Akad, Prinsip, dan Konsep Asuransi Syariah

Menurut ketentuan hukum Islam, suatu perjanjian dikatakan sah jika ia memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh syariat. Menurut mayoritas ulama 3 , rukun dan syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: a. Shigat ijab qabul Ijab dan kabul dapat diwujudkan secara lisan, tulisan, isyarat, sarana modern dan perbuatan yang menunjukkan adanya kerelaan dari pelaku akad yang disebut dengan al mu‟athah. Syarat sah pengucapan shigat yaitu: 1 Maksud shigat harus jelas, sehingga ia dapat difahami oleh pihak- pihak yang berakad. 2 Antara ijab dan qabul harus selaras, sesuai dan relevan. 3 Pengucapan shigat harus muttashil connect dan dilakukan dalam satu majelis. Syarat persamaan lokasi dapat disesuaikan dengan kondisi zaman dan teknologi komunikasi jarak jauh. Akad dapat berlangsung melalui pesawat telepon, telekonferensi, skype, lokasi dalam kondisi demikian adalah masa berlangsungnya percakapan telepon, selama percakapan masih berlangsung dan line telepon masih tersambung, berarti „aqid masih berada dalam lokasi akad. b. Pihak yang berakad Pelaku akad disyaratkan orang mukallaf aqil, baligh, berakal sehat, dewasa atau cakap hukum. 3 AH. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 c. Objek Akad harus memenuhi 4 empat syarat: 1 Ia harus ada secara konkret ketika akad berlangsung atau diperkirakan ada pada masa yang akan datang salam, istishna‟, ijarah, dan mudharabah. 2 Ia merupakan harta yang dimiliki, halal dan bermanfaat. 3 Ia harus dapat diserahkan ketika terjadi akad, namun tidak berarti harus diserahkan seketika. 4 Ia harus jelas. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tijarah dan atau akad tabarru‟. Akad tijarah yaitu semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wadiah, wakalah, dan sebagainya. Sedang, akad tabarru‟ adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan sosial, dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Pengaplikasian akad muamalah pada asuransi syariah tercermin dalam penyerahan premi dalam bentuk tabungan peserta dan dana tabarru‟ yang menganut akad wadi‟ah. Di samping itu, terdapat akad lain yang diaplikasikan dalam pengelolaan dana investasi asuransi syariah, yaitu mudharabah dan musyarakah. Beberapa akad lain juga dapat diterapkan dalam investasi dana asuransi syariah, seperti murabahah, salam, istishna‟, dan ijarah. Dalam ekonomi Islam, ada 4 empat macam prinsip muamalah. Ke empat prinsip muamalah ini juga menjadi pedoman dalam manajemen dan operasional asuransi syariah. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: a. Hukum dasar muamalah adalah boleh, sampai ada dalil atau ketentuan yang mengharamkannya. Mengacu pada prinsip ini, maka asuransi syariah tidak dilarang. b. Muamalah harus dilakukan dengan tanpa paksaan „an taradhin. Dalam asuransi syariah, ketika peserta menyetorkan premiiurankontribusi, khususnya pada dana tabarru‟, semuanya harus disertai kerelaan, tanpa paksaan dari pihak manapun. c. Muamalah harus mendatangkan maslahat dan menolak madharat. Prinsip ini tercermin dalam pembayaran klaim bagi peserta yang menderita kerugian atau resiko. Pembayaran klaim adalah sebuah bentuk maslahat yang bisa dirasakan oleh peserta asuransi. d. Muamalah harus bebas dari unsur yang diharamkan syariat, seperti riba, gharar, maysir, kezaliman dan semacamnya. Asuransi syariah merupakan salah satu bentuk muamalah yang telah terhindar dari maysir, gharar, dan riba. Sehingga asuransi syariah dapat dijadikan asuransi alternatif bagi umat Islam. Konsep dasar asuransi syariah adalah konsep takaful. Istilah takaful memiliki arti menanggung bersama. Artinya, semua peserta asuransi akan saling membantu meringankan beban peserta yang terkena risiko. Saling pikul antara para peserta asuransi dilakukan dalam lingkup kebaikan dengan adanya dana derma atau tabarru‟. Hal ini sesuai dengan surat al Ma„idah ayat 2, إا ع ا اعتا َّ ا ِ ب ا ع ا اعت ا دع ا ث Artinya: “Tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan keji permusuhan. Asuransi syariah berjalan di atas empat prinsip dasar dari konsep takaful, yaitu: a. Saling bertanggung jawab, b. Saling bekerja sama dan membantu, c. Saling melindungi, d. Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba‟. Dengan konsep tersebut, perusahaan bertindak sebagai mediator di antara para peserta. Dengan demikian, dalam asuransi syariah, fakta “saling menanggung ” terjadi di antara peserta asuransi syariah, bukan antara perusahaan dan peserta seperti hal-hal yang diterapkan dalam asuransi konvensional.

2. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Salah satu esensi yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional yaitu berkenaan dengan mekanisme pengelolaan dana. Pada asuransi syariah, perusahaan asuransi berkedudukan sebagai mudharib pemegang amanah, sedangkan peserta asuransi syariah sebagai shahibul mal pemilik modal. Dalam hal ini, perusahaan diberi amanah oleh peserta untuk menjadi pengelola dana yang mereka setorkan dalam bentuk premi. Dana tersebut kemudian dikembangkan oleh perusahaan dengan transaksi yang halal. Selain itu, perusahaan juga dipercaya shahibul mal untuk memberikan santunan bagi peserta lain yang tertimpa musibah. Ketentuan tersebut dilakukan setelah adanya kesepakatan pada awal perjanjian. Pengembangan dana peserta dilakukan dengan prinsip mudharabah. Keuntungan yang didapatkan dari investasi dibagihasilkan antara perusahaan asuransi syariah dengan peserta. Dalam mengelola dana peserta, secara teknis, operasional dan syar‟i, perusahaan asuransi syariah diawasi oleh komisaris dan Dewan Pengawas Syariah DPS. a. Asuransi Jiwa Syariah Pada asuransi jiwa syariah, mekanisme dana peserta dibagi menjadi 2 dua sistem, yaitu: 1 Sistem produk dengan unsur tabungan Dalam produk dengan unsur tabungan terdapat tabungan peserta. Sistem pengelolaan dana pada produk ini adalah sebagai berikut: a Premi yang dibayarkan peserta dimasukkan ke dalam dua rekening berbeda yaitu, rekening peserta dan rekening tabarru‟. Besar dana pada kedua rekening tersebut ditentukan menurut kelompok usia peserta dan jangka waktu pertanggungan. b Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. c Keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi yaitu premi reasuransi dan klaim, kemudian dibagi menurut prinsip mudharabah. d Pembagian mudharabah dibuat dalam perbandingan tetap seperti dalam perjanjian yang disepakati sejak awal. Besar persentase