Sistem Investasi pada Asuransi Syariah
kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan sebagai mudharib yang dipercaya oleh shahibul maal pemilik modal terhadap dana yang dihimpun dari premi
peserta setelah disetujui secara syar‟i oleh Dewan Pengawas Syariah.
Investasi dilakukan sesuai syariah yang berlandaskan Al Qur‟an dan Hadits. Menurut pandangan Islam, keuntungan memiliki beberapa aspek
holistik, yaitu:
9
a. Aspek Materiil dan Finansial; kegiatan investasi hendaknya menghasilkan
manfaat secara finansial yang kompetitif jika dibandingkan dengan bentuk investasi lain.
b. Aspek Kehalalan; kegiatan invetasi harus benar-benar terjamin dari adanya
unsur syubhat dan haram, baik secara prosedur maupun bidang kegiatan bisnisnya.
c. Aspek Sosial dan Lingkungan; kegiatan investasi dapat memberikan
kontribusi yang bersifat positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, untuk berbagai lapisan, terutama generasi saat ini dan yang akan datang.
d. Aspek Pengharapan Ridha Allah; kegiatan investasi yang dipilih bertujuan
mencapai ridha Allah.
9
Abdullah Amrin, Ibid.
Dalam asuransi syariah, investasi terbagi menjadi 2 dua jenis, yaitu:
a. Investasi Islami
Prinsip-prinsip invetasi islami yaitu: 1
Rabbani Pada prinsip ini, investor meyakini dirinya, yang diinvestasikan,
keuntungan, kerugian, serta para pihak yang terlibat adalah milik Allah. Para pihak yang bertransaksi memposisikan Allah sebagai pengawas
raqib dan saksi syahid. Investor mudharib dan manajer investasi mudharab berharap memperoleh keuntungan yang berkesinambungan
dan menumbuhkan sikap moral yang tinggi serta tidak takut menghadapi kerugian di dunia.
2 Halal
Prinsip halal dalam investasi diartikan bahwa kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan asuransi syariah terhindar dari syubhat dan
haram. Aspek-aspek kehalalan pada kegiatan investasi yaitu sebagai berikut:
a Motivasi yang bertujuan memberikan keuntungan bagi para pihak
yang terlibat dalam kegiatan investasi. b
Kegiatan investasi sesuai dengan syarat-syarat transaksi bisnis yang dibenarkan syariah.
c Prosedur pelaksanaan transaksi. Dalam pelaksanaan transaksi harus
sesuai dengan kesepakatan awal, para pihak bersikap amanah dan profesional, serta tidak boleh ada kecurangan.
d Produk yang ditransaksikan dalam investasi pasar modal
menyangkut underlying asset yang diperjualbelikan. Instrumen perdagangan yang dipergunakan, bentuk perjanjian antar pihak yang
terlibat agar terhindar dari insider information yang dapat berujung insider trading.
3 Manfaat
Pada prinsip ini, dalam proses dan hasil akhir kegiatan investasi yang memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat sesuai porsinya
adalah yang diinginkan Islam. Kriteria yang harus terpenuhi sebagai berikut:
a Manfaat dapat dirasakan oleh semua pihak yang bertransaksi.
b Manfaat dapat dirasakan oleh masyarakat umum.
b. Investasi Terlarang
Investasi terlarang dalam Islam dibagi menjadi 2 dua kelompok, yaitu:
1 Investasi Syubhat
Dalam kegiatan investasi, syubhat adalah barang atau jasa yang masih diragukan kehalalan atau keharamannya. Jika hal ini terjadi, maka
seorang muslim harus berpegang teguh pada common sense, yaitu kelaziman dan yang seharusnya ada atau sesuatu yang tidak
menyebabkan kemadaratan. Hadits Rasulullah menganjurkan kita untuk meninggalkan segala sesuatu yang kita ragukan dan terdapat
ketidakjelasan secara hukum syar‟i.
2 Investasi Haram
Pengertian haram dalam kegiatan investasi yaitu segala jasa atau barang yang dilarangan dalam Islam. Pada lingkup bisnis, investasi haram
terdiri atas dua aspek, sebagai berikut: a
Investasi haram pada prosedur dan sistem, seperti pencurian, permainan harga, penipuan, penimbunan barang dan perjudian.
b Investasi haram pada produk dan jasa, seperti prostitusi, perzinaan,
pornografi, seni keindahan tubuh, minuman keras, narkoba dan zat adiktif lainnya, makanan haram dan industri senjata.
Salah satu bentuk pengelolaan dana yang paling dominan adalah menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. Pihak asuransi
menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk investasi apa saja selama investasi itu tidak mengandung salah satu unsur yang telah disebutkan di atas.
Upaya untuk mengabaikan prinsip ini, akan mengakibatkan investasi tersebut diharamkan menurut syariat Islam.
10
Apabila investasi yang dilakukan berbentuk penyertaan modal sebuah perusahaan, pihak asuransi harus
mengetahui bahwa produk atau jasa yang diperjualbelikan bukanlah barang atau jasa yang diharamkan syariat Islam. Jika investasi berbentuk deposito,
maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa bank terkait tidak beroperasi
10
Ali Mustafa Ya‟qub, Pengelolaan Dana Asuransi Syariah Makalah, dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General; Konsep dan Sistem Operasional Jakarta:
Gema Insani Press, 2004
dengan sistem bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil. Begitu pula jika investasi dilakukan dalam bentuk usaha lainnya, meskipun terdapat
keuntungan yang besar, jika didalamnya terdapat unsur yang diharamkan, maka kegiatan investasi ini tidak dibenarkan.