesuai dengan ketentuan syariah.
2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam transparansi
manajemen operasional dan pengelolaan investasi.
E. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah rukun kematian yang
diselenggarakan oleh tempat ibadah dan lembaga sosial keagamaan yang
ada di Jabodetabek. Selain itu, dilakukan studi mendalam pada:
a. Pengurusan Jenazah Masijd Uswatun Hasanah Pondok Jaya Bintaro
sektor V.
b. Pengurusan Jenazah Dhuafa Yayasan An-Nashr Bintaro Sektor V.
c. Lembaga Pemulasaran Jenazah Masjid Raya Bintaro Jaya - Tangerang.
d. Layanan Pengurusan Jenazah Masjid Jami‟ Bintaro Jaya – Jakarta Selatan.
(20)
f. Urusan Penyelenggaraan Jenazah Yayasan Pesantren Islam Al Azhar
Kebayoran Baru – Jakarta.
g. Yayasan Bunga Kemboja Pasar Minggu – Jakarta selatan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta,
atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat
populasi atau daerah tertentu.1 Tujuan jenis penelitian ini adalah untuk
menjelaskan sesuatu dengan apa adanya, sehingga situasi yang terjadi di
lapangan pada saat penelitian berlangsung dapat tergambar jelas apa
adanya.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitatif karena data-data yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka pada sebuah laporan keuangan
investasi asuransi pemakaman. Kualitatif karena data-data yang diperoleh
berdasarkan buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta
artikel yang dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan
dalam pembahasan skripsi ini.
1
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006)
(21)
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk
laporan keuangan rukun kematian dan data kualitatif berupa
literatur-literatur kepustakaan, koran, artikel, dan sebagainya.
b. Sumber Data
1) Data primer, yaitu data yang didapat langsung dari rukun kematian
yang diselenggarakan oleh tempat ibadah atau lembaga sosial
keagamaan di Jabodetabek. Dengan studi mendalam pada tempat
ibadah atau lembaga sosial keagamaan yang berlokasi di Jakarta
Selatan dan Tangerang dengan narasumber pengurus atau
pengelola rukun kematian.
2) Data sekunder, bersumber dari buku-buku, koran, majalah,
website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya
yang mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Studi dokumentasi.
b. Interview semi terstuktur dengan pengelola atau pengurus rukun
(22)
6. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini akan menggunakan deskriptif analisis
kualitatif, yaitu suatu teknik analisis data dimana terlebih dahulu dilakukan
pemaparan dari seluruh data yang telah diperoleh kemudian
menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber dan
kalimat-kalimat.
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisannya, penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mencoba membuat sistematika
penulisan skripsi. Penjabaran dari sistematika penulisan skripsi ini dibagi ke
dalam empat bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, permasalahan yang
mencakup identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan
masalah. Serta tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas tentang manajemen pengelolaan dana asuransi
(23)
mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah, sumber dana operasional
asuransi syariah, underwriting, aktuaria, klaim, reasuransi, dan sistem
investasi pada asuransi syariah. Dan asuransi sosial yang mencakup
pengertian, prinsip dan dasar asuransi sosial, jenis dan ruang lingkup
asuransi sosial, program asuransi sosial, premi dan ilustrasi perhitungan
premi asuransi sosial. Serta aktivitas penyelenggaraan jenazah yang
mencakup jenazah, penyelenggaraan jenazah dan takziyah serta review
terdahulu.
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang rukun kematian di tempat ibadah profil
sampel tempat ibadah dan lembaga sosial keagamaan, hasil penelitian dan
interpretasi rukun kematian dari perspektif asuransi syariah.
BAB IV PENUTUP
(24)
BAB II
LANDASAN TEORI
Rukun kematian dari beberapa sisi bisa dilihat sebagai satu wujud asuransi
walaupun dalam model asuransi yang lebih menekankan aspek sosial. Prinsip
iuran dan klaim pada waktu tertentu mengindikasi rukun kematian lebih tepat
dilihat sebagai satu wujud asuransi dibanding satu model tabungan. Pada bab ini
akan dijelaskan bingkai teoritis yang akan digunakan untuk menganalisis data
dalam penelitian yang telah dilakukan penulis. Pada bagian awal akan dijelaskan
beberapa prinsip asuransi syariah, asuransi sosial dan kemudian akan dibahas
norma penyelenggaraan jenazah.
A. Manajemen Pengelolaan Dana Asuransi Syariah 1. Akad, Prinsip, dan Konsep Asuransi Syariah
Kata akad berasal dari bahasa Arab, yaitu al „aqd yang mempunyai arti ikatan, perikatan, perjanjian dan pemufakatan. Definisi akad secara
terminologi fikih adalah “pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang
berpengaruh pada objek perikatan”.2
2
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010)
(25)
Menurut ketentuan hukum Islam, suatu perjanjian dikatakan sah jika
ia memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh syariat. Menurut
mayoritas ulama3, rukun dan syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
a. Shigat (ijab qabul)
Ijab dan kabul dapat diwujudkan secara lisan, tulisan, isyarat, sarana
modern dan perbuatan yang menunjukkan adanya kerelaan dari pelaku
akad yang disebut dengan al mu‟athah. Syarat sah pengucapan shigat yaitu:
1) Maksud shigat harus jelas, sehingga ia dapat difahami oleh
pihak-pihak yang berakad.
2) Antara ijab dan qabul harus selaras, sesuai dan relevan.
3) Pengucapan shigat harus muttashil (connect) dan dilakukan dalam
satu majelis. Syarat persamaan lokasi dapat disesuaikan dengan
kondisi zaman dan teknologi komunikasi jarak jauh. Akad dapat
berlangsung melalui pesawat telepon, telekonferensi, skype, lokasi
dalam kondisi demikian adalah masa berlangsungnya percakapan
telepon, selama percakapan masih berlangsung dan line telepon
masih tersambung, berarti „aqid masih berada dalam lokasi akad. b. Pihak yang berakad
Pelaku akad disyaratkan orang mukallaf (aqil, baligh, berakal sehat,
dewasa atau cakap hukum).
3
(26)
c. Objek Akad harus memenuhi 4 (empat) syarat:
1) Ia harus ada secara konkret ketika akad berlangsung atau
diperkirakan ada pada masa yang akan datang (salam, istishna‟,
ijarah, dan mudharabah).
2) Ia merupakan harta yang dimiliki, halal dan bermanfaat.
3) Ia harus dapat diserahkan ketika terjadi akad, namun tidak berarti
harus diserahkan seketika.
4) Ia harus jelas.
Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tijarah
dan atau akad tabarru‟. Akad tijarah yaitu semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wadiah, wakalah,
dan sebagainya. Sedang, akad tabarru‟ adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan sosial, dan tolong menolong, bukan semata untuk
tujuan komersial. Pengaplikasian akad muamalah pada asuransi syariah
tercermin dalam penyerahan premi dalam bentuk tabungan peserta dan dana
tabarru‟ yang menganut akad wadi‟ah. Di samping itu, terdapat akad lain yang diaplikasikan dalam pengelolaan dana investasi asuransi syariah, yaitu
mudharabah dan musyarakah. Beberapa akad lain juga dapat diterapkan
dalam investasi dana asuransi syariah, seperti murabahah, salam, istishna‟,
dan ijarah.
Dalam ekonomi Islam, ada 4 (empat) macam prinsip muamalah. Ke
empat prinsip muamalah ini juga menjadi pedoman dalam manajemen dan
(27)
a. Hukum dasar muamalah adalah boleh, sampai ada dalil atau ketentuan
yang mengharamkannya. Mengacu pada prinsip ini, maka asuransi
syariah tidak dilarang.
b. Muamalah harus dilakukan dengan tanpa paksaan („an taradhin). Dalam asuransi syariah, ketika peserta menyetorkan premi/iuran/kontribusi,
khususnya pada dana tabarru‟, semuanya harus disertai kerelaan, tanpa paksaan dari pihak manapun.
c. Muamalah harus mendatangkan maslahat dan menolak madharat. Prinsip
ini tercermin dalam pembayaran klaim bagi peserta yang menderita
kerugian atau resiko. Pembayaran klaim adalah sebuah bentuk maslahat
yang bisa dirasakan oleh peserta asuransi.
d. Muamalah harus bebas dari unsur yang diharamkan syariat, seperti riba,
gharar, maysir, kezaliman dan semacamnya. Asuransi syariah merupakan
salah satu bentuk muamalah yang telah terhindar dari maysir, gharar, dan
riba. Sehingga asuransi syariah dapat dijadikan asuransi alternatif bagi
umat Islam.
Konsep dasar asuransi syariah adalah konsep takaful. Istilah takaful
memiliki arti menanggung bersama. Artinya, semua peserta asuransi akan
saling membantu meringankan beban peserta yang terkena risiko. Saling
pikul antara para peserta asuransi dilakukan dalam lingkup kebaikan dengan
adanya dana derma atau tabarru‟. Hal ini sesuai dengan surat al Ma„idah ayat 2,
(28)
إا ع ا اعتا
َّ ا ِ ب ا ع ا اعت
ا دع ا ث
Artinya: “Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan keji (permusuhan).
Asuransi syariah berjalan di atas empat prinsip dasar dari konsep
takaful, yaitu:
a. Saling bertanggung jawab,
b. Saling bekerja sama dan membantu,
c. Saling melindungi,
d. Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba‟.
Dengan konsep tersebut, perusahaan bertindak sebagai mediator di
antara para peserta. Dengan demikian, dalam asuransi syariah, fakta “saling menanggung” terjadi di antara peserta asuransi syariah, bukan antara perusahaan dan peserta seperti hal-hal yang diterapkan dalam asuransi
konvensional.
2. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Salah satu esensi yang membedakan asuransi syariah dengan
asuransi konvensional yaitu berkenaan dengan mekanisme pengelolaan dana.
Pada asuransi syariah, perusahaan asuransi berkedudukan sebagai mudharib
(pemegang amanah), sedangkan peserta asuransi syariah sebagai shahibul mal
(pemilik modal). Dalam hal ini, perusahaan diberi amanah oleh peserta untuk
menjadi pengelola dana yang mereka setorkan dalam bentuk premi. Dana
tersebut kemudian dikembangkan oleh perusahaan dengan transaksi yang
(29)
santunan bagi peserta lain yang tertimpa musibah. Ketentuan tersebut
dilakukan setelah adanya kesepakatan pada awal perjanjian.
Pengembangan dana peserta dilakukan dengan prinsip mudharabah.
Keuntungan yang didapatkan dari investasi dibagihasilkan antara perusahaan
asuransi syariah dengan peserta. Dalam mengelola dana peserta, secara
teknis, operasional dan syar‟i, perusahaan asuransi syariah diawasi oleh komisaris dan Dewan Pengawas Syariah (DPS).
a. Asuransi Jiwa Syariah
Pada asuransi jiwa syariah, mekanisme dana peserta dibagi menjadi 2
(dua) sistem, yaitu:
1) Sistem produk dengan unsur tabungan
Dalam produk dengan unsur tabungan terdapat tabungan peserta.
Sistem pengelolaan dana pada produk ini adalah sebagai berikut:
a) Premi yang dibayarkan peserta dimasukkan ke dalam dua rekening
berbeda yaitu, rekening peserta dan rekening tabarru‟. Besar dana pada kedua rekening tersebut ditentukan menurut kelompok usia
peserta dan jangka waktu pertanggungan.
b) Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam.
c) Keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi, setelah dikurangi
dengan beban asuransi yaitu premi reasuransi dan klaim, kemudian
dibagi menurut prinsip mudharabah.
d) Pembagian mudharabah dibuat dalam perbandingan tetap seperti
(30)
antara perusahaan asuransi syariah dan peserta misalnya 70:30,
60:40, dan seterusnya.
2) Sistem produk tanpa unsur tabungan
Mekanisme pengelolaan dana pada produk non saving yaitu sebagai
berikut:
a) Premi disetorkan peserta kepada perusahaan, kemudian dimasukkan
ke dalam rekening tabarru‟ perusahaan.
b) Kumpulan dana peserta kemudian diinvestasikan dengan ketentuan
yang sesuai dengan syariat.
c) Keuntungan dari investasi setelah dikurangi beban asuransi
dibagihasilkan antara peserta dan perusahaan asuransi syariah
dengan prinsip mudharabah dengan perbandingan tetap sesuai
perjanjian yang telah disepakati pada awal akad.
b. Rumusan Dewan Pengawas Syariah (DPS) MAA
Terdapat model lain yang telah dirumuskan oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) MAA. Sistem tersebut menganut akad ta‟awun (tolong menolong) antarpeserta yang diaplikasikan dengan mengeluarkan premi
berbentuktabarru‟. Dana derma tersebut diserahkan kepada MAA syariah dengan akad wakalah. Dengan demikian, pihak MAA syariah
mendapatkan amanah sebagai wakil dari peserta asuransi syariah untuk
melakukan bisnis dengan pihak lain melalui akad tabaduli. Keuntungan
yang telah dikurangi biaya reasuransi dan klaim, dibagi dengan akad
(31)
dana ini telah digunakan pada asuransi MAA General Insurance Cabang
Syariah.
Penempatan investasi pada asuransi syariah menjadi hal penting yang
sangat diperhatikan. Sesuai dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 11/PMK.010/2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi
dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah Pasal 5 dijelaskan bahwa
penempatan dana asuransi syariah diinvestasikan terdiri dari:
a. Deposito pada bank;
b. Saham syariah;
c. Sukuk atau obligasi syariah;
d. Surat Berharga Syariah Negara;
e. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan yang diterbitkan Bank
Indonesia;
f. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara
Republik Indonesia;
g. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional
Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang
sahamnya;
h. Reksa dana syariah;
i. Efek beragun aset syariah yang diterbitkan berdasarkan kontrak
investasi kolektif efek beragun aset syariah;
j. Pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam
(32)
k. Emas murni.
Selain di dalam negeri, investasi asuransi syariah juga dapat
ditempatkan di luar negeri. Jenis investasi luar negeri yang dapat diikuti
asuransi syariah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
11/PMK.010/2011 Tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan
Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah terdiri dari:
a. Saham syariah;
b. Sukuk;
c. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara
Republik Indonesia;
d. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional
Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang
sahamnya;
e. Reksa dana syariah.
3. Sumber Dana Operasional Asuransi Syariah
Secara operasional, bagi asuransi syariah yang berbentuk bisnis,
sumber biaya operasional sangat menentukan percepatan tumbuh kembang
industri. Berbeda dengan asuransi syariah yang berbentuk sosial, mutual atau
pun koperasi. Asuransi syariah yang bersifat sosial tidak terlalu
mengutamakan profit, karena yang diutamakan adalah aspek manfaat bagi
para pesertanya. Pada asuransi jenis ini, peran pemerintah sangat diperlukan
untuk subsidi awal berdirinya asuransi syariah tersebut. Berikut beberapa
(33)
a. Surplus Underwriting
Salah satu sumber biaya operasional perusahaan asuransi syariah
adalah bagi hasil dari surplus underwriting yang dibagi secara proporsional
antara peserta dan perusahaan asuransi syariah dengan nisbah yang telah
ditentukan pada awal perjanjian. Surplus underwriting diperoleh dari hasil
kumpulan dana peserta yang diinvestasikan yang telah dikurangi beban
asuransi, kemudian dibagihasilkan antara perusahaan dan peserta. Bagian
yang digunakan sebagai sumber biaya operasional adalah sebelum menjadi
profit perusahaan asuransi syariah terkait.
b. Premi Investasi/Premi Tabungan
Saat peserta membayar premi, kemudian dikumpulkan menjadi
kumpulan dana peserta yang kemudian diinvestasikan. Profit dari investasi
yang kemudian dibagi hasil antara perusahaan asuransi dan peserta. Dari
bagi hasil investasi inilah yang merupakan salah satu sumber biaya
operasional.
c. Dana Pemegang Saham
Dana pemegang saham merupakan akumulasi laba ditambah modal
yang disetorkan oleh pemegang saham asuransi syariah. Penyetoran dana
ini dilakukan pada awal berdirinya perusahaan asuransi syariah, setelah
perusahaan berjalan ataupun hasil dari investasi dana tersebut.
d. Premi Biaya
Premi biaya adalah biaya yang dikenakan aktuaria pada saat membuat
(34)
dikenakan terhadap peserta pada asuransi syariah sekitar 20% - 30% dari
premi tahun pertama dan atas sepengetahuan peserta. Ketetapan ini juga
telah disetujui oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) sepanjang dilakukan
secara transparan dan disepakati sejak awal akad. Besar loading yang
ditetapkan merupakan kebijakan perusahaan asuransi syariah dengan
mempertimbangkan aspek market dan keadilan. Biaya loading pada
asuransi syariah digunakan untuk komisi agen dan biaya penagihan
(incasso).
4. Underwriting
Pengertian underwriting dalam asuransi jiwa dan asuransi kerugian
memiliki perbedaan. Underwriting pada asuransi jiwa, adalah suatu proses
penaksiran jumlah kejadian meninggal relatif (mortalitas) atau jumlah
kejadian relatif sakit/penyakit di antara sekelompok orang tertentu
(morbiditas) dari calon tertanggung untuk menentukan penerimaan atau
penolakan terhadap calon peserta dan menetapkan klasifikasi risiko yang
sesuai bagi tertanggung. Sedangkan dalam asuransi kerugian, underwriting
merupakan proses seleksi untuk menentukan penawaran risiko yang harus
diterima dan apabila diakseptasi, rate, syarat dan kondisinya dapat ditetapkan.
Perusahaan asuransi akan menerima atau menolak suatu penutupan risiko
berdasarkan tiga konsep penting berikut:
a. Kemungkinan menderita kerugian (chance of loss) atau probabilitas.
(35)
b. Tingkat risiko (degree of risk), adalah suatu ketidakpastian atas kerugian
pada masa mendatang yang sulit diramalkan.
c. Hukum bilangan besar (law of large number), adalah semakin banyak
objek berisiko hampir sama atau bahkan sama, maka akan semakin baik
bagi perusahaan.
Seorang underwriter mempunyai tugas utama yaitu mengatur
penggunaan dana seefisien dan seefektif mungkin dan menghasilkan
keuntungan. Pada asuransi syariah, underwriter berperan untuk beberapa
tugas berikut:
a. Mempertimbangkan risiko yang diajukan.
b. Memutuskan penerimaan dan penolakan atas risiko-risiko yang ada.
c. Menetapkan persyaratan dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi.
d. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta.
e. Mempertahankan dan meningkatkan margin profit.
Selain itu, tugas underwriter adalah melindungi perusahaan terhadap
seleksi kerugian dan menerbitkan polis yang adil bagi nasabah sehingga dapat
diterima calon pembeli. Penerbitan polis harus memenuhi 3 (tiga) syarat
berikut:
a. Menyediakan benefit yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah.
b. Premi dalam polis sesuai dengan kemampuan ekonomi nasabah.
(36)
Hal-hal yang mempengaruhi proses penentuan underwriting, yaitu:
a. Increasing risk (risiko menarik), contoh: suatu penyakit yang risikonya
semakin bertambah berat dengan bertambahnya usia tertanggung.
b. Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun petama polis. Semakin lama
polis berjalan, maka risiko semakin menurun.
c. Constant extra risk (risiko ekstra yang tetap)
5. Aktuaria
Aktuaria adalah salah satu cabang ilmu matematika terapan yang
dipadukan dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu peluang,
keuangan, statistik hingga pemrograman komputer. Peran aktuaria pada
perusahaan asuransi syariah dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a. Pembuatan Produk
Aktuaria berperan dalam pembuatan produk yaitu pembuatan premi dasar
asuransi syariah yang ditetapkan perusahaan. Peran aktuaris ini berupa
menghitung premi dasar yang sesuai dengan prinsip-prinsip aktuaria.
b. Laporan Keuangan Perusahaan
Setiap tahun perusahaan asuransi syariah diwajibkan membuat laporan
keuangan tahunan ke Departemen Keuangan. Laporan keuangan yang
dibuat merupakan hasil investigasi aktuaria. Pada asuransi syariah,
khususnya asuransi jiwa, sebagian dana dipisahkan untuk memenuhi
kewajiban perusahaan terhadap peserta pada saat terjadi klaim, yang
(37)
Aspek aktuaria pada asuransi syariah meliputi perancangan produk,
penentuan rate premi produk, distribusi surplus perusahaan, perjanjian
reasuransi atau retakaful, valuasi dan tes solvensi, bunga majemuk dan
aspek-aspek lain yang digunakan dalam asuransi syariah.
Sedangkan teknik aktuaria yang sudah diterapkan pada bisnis
asuransi syariah, yaitu:
a. Teknik bunga majemuk
Pada teori ini dipelajari tentang pertumbuhan dan bukan merupakan teori
riba. Teknik ini banyak digunakan pada evaluasi rancangan penggunaan
dari metoda discount cashflow. Pada asuransi syariah, teori ini dapat
diadopsi dengan mengganti sistem bunga menjadi bagi hasil pada
operasional dan keuntungan investasi. Penerapan teori ini dapat ditemui
pada perhitungan premi sekaligus untuk produk pembiayaan yang telah
dikurangi hasil investasi sekaligus tersebut dan diterima pada awal
perjanjian. Ketetapan premi sekaligus ini harus disetujui oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
b. Pertimbangan waktu dalam transaksi
Mengenai kaitan waktu dan produk asuransi syariah adalah kemungkinan
lebih tingginya tingkat tabarru‟ pada pembayaran bulanan dibandingkan dengan pembayaran tahunan. Hal ini sesuai dengan skim bai‟ bi tsaman ajil, yaitu penjualan dengan pembayaran yang tertunda dan harga yang
(38)
Pemeriksaan kondisi keuangan oleh aktuaria sangat penting
dilakukan. Karena dengan adanya pemeriksaan keuangan, kewajaran
solvabilitas dapat diketahui. Jika solvabilitas tidak wajar, maka perusahaan
tidak akan dapat memenuhi pembayaran klaim pada saat tertentu. Asumsi
yang dibutuhkan dalam valuasi aktuaria yaitu risiko kematian, biaya dan
tingkat investasi. Dasar valuasi minimum telah ditetakan dalam peraturan
asuransi syariah dan diawasi oleh Departemen Keuangan. Valuasi aktuaria
dilakukan dengan 3 (tiga) metode berikut:
a. Metode Premi Netto, yaitu premi murni yang dihitung berdasarkan valuasi
dan hanya dihubungkan dengan mortalitas dan investasi.
b. Metode Premi Brutto, yaitu premi murni yang ditawarkan kurang dari
perkiraan tertentu biaya-biaya akan datang yang wajar.
c. Metode Cadangan Bonus, yaitu premi murni yang ditawarkan kurang dari
perkiraan tertentu biaya-biaya akan datang yang wajar, namun terdapat
penambahan item kewajiban, bonus akan datang yang diperkirakan.
Valuasi dilakukan karena merupakan kebutuhan bagi perusahaan
asuransi, yaitu untuk:
a. Menguji solvensi
b. Mengecek ketepatan skala premi
c. Menentukan kapan dilakukan merger atau transfer suatu kewajiban
(39)
Menentukan rate premi produk menjadi salah satu tugas aktuaris.
Terdapat tiga metode yang digunakan dalam menghitung rate premi asuransi
syariah, yaitu4:
a. Tabel Mortalita
Metode perhitungan dengan menggunakan tabel mortalita ini
berdasarkan atas tabel yang dibentuk dari data orang yang telah diseleksi
masuk asuransi atau menggunakan data dari industri asuransi. Sifat-sifat
tabel mortalita adalah sebagai berikut:
1) Semakin tinggi peluang kematian seseorang maka premi yang dibayar
semakin besar.
2) Untuk orang dewasa maka perlu kecenderungan semakin tua umur
semakin besar peluang kematiannya, sehingga premi yang dibayar
semakin besar.
3) Semakin konservatif tabel mortalita yang digunakan maka premi semakin
mahal dan sebaliknya.
4) Tabel mortalita yang sudah dibuat semakin lama akan menjadi
konservatif, karena kondisi kesehatan masyarakat semakin membaik.
5) Jika tabel mortalita yang up to date belum tersedia, maka dapat
digunakan umur yang lebih muda atau tabel mortalita dikalikan
persentase di bawah 100%.
4
(40)
Tabel 1.
Tabel Mortalita Indonesia (TMI-II)
Usia (x)
Jumlah Awal (lx)
Jumlah Meninggal (dx)
Peluang Kematian (qx)
30 989,770 1,356 1.37
31 988,414 1,374 1.39
32 987,040 1,402 1.42
33 985,638 1,449 1.47
34 984,189 1,525 1.55
35 982,664 1,612 1.64
36 981,052 1,717 1.75
37 979,335 1,841 1.88
38 977,474 1,965 2.01
39 975,529 2,088 2.14
40 973,442 2,210 2.27
41 971,232 2,350 2.42
42 968,882 2,509 2.59
43 966,372 2,706 2.80
44 963,666 2,939 3.05
45 960,727 3,247 3.38
46 957,480 3,629 3.79
Contoh:
Berapakah peluang kematian orang berusia 30 tahun meninggal sebelum
usia 31 tahun (q30)?
Jawab:
q30 =
(41)
q30 = q30 =
q30 = 0,00137
q30 = 1,37 permill atau per seribu
Dari data di atas mengandung pengertian bahwa:
1) Dari 1.000 orang berusia 30 tahun akan meninggal sebanyak 1,37
orang sebelum mencapai usia 31 tahun, atau
2) Dari 10.000 orang berusia 30 tahun akan meninggal sebanyak 13,7
orang sebelum mencapai usia 31 tahun, atau
3) Dari 100.000 orang berusia 30 tahun akan meninggal sebanyak 137
orang sebelum mencapai usia 31 tahun.
Berikut merupakan ilustrasi perhitungan besar premi dengan
menggunakan metode tabel mortalita.
Soal:
1. Berapa iuran setiap peserta, bila setiap ahli waris meninggal menerima
uang masing-masing RP.1000.000,-?
Jawab:
100.000 orang 99.863 orang
30 Tahun 31 Tahun
Jumlah orang meninggal = 137 orang
(42)
= Rp.137.000.000
Iuran masing-masing peserta = = Rp.1.370,-
b. Diskonto Premi
Asumsi yang sering digunakan dalam perhitungan premi yaitu:
1) Semua customer masuk bersama dan membayar premi pada awal
tahun.
2) Semua klaim atau semua customer yang meninggal terjadi pada akhir
tahun.
3) Premi dapat diinvestasikan selama 1 tahun penuh.
4) Sehingga premi yang dibayarkan pada awal tahun dapat didiskonto
menjadi lebih kecil.
Sifat diskonto premi:
1) Semakin tinggi asumsi tingkat hasil investasi yang digunakan maka
premi akan semakin murah.
2) Asumsi tingkat hasil investasi yang terlalu optimis (tinggi) akan
berpotensi dana premi yang terkumpul tidak cukup untuk membayar
klaim karena hasil investasi di bawah asumsi.
3) Asumsi tingkat hasil investasi yang terlalu rendah juga akan
(43)
Berikut merupakan ilustrasi perhitungan rate premi dengan tabel
mortalita dan diskonto.
Soal:
Berapa iuran setiap peserta, bila setiap ahli waris yang meninggal menerima
uang masing-masing sebesar Rp.1.000.000,-? (investasi 1 tahun 10%)
Jawab:
100,000 99,773
40 tahun 41 tahun
Jumlah orang meninggal = 227 orang (asumsi di akhir tahun)
Jumlah uang yang dibutuhkan = Rp.1.000.000,- x 227 orang
= Rp.227.000.000,-
Diskonto 10 juta di awal tahun = = Rp.206.363.636,-
Iuran masing-masing peserta = = Rp.2.064,-
c. Biaya (Expense)
1) Premi yang dibentuk dari tabel mortalita dan faktor diskonto disebut
dengan premi bruto.
2) Sebagian biaya operasional akan dibebankan ke dalam premi netto
seperti komisi marketing, biaya penerbitan polis dan pengurusan
(44)
3) Premi Bruto = Premi Netto + Biaya
4) Bentuk biaya paling sederhana adalah persentase dari premi bruto
sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Sifat biaya dalam premi:
1) Semakin tinggi tingkat biaya yang dibebankan ke dalam premi maka
premi akan semakin mahal dan sebaliknya.
2) Semakin efisien biaya operasional sebuah asuransi maka
memungkinkan untuk membebankan biaya yang rendah dan akhirnya
premi semakin bersaing.
3) Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Biaya yang berhubungan dengan besar premi, seperti komisi agen,
promosi dan lain-lain.
b) Biaya yang berhubungan dengan jumlah polis, seperti administrasi
penerbitan polis, pengiriman kuitansi dan lain-lain.
c) Biaya yang berhubungan dengan besarnya manfaat, seperti biaya
medical check up, pengurusan klaim dan lain-lain.
Berikut merupakan ilustrasi penggunaan tabel mortalita, diskonto
dan biaya.
Soal:
1. Berapa iuran tiap peserta, bila setiap ahli waris yang meninggal
menerima masing-masing sebesar Rp.1.000.000,-? (investasi 1 tahun
(45)
Jawab:
100.000 99.773 orang
40 tahun 41 tahun
Jumlah orang yang meninggal = 227 orang (asumsi di akhir tahun)
Jumlah uang yang dibutuhkan = Rp.1.000.000,- x 227 orang
= Rp.227.000.000,-
Diskonto 10 juta di awal tahun = = Rp.206.363.636,-
Premi + Biaya = = Rp.257.954.545,-
Iuran masing-masing peserta = = Rp.2.580,-
2. Berapa iuran peserta, bila ahli waris yang meninggal menerima
masing-masing sebesar Rp.1.000.000,-? (Investasi 1 tahun 10% dan
biaya pengelolaan 25% dari premi bruto)
Jawab:
100.000 orang 99.773 orang
40 tahun 41 tahun
(46)
Jumlah uang yang dibutuhkan = Rp.1.000.000,- x 227 orang
= Rp.227.000.000
Diskonto 10 juta di awal tahun = = Rp.206.363.636,-
Premi + biaya = = Rp.275.151.515,-
Iuran masing-masing peserta = = Rp.2.752,-
6. Klaim
Klaim merupakan sebuah proses pengajuan untuk memperoleh uang
pertanggungan yang diajukan oleh peserta asuransi atas kerugian setelah
tertanggung melakukan pembayaran premi sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditentukan. Pada asuransi syariah, klaim diambil dari dana tabarru‟ semua peserta. Perusahaan asuransi syariah harus menyelesaikan proses klaim
dengan cepat, tepat dan efisien. Klaim terdapat beberapa jenis, yaitu:
a. Klaim habis kontrak, yaitu klaim yang diajukan oleh peserta asuransi
karena batas waktu perjanjian telah berakhir.
b. Klaim meninggal dunia, yaitu klaim yang diajukan karena terjadinya
peristiwa kematian pada peserta.
c. Klaim nilai tunai, yaitu klaim yang diajukan karena peserta tidak
(47)
d. Klaim nilai tunai sebagian, yaitu klaim yang dilakukan ketika usia
perjanjian telah mencapai dua tahun atau selalu aktif. Jumlah yang dapat
diambil adalah 50% dari tabungan peserta.
e. Klaim biaya perawatan, yaitu klaim yang diajukan untuk mengganti
kerugian peserta karena ia telah mengeluarkan biaya pengobatan atau
perawatan karena sakit atau kecelakaan. Selama penyakit yang diderita
tidak termasuk dalam klausa pengecualian polis.
f. Klaim tahapan pendidikan, yaitu klaim yang diajukan oleh peserta pada
saat jatuh tempo dana pendidikan.
Sumber pembayaran klaim pada asuransi jiwa syariah dan asuransi
kerugian syariah memiliki perbedaan, yaitu terletak pada pembayaran klaim
yang bersumber dari dana tabarru‟. Seperti yang tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 2.
Sumber Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Syariah
Peserta Sumber Pembayaran Klaim
Tertimpa musibah 1. Tabungan peserta. 2. Bagi hasil investasi. 3. Dana tabarru‟ Habis kontrak 1. Tabungan peserta.
2. Bagi hasil investasi.
3. Kelebihan dana tabarru‟ setelah dikurangi beban asuransi.
Mengundurkan diri 1. Tabunan peserta. 2. Bagi hasil investasi.
(48)
Sedangkan dalam asuransi kerugian syariah adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Sumber Pembayaran Klaim Asuransi Kerugian Syariah
Peserta Sumber Pembayaran Klaim
Tertimpa musibah 1. Tabungan peserta. 2. Bagi hasil investasi.
3. Santunan kerugian yang diderita dengan perhitungan yang wajar.
Habis kontrak 1. Tabungan peserta. 2. Bagi hasil investasi. Mengundurkan diri 1. Tabungan peserta.
2. Bagi hasil investasi.
Untuk meyelesaikan klaim, asuransi syariah berpedoman pada
kondisi dan kesepakatan yang telah tertulis dalam polis dengan 2 (dua) cara,
yaitu:
a. Mengganti dengan uang tunai
b. Membangun ulang atau merenovasi bangunan yang rusak.
7. Reasuransi
Menurut KUHD pasal 271, reasuransi adalah asuransi dari asuransi
atau asuransinya asuransi.5 Pada hakikatnya, reasuransi merupakan
pembagian risiko yang dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dalam hal ini,
perusahaan asuransi yang pertama membagi risiko disebut dengan ceding
company, perusahaan asuransi yang menerima risiko dari ceding company
5
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah; Keberadaan dan kelebihannyya di Tengah Asuransi Konvensional (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006)
(49)
disebut reasuradur, sedangkan perusahaan asuransi yang menerima risiko dari
reasuradur disebut dengan retrocessionare.
Pada asuransi syariah, reasuransi dikenal dengan reasuransi syariah
atau retakaful, yaitu proses saling menanggung antara ceding company
dengan reasuradur, dengan proses saling menyepakati dan persyaratannya
ditetapkan dalam akad yang dikenal dengan konsep sharing of risk6. Pada
dasarnya, tujuan reasuransi dan retakaful adalah sama, yaitu untuk
memperkecil atau mengurangi beban risiko yang diterima perusahaan
asuransi dengan mengalihkan sebagian atau seluruh risiko kepada perusahaan
asuransi lainnya. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan antara reasuransi
dan retakaful, yaitu:
a. Pada retakaful, mekanisme operasionalnya berdasarkan syariah sehingga
terhindar dari unsur maisir, gharar, dan riba‟.
b. Transaksi pada retakaful menggunakan sistem bagi hasil mudharabah.
c. Konsep yang diusung retakaful adalah konsep sharing of risk.
Dalam bekerja sama reasuransi memiliki tiga metode, yaitu:
a. Metode fakultatif, yaitu pertanggungan ulang antara pihak penanggung
pertama dan para penanggung ulang secara bebas. Artinya, para pihak
penanggung ulang tidak terikat atau dapat menolak/menerima pembagian
risiko yang ditawarkan oleh penanggung pertama berdasarkan kebijakan
akseptasi yang telah mereka tetapkan.
6
(50)
b. Metode kontrak (treaty), yaitu perjanjian pertanggungan ulang antara
pihak penanggung pertama dan penanggung ulang profesional. Pada
metode ini, pihak ceding company memberikan bagian dan para
penanggung ulang wajib menerima bagian dari tanggung jawab atas
asuransi yang telah ditutup oleh penanggung pertama sesuai dengan
pembagian yang telah disepakati oleh masing-masing penanggung ulang
(peserta treaty) sampai dengan batas-batas tanggung gugat/jawab tertinggi
dari tiap kelas risiko berdasarkan persyaratan ketentuan-ketentuan dalam
kontrak antara reasuransi dan ceding company.
c. Metode pool (konsorsium) dan fakultative obligatory, yaitu metode saling
memberi bisnis antarsesama anggota yang menyelenggarakan administrasi
dan proteksi penanggungan ulang dilaksanakan oleh pimpinan pool (pool
leader) yang telah di tentukan. Sasaran dan tujuan penting dari metode ini
adalah mengatasi berbagai macam persoalan melalui kerjasama yang
saling menguntungkan dan saling membantu antarsesama anggota pool
dalam mewujudkan penyebaran risiko, diantaranya dengan pertukaran
bisnis. Di samping itu, metode konsorsium hanya untuk mengatasi
kesulitan dalam mengelola objek berisiko tinggi dengan jumlah
pertanggungan yang tidak mungkin ditangani oleh satu penanggung .
Pada metode facultative obligatory, penanggung pertama secara otomatis
mendapatkan jaminan yang memadai. Sehingga ceding company dapat
(51)
Realitasnya, reasuradur akan membatasi risiko-risiko tertentu dengan
persyaratan premi dalam waktu yang telah ditentukan.
8. Sistem Investasi pada Asuransi Syariah
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa mendatang.7 Aset yang dipergunakan dapat berbentuk
harta atau dana yang telah diperhitungkan dengan sangat teliti untuk sektor
kegiatan tertentu, sehingga menghasilkan keuntungan dan meningkatkan
nilainya pada masa yang akan datang.
Investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat
berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang.8
Sedangkan investasi keuangan syariah dapat terkait dengan perdagangan atau
kegiatan usaha baik berbentuk usaha suatu produk ataupun jasa. Akan tetapi,
dalam syariah, investasi keuangan harus berkaitan langsung dengan kegiatan
usaha yang spesifik dan bermanfaat. Karena dengan manfaat tersebut dapat
dilakukan bagi hasil. Salah satunya dengan membeli saham perusahaan.
Pada prinsipnya, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan dalam
asuransi syariah adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal
(investor) terhadap pemilik usaha atau pengusaha (emiten) untuk
memberdayakan pengusaha dalam melakukan kegiatan usahanya dan investor
berharap mendapatkan keuntungan. Prinsip investasi dalam asuransi syariah,
7
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi; Teori dan Aplikasi, Edisi I (Yogyakarta: Kanisius, 2010).
8
Iwan P. Pontjowinoto, Prisip Syariah di Pasar Modal; Pandangan Praktisi (Jakarta: Modal Publications, 2003) hlm. 45, dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004).
(52)
kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan sebagai mudharib yang dipercaya oleh
shahibul maal (pemilik modal) terhadap dana yang dihimpun dari premi
peserta setelah disetujui secara syar‟i oleh Dewan Pengawas Syariah. Investasi dilakukan sesuai syariah yang berlandaskan Al Qur‟an dan Hadits.
Menurut pandangan Islam, keuntungan memiliki beberapa aspek
holistik, yaitu:9
a. Aspek Materiil dan Finansial; kegiatan investasi hendaknya menghasilkan
manfaat secara finansial yang kompetitif jika dibandingkan dengan bentuk
investasi lain.
b. Aspek Kehalalan; kegiatan invetasi harus benar-benar terjamin dari adanya
unsur syubhat dan haram, baik secara prosedur maupun bidang kegiatan
bisnisnya.
c. Aspek Sosial dan Lingkungan; kegiatan investasi dapat memberikan
kontribusi yang bersifat positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,
untuk berbagai lapisan, terutama generasi saat ini dan yang akan datang.
d. Aspek Pengharapan Ridha Allah; kegiatan investasi yang dipilih bertujuan
mencapai ridha Allah.
9
(53)
Dalam asuransi syariah, investasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis,
yaitu:
a. Investasi Islami
Prinsip-prinsip invetasi islami yaitu:
1) Rabbani
Pada prinsip ini, investor meyakini dirinya, yang diinvestasikan,
keuntungan, kerugian, serta para pihak yang terlibat adalah milik Allah.
Para pihak yang bertransaksi memposisikan Allah sebagai pengawas
(raqib) dan saksi (syahid). Investor (mudharib) dan manajer investasi
(mudharab) berharap memperoleh keuntungan yang berkesinambungan
dan menumbuhkan sikap moral yang tinggi serta tidak takut
menghadapi kerugian di dunia.
2) Halal
Prinsip halal dalam investasi diartikan bahwa kegiatan investasi yang
dilakukan perusahaan asuransi syariah terhindar dari syubhat dan
haram. Aspek-aspek kehalalan pada kegiatan investasi yaitu sebagai
berikut:
a) Motivasi yang bertujuan memberikan keuntungan bagi para pihak
yang terlibat dalam kegiatan investasi.
b) Kegiatan investasi sesuai dengan syarat-syarat transaksi bisnis yang
(54)
c) Prosedur pelaksanaan transaksi. Dalam pelaksanaan transaksi harus
sesuai dengan kesepakatan awal, para pihak bersikap amanah dan
profesional, serta tidak boleh ada kecurangan.
d) Produk yang ditransaksikan dalam investasi pasar modal
menyangkut underlying asset yang diperjualbelikan. Instrumen
perdagangan yang dipergunakan, bentuk perjanjian antar pihak yang
terlibat agar terhindar dari insider information yang dapat berujung
insider trading.
3) Manfaat
Pada prinsip ini, dalam proses dan hasil akhir kegiatan investasi yang
memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat sesuai porsinya
adalah yang diinginkan Islam. Kriteria yang harus terpenuhi sebagai
berikut:
a) Manfaat dapat dirasakan oleh semua pihak yang bertransaksi.
b) Manfaat dapat dirasakan oleh masyarakat umum.
b. Investasi Terlarang
Investasi terlarang dalam Islam dibagi menjadi 2 (dua) kelompok,
yaitu:
1) Investasi Syubhat
Dalam kegiatan investasi, syubhat adalah barang atau jasa yang masih
diragukan kehalalan atau keharamannya. Jika hal ini terjadi, maka
seorang muslim harus berpegang teguh pada common sense, yaitu
(55)
menyebabkan kemadaratan. Hadits Rasulullah menganjurkan kita untuk
meninggalkan segala sesuatu yang kita ragukan dan terdapat
ketidakjelasan secara hukum syar‟i. 2) Investasi Haram
Pengertian haram dalam kegiatan investasi yaitu segala jasa atau barang
yang dilarangan dalam Islam. Pada lingkup bisnis, investasi haram
terdiri atas dua aspek, sebagai berikut:
a) Investasi haram pada prosedur dan sistem, seperti pencurian,
permainan harga, penipuan, penimbunan barang dan perjudian.
b) Investasi haram pada produk dan jasa, seperti prostitusi, perzinaan,
pornografi, seni keindahan tubuh, minuman keras, narkoba dan zat
adiktif lainnya, makanan haram dan industri senjata.
Salah satu bentuk pengelolaan dana yang paling dominan adalah
menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. Pihak asuransi
menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk investasi apa saja selama
investasi itu tidak mengandung salah satu unsur yang telah disebutkan di atas.
Upaya untuk mengabaikan prinsip ini, akan mengakibatkan investasi tersebut
diharamkan menurut syariat Islam.10 Apabila investasi yang dilakukan
berbentuk penyertaan modal sebuah perusahaan, pihak asuransi harus
mengetahui bahwa produk atau jasa yang diperjualbelikan bukanlah barang
atau jasa yang diharamkan syariat Islam. Jika investasi berbentuk deposito,
maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa bank terkait tidak beroperasi
10Ali Mustafa Ya‟qub,
Pengelolaan Dana Asuransi Syariah (Makalah), dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004)
(56)
dengan sistem bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil. Begitu pula jika
investasi dilakukan dalam bentuk usaha lainnya, meskipun terdapat
keuntungan yang besar, jika didalamnya terdapat unsur yang diharamkan,
maka kegiatan investasi ini tidak dibenarkan.
B. Asuransi Sosial
1. Pengertian, Prinsip dan Dasar Asuransi Sosial
Asuransi Sosial (Social Insurance) adalah rancangan yang wajib di
mana para peserta berhak akan santunan tertentu sebagai suatu hak.
Rancangan ini dikelola oleh sebuah instansi pemerintah negara bagian atau
federal yang bertujuan menyediakan standar hidup minimum untuk
kelompok-kelompok bergaji rendah dan menengah.11
Secara umum,
pemerintah mewajibkan dan menawarkan asuransi sosial dalam beberapa
bentuk kepada masyarakat. Jenis asuransi ini didesain untuk memberikan
manfaat bagi masyarakat yang pendapatannya terputus karena tidak mampu
mengendalikan solusi secara pribadi atau karena keadaan sosial dan ekonomi.
Prinsip yang melandasi asuransi sosial di Indonesia adalah sebagai
berikut12
:
a. Compulsion (Wajib)
b. Set Level of Benefit (Manfaat yang merata)
c. Floor of Protection (Perlindungan mendasar)
d. Subsidy (Subsidi)
11
A. Hasymi Ali, Kamus Asuransi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002) hal. 295.
12
(57)
e. Unpredictability of Loss (Kerugian sulit diprediksi)
f. Conditional Benefits (Manfaat bersyarat)
g. Contribution Required (Harus ada kontribusi)
h. Attachment to Labor Force (Terkait dengan tenaga kerja)
i. Minimal Advance Funding (Minimum dalam penyisihan dana)
Sedangkan dasar hukum asuransi sosial yaitu:
a. Undang-Undang No.33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang
b. Undang-Undang No.34 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
c. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
d. Undang-Undang No.11 Tahun 1956 Tentang Pembelanjaan Pensiun.
e. Undang-Undang No.11 Tentang Pensiun Peagwai dan Pensiun
Janda/Duda Pegawai
f. Keputusan Presiden No.13 Tahun 1981 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden No.230 Tahun 1968 Tentang Peraturan Pemeliharaan
Kesehatan Pegawai Negeri, Penerima Pensiun Serta Anggota
Keluarganya.
Di indonesia, asuransi sosial disebut Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN)13
, yaitu sebuah sistem sosial yang ditetapkan dalam
Undang-undang Nomor 40 Tahun 200414
. Dasar pembentukan UU No.40
Tahun 2004 ini berawal dari keterbatasan jaminan sosial yang hanya mampu
13
Dikutip dari Hafidz Al Azhar, Pengertian Asuransi Sosial, dalam http://kerajaanberbagi.blogspot.com/2012/06/pengertian-asuransi-sosial.html
14
(58)
diberikan kepada pekerja sektor formal dengan cakupan yang rendah dan
manfaat yang diterima masih peserta masih terbatas, sehingga perlindungan
yang diberikan terhadap peserta tidak optimal. Di samping itu, pengelolaan
lembaga jaminan sosial dianggap masih belum transparan dengan
profesionalitas manajemen yang masih perlu ditingkatkan.15
Oleh sebab itu,
pemerintah merasa perlu membuat undang-undang nasional sebagai payung
penyempurna dari undang-undang atau peraturan kelembagaan serta
mengarahkan penyelenggaraan jaminan sosial. Selain UU No.40 Tahun 2004,
penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) juga berdasar
pada16
:
a. Deklarasi HAM PBB(Universal Declaration of Human Rights), 10
Desember Tahun 1948.
b. Konvensi ILO (International Labour Organization) No.102 Tahun 1952.
c. UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002. Tercantum dalam Pasal 5 ayat
(1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), serta Pasal 34
ayat (1) dan ayat (2).
d. TAP MPR RI No.X/MPR/2001 yang menugaskan kepada Presiden RI
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
e. Kepseswapres No.7/2001, 21 Maret 2001, mengenai Pembentukan
Kelompok Kerja SJSN yang diperbaharui menjadi Keppres No.20 Tahun
2002, 10 April 2002 dengan penugasan yang sama.
15
Soekamto, Hasbullah Thabrany, dan Bambang Purwoko, Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia bekerjasama dengan German Technical Cooperation, 2006)
16
(59)
f. Naskah akademik Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Rancangan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (RUU
SJSN).
2. Jenis dan Ruang Lingkup Asuransi Sosial
Jenis asuransi sosial di Indonesia terdiri dari:
a. Asuransi Sosial Tenaga Kerja
Asuransi sosial tenaga kerja dibagi atas 3 golongan berikut:
1) Asuransi untuk pegawai negeri
Asuransi sosial untuk pegawai negeri dikelola oleh PT. Tabungan
dan Asuransi Pegawai Negeri.
2) Asuransi untuk pegawai perusahaan swasta
Asuransi sosial untuk pegawai perusahaan swasta dikelola oleh PT.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3) Asuransi untuk anggota ABRI atau TNI
Asuransi sosial untuk anggota ABRI dan TNI dikelola oleh Perum
Asuransi Sosial ABRI.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial tenaga Kerja
yang menyatakan bahwa, “Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja”. Jaminan sosial yang diberikan pada asuransi sosial tenaga kerja berupa uang yang
(60)
meliputi jaminan kecelakaan, kematian, dan hari tua, serta jaminan
pemeliharaan kesehatan.
b. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan sosial adalah asuransi sosial yang
mempunyai ciri wajib diikuti oleh sekelompok penduduk (misalnya
pegawai negeri), manfaat dan paket pelayanan kesehatan yang dijamin
ditetapkan oleh peraturan dan sama untuk semua peserta, dan iuran atau
preminya ditetapkan dengan prosentase upah atau gaji.17
Pengelolaan
asuransi sosial kesehatan ini awalnya ditangani oleh Badan
Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK). Pada tahun
1984, BPDPK dikonversi menjadi Perusahaan Umum (Perum) Husada
Bakti (PHB). Kemudian, PHB dikonversi menjadi PT. Persero dengan
Peraturan Pemerintah No.6/1992 dan dikenal dirubah menjadi PT.
Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero).
c. Asuransi Kecelakaan
Asuransi Kecelakaan Sosial dikelola oleh PT. Asuransi Jasa
Raharja.
Ruang lingkup asuransi sosial meliputi:
a. Jaminan Pertanggungan Kecelakaan.
b. Jaminan Pertanggungan Hari Tua dan Pensiun.
c. Jaminan Pelayanan Kesehatan.
d. Jaminan Pertanggungan Kematian.
17
(1)
dimacem-macemin. Yang kurang pas itu kita hilangkan. Jadi kita memandikan, kemudian dikafani sesuai tuntunan Rasul, kemudian diwudlukan, mengantar ke pemakaman, tidak perlu pakai adzan. Kita jelaskan ke pihak keluarga adzan itu untuk apa.
KEANGGOTAAN
1. Apa saja prosedur yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Prosedurnya untuk menjadi anggota, yang pertama foto copy KTP, Kartu keluarga (KK), Pas photo 2 X 3 sebanyak 2 buah. Itu syaratnya dengan uang pendaftaran Rp.100.000,-. Kemudian iuran bulanannya Rp.5.000,- X 12 bulan. Jadi, satu orang Rp.60.000,-. Itu untuk menjadi anggota. Misalkan hari ini menjadi anggota, kemudian kejadian musibah pada malam hari, sudah otomatis kita layani. Fasilitas yang didapatkan oleh anggota biasanya mendapatkan buku anggota, kemudian dia mendapat layanan sepenuhnya. Menjadi anggota lebih murah.
2. Apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah? Jawab: Syaratnya muslim. Kalau Non Muslim kita tidak melayani.
3. Apa saja kewajiban yang harus dijalankan anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Kewajiban anggota membayar iuran satu tahun sekaligus.
4. Apa saja hak yang bisa didapatkan anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah? Jawab: Haknya mendapatkan kain kafan, kapas, papan ari, papan nisan, air
mawar, cendana, kapur barus, sabun, sarung tangan, masker, handuk dan shampoo. Anggota mendapatkan hak pelayanan seperti memandikan jenazah, mangkafani, menshalatkan, dan mengantarkan jenazah ke pemakaman. Kalau tidak menjadi anggota biayanya mahal, seperti L-300 biayanya Rp.1.500.000,-. Mobil yang dipakai untuk mengantarkan jenazah ada tiga macam, Toyota Hilux biayanya Rp.2.000.000,-, Hyundai yang bagus Rp.3.000.000,-. Karena di masyarakat sudah bisa memilih kendaraan yang akan digunakan. Jika kita tidak mengikuti perkembangan di masyarakat, kita tertinggal dari yang lain. Jadi kita setting, kalau anggota meminta kendaraan yang bagus sebagai penghormatan terakhir kepada orang yang dia sayangi, kita sediakan.
5. Bagaimana cara dan ketentuan pembayaran dana?
Jawab: Pembayaran biasanya anggota datang ke sini, kadang-kadang mereka juga transfer melalui rekening yayasan.
6. Berapa banyak anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Anggota kita ada 675 Kepala Keluarga atau per buku pendaftaran. Karena satu buku itu isinya satu keluarga. Ditambah lagi dengan pegawai Al Azhar yang sudah otomatis jadi anggota UPJ. Iuran pegawai Al Azhar dibayar oleh yayasan.
7. Adakah peningkatan jumlah anggota dari tahun ke tahun? Berapa jumlah peningkatan anggota pada tahun ini?
Jawab: Iya. Hampir rata-rata saya kalkulasi antara 50-75 Kepala Keluarga per bulan. Dari tahun 2012-2013 hampir 100 kepala keluarga.
8. Berapa lama seseorang akan mendapatkan kartu anggota?
Jawab: Kalau dia persyaratannya sudah lengkap, terus langsung bayar. Langsung kita buatkan dan kartu anggota langsung dapat diterima.
(2)
9. Berapa besar dana yang harus disetorkan anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Per bulan Rp.5.000 untuk satu orang.
10. Samakah besar dana yang disetorkan antara anggota yang mempunyai lima anak atau lebih banyak dengan yang hanya dua anak?
Jawab: Tidak.
11. Bagaimana prosedur penentuan besar dana yang harus disetorkan anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Kita hasil dari keputusan pengurus. Jadi, kita rapat terus kita kondisikan dengan perkembangan. Dengan kenaikan BBM, harga barang-barang naik, kita diskusikan dengan pengurus. Nanti pengurus mengeluarkan keputusan. Harga di pasar kita perhitungkan. Kira-kira menutup atau tidak jika iuran Rp.5.000,-.
12. Berapa besar dana yang disalurkan kepada anggota, jika anggota atau keluarga anggota wafat?
Jawab: Kalau ke anggota selama ini kita tidak ada santunan atau apa. Memang dari awal juga tidak ada perjanjian tentang itu. Misalkan, anggota meninggal, kita akan melayani sepenuhnya dan tidak memberikan santunan.
13. Setiap berapa lama dilakukan pembayaran anggota? a. Minggguan
b. Bulanan c. Tahunan
Jawab: Rata-rata per tahun. Kalau per bulan jarang.
14. Berapa lama (jangka waktu) pembayaran Urusan Penyelenggaraan Jenazah? Jawab: Sampai meninggal.
15. Siapa saja yang dicover Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Yang didaftarkan menjadi anggota dan non anggota. Justru selama ini kita banyak melayani yang bukan anggota. Dari situlah kita bisa menutup operasional karena adanya subsidi silang itu. Jadi kalau kita hanya melayani anggota saja, mungkin minus atau tidak menutup.
16. Bagaimana prosedur pengajuan klaim Urusan Penyelenggaraan Jenazah? apa saja syarat-syaratnya?
Jawab: Via telpon saja. Kalau jam kerja mereka telpon ke kantor, kalau di luar jam kerja mereka menghubungi saya. Kita pelayanan 24 jam, tapi posisi di kantor dari jam 7 pagi sampai jam 3. Seteah itu kita pelayanan di rumah.
17. Bagaimana jika ada anggota tidak membayar beberapa saat?
Jawab: Kalau misalkan anggota telat membayar satu atau dua bulan, tidak ada masalah. Tapi biasanya kita telponin kemudian kita informasikan kepada anggota mengenai keterlambatan pembayarannya dan kita tawarkan apakah mau diteruskan atau tidak. Jika memang diteruskan biasanya mereka datang ke kantor dan membayar lunas, tapi kalau tidak diteruskan kita coret daftar keanggotaan mereka. Berarti kalau yang mengundurkan diri kena musibah dan meminta pelayanan dari sini mereka terkena biaya untuk non anggota.
(3)
18. Bagaimana jika anggota tidak membayar beberapa saat, tiba-tiba ia meninggal? Misalnya pada peringatan pertama, anggota meninggal dunia. Apakah anggota harus melunasi sisa pembayaran dulu untuk mendapatkan haknya?
Jawab: Jika dia ada permohonan pelayanan ke sini, tetap kita layani. Nanti kita hitung-hitung. Kalau memang si anggota ini sudah keluar dari anggota, kita sampaikan bahwa dia harus bayar penuh. Tapi kalau kondisi ekonomi si anggota tidak memungkinkan bayar tarif non anggota, kita tawarkan untuk melanjutkan keanggotaannya. Jadi dia hanya harus melunasi keterlambatan pembayarannya saja. Dan selama ini memang pernah terjadi seperti itu. Penawaran yang kita tawarkan merupakan sebuah kebijakan dari kita juga untuk memberikan pelayanan yang baik bagi anggota.
19. Bagaimana status dana yang telah disetorkan bagi anggota yang mengundurkan diri?
Jawab: Dana mereka hangus, tidak dapat dikembalikan. Jadi infaq istilahnya. 20. Bagaimana jika terdapat anggota yang tidak dapat melanjutkan pembayaran
karena telah menderita kerugian besar seperti menjadi korban kebakaran, perampokan atau hal lain yang dapat menghilangkan semua harta benda anggota? Adakah keringanan dalam pembayaran atau bantuan?
Jawab: Sebenarnya bantuan semacam itu tidak ada. Tapi kalau dia minta pelayanan untuk kendaraan, kita tetap bantu. Mungkin nanti kita arahkan ke layanan gratis.
21. Bagaimana pengaturan bagi anggota atau keluarga anggota wafat atau dikuburkan di pemakaman daerah di luar kota? Masihkah Urusan Penyelenggaraan Jenazah mengcover?
Jawab: Jadi kita selain menyediakan pelayanan pengurusan jenazah, kita juga sudah punya tanah pemakamannya, yaitu Al Azhar Memorial Garden. Itu untuk umum dan dijual. Kita kerjasama dengan perusahaan PT lain yang punya tanah. Jadi memanfaaatkan itu. Itu sebenarnya yang mengatur pelayanan AMG, pengurusan administrasinya ada tersendiri. Kita sebatas hanya melayani urusan jenazahnya saja. Jadi mereka yang sudah beli tanah di AMG atau ingin membeli tanah pemakaman di sana urusannya dengan AMG. Nanti untuk urusan jenazahnya kita yang menangani. Pembayarannya juga melalui AMG, nanti tagihan kita juga ke AMG. Jadi, satu paket. Membeli tanah dan dibebankan biaya pembayaran urusan jenazahnya juga. Misalkan harga tanah makamnya 20 juta ditambah pelayanan jenazah 3 juta. Mereka bayar 23 juta. Nanti kita tagihannya ke AMG.
Kalau untuk pemakaman ke luar kota, misalkan ke Solo atau ke Jogja, tetap kita layani. Tapi harus membayar biaya tersendiri.
22. Berapa biaya yang ditetapkan untuk hantaran keluar kota?
Jawab: Biayanya per km. Untuk L-300 biayanya Rp.7.000,-/km, Hilux Rp.10.000,-/km, Hyundai Rp.13.000,-/km. Jadi tergantung jenis kendaraan yang diminta.
23. Untuk proses perizinan tempat pemakaman, adakah bantuan dari Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Kalau pemakaman selama ini kita hanya bisa bantu di Tanah Kusir atau di Jeruk Purut. Misalkan dari pihak keluarga minta tolong untuk sekalian urusan pemakaman, nanti kita hubungi channel yang di sana. Biasanya langsung digali, dengan biayanya sekian.
(4)
24. Apa bantuan yang diberikan tadi dikenakan biaya tambahan? Jika ada, berapa tarif yang dikenakan?
Jawab: Ada. Untuk VIP kemarin antara 7-7,5 juta. Itu sudah satu paket untuk nisan, tenda, kursi, penggali. Tapi kalau di bawah itu, tempatnya agak ke dalam, biasanya 5-5,5 juta, dan ini yang termurah. Untuk pembayaran tergantung pihak keluarga, mau langsung atau misalkan mereka ingin sekalian kita yang mengurus, nanti pembayaran bisa ke kita nanti kita sampaikan ke pihak pemakaman. Tapi kita tidak mengambil untung, kita hanya membantu.
25. Selain layanan pengurusan jenazah beserta perlengkapannya serta penghantaran mobil jenazah, adakah layanan lainnya? Seperti layanan untuk tim takziyah dan ustadz yang bertugas berdoa di pemakaman?
Jawab: Sebenarnya kita selama ini melayani memandikan, mengkafani, mensholatkan, dan mengantar ke pemakaman. Jika pihak keluarga meminta untuk disediakan ustadz, kita siapkan. Nanti ada biaya tersendiri untuk ustadz. Tapi selama ini kita jarang mendapat permintaan ustadz. Untuk tim takziyah kita tidak membentuk tim. Yang penting ada sopir, yang tugas memandikan, kita jalan. Kita tidak menyiapkan tim takziyah.
26. Bagaimana pengaturan bagi anggota yang tidak menggunakan jasa Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Sudah terjadi juga seperti itu. Bagi kita tidak ada masalah. Dia tidak mendapat apa-apa dan dia juga tidak menuntut apa-apa dari kita. Karena dalam perjanjian kita tidak menyediakan santunan atau sejenisnya. 27. Adakah keringanan biaya dari Urusan Penyelenggaraan Jenazah untuk keluarga
yang tidak mampu?
Jawab: Ada. Itu bagi mereka yang benar-benar tidak mampu.
28. Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan keringanan biaya dari Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Syaratnya foto copy KTP, Kartu Keluarga, Surat Pengantar dari RT/RW bahwa dia tidak mampu. Itu sebagai bahan laporan kita ke lembaga amil zakat, kalau sekarang namanya AL Azhar Peduli Ummat. Jadi di sana ada pengelolaan uang zakat, nanti biaya operasional menggunakan dana zakat tersebut.
29. Berapa besar keringanan biaya yang diberikan kepada orang yang tidak mampu? Jawab: Benar-benar free. Tidak ada biaya sama sekali. Hanya kita ajukan ke Al
Azhar Peduli Ummat. PENGELOLAAN DANA
1. Bagaimana pemanfaatan dana yang terkumpul dari anggota?
Jawab: Untuk biaya operasional, penggajian, transport, peralatan, mobil, bensin, service mobil. Jadi untuk itu.
2. Dalam bentuk apa investasi yang diikuti dana anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Investasi lain tidak ada. Karena kita unit, di bawah yayasan. Masalah keuangan yang mengurus yayasan. Yayasan menunjuk salah satu kepala untuk mengelola. Tabungan dan Deposito untuk jangka panjang kita ada. Kalau misalkan tabungan kita sudah lebih, mungkin nanti kita bisa beli mobil yang baru. Karena pelayanan kepada jamaah harus meningkat.
(5)
3. Selain digunakan untuk pengurusan jenazah, adakah uang duka atau uang tahlil bagi anggota keluarga yang ditinggalkan?
Jawab: Tidak ada. Kita hanya pelayanan saja.
4. Dari dana yang terkumpul, adakah dana sosial bagi warga yang tidak mampu (non anggota)?
Jawab: Tidak ada. Untuk layanan gratis kita bekerjasama dengan Al Azhar Peduli Ummat, dan yang membiayai layanan dari sana. Nanti penggantian untuk bensin, sopir, amil atau yang memandikan, APU yang menanggung. Untuk pelayanan dari kita. dhuafa bisa telpon ke sini atau ke Al Azhar Peduli Ummat. Nanti dari APU telpon ke sini. Persyaratan yang harus dipenuhi nanti sopir yang mengambil dari lokasi. Kita sudah ada channel untuk dhuafa dan setiap wilayah kita punya koordinator yang sudah ditunjuk oleh APU. Ada lima wilayah yang sudah disurvey oleh APU, APU menunjuk koordinator (wilayah sumur kali ciliwung, jembatan besi, kwitang, tanah abang). Nanti koordinator menghubungi Al Azhar Peduli Ummat, dari APU menghubungi ke sini. Untuk di luar daerah lima ini, kalau memang APU sudah pernah survey dan mengetahui daerah tersebut biasanya juga bisa dilayani.
5. Selain sebagai dana pengurusan jenazah, adakah dana simpanan lain dalam satu kali setoran anggota? Misalnya, untuk tabungan. Jika ada, berapa besar dana atau prosentase yang masuk ke dalam tabungan?
Jawab: Tidak ada. Itu khusus UPJ. MANAJEMEN
1. Bagaimana sistem penyelenggaraan Urusan Penyelenggaraan Jenazah? Apakah ada kepanitiaan khusus atau ada orang yang dibayar?
Jawab: Selama ini sudah terorganisir. Kita memanage semua. Kita punya manajemen.
2. Bagaimana cara kerja pengurus Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Kita buka setiap hari, dari senin sampai minggu. Dari jam 7 pagi – 3 sore. Kalau hari sabtu-minggu, teman-teman pegawai di sini tetap standby di sini dari jam 07.00-14.00 WIB. Setelah itu pulang dan standby di rumah. Jadi kegiatan berjalan sesuai prosedur kita. Kemudian mereka membuat laporan pelaksanaan tugas, disampaikan ke saya sebagai ketua. Setelah itu kita juga membuat laporan juga ke yayasan. Penyetoran pendapatan sekian, anggitanya yang meninggal ini, kita rekap semua. Kemudian penyetoran uang ke bagian keuangan. Nanti penggajian untuk setiap bulan kita mengambil ke bagian keuangan. Semua yang mengeluarkan dana adalah bagian keuangan. Prosedurnya kita ke yayasan. Jadi kita tidak berdiri sendiri. membuat laporan ke yayasan, mendapat gaji dari sana, kita juga setor pendapatan ke bagian keuangan. Semua unit di Al Azhar pun demikian.
3. Seperti apa struktur organisasi Urusan Penyelenggaraan Jenazah? Jawab: (Tertera di Website)
KEGIATAN TAMBAHAN
1. Apa saja kegiatan-kegiatan rutinitas yang dilakukan anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?
Jawab: Selama ini tidak ada. Jadi begitu menjadi anggota, kita lepas. Tidak ada pembinaan apa pun.
(6)
2. Dalam melaksanakan kegiatan tambahan Urusan Penyelenggaraan Jenazah, adakah kerjasama dengan pihak lain?
Jawab: -
3. Jika para anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah menyelenggarakan suatu kegiatan, darimana sumber dana kegiatan yang dilakukan? (Apakah dari dana anggota yang disetorkan tiap jatuh tempo atau ada dana khusus yang sengaja dikumpulkan untuk kegiatan-kegiatan anggota Urusan Penyelenggaraan Jenazah?)
Jawab: - PENGEMBANGAN
1. Apa rencana yang akan dilakukan oleh Urusan Penyelenggaraan Jenazah untuk pengembangan ke depan?
Jawab: Pengembangannya kita harus memperbaiki pelayanan. Untuk teman-teman pegawai, kita ada semacam pelatihan. Agar lebih menguasai tugas. Untuk kendaraan juga kita nambah. Karena yang dijadikan ukuran dan dilihat kendaraan yang digunakan.
2. Apakah ada asosiasi UPJ atau semacam perkumpulan antar UPJ?
Jawab: Sebenarnya dulu kita mengacu ke Pemda DKI. Di Pemda DKI itu ada Dinas Pemakaman dan Pertamanan. Biasanya disana diadakan pelatihan kita ikut serta. Tapi selama ini sepertinya sudah vakum. Sepertinya masing-masing. Untuk pertemuan antar ketua pun belum ada sampai sekarang. Dan biasanya yang mengadakan seperti itu Pemda DKI. Jika diundang kita datang.