Konsiliasi Arbitrase Analisis Hukum Terhadap Penyelesaian Sengketa Dalam Transaksi Bisnis Internasional

semacam perjanjian bahwa sesuai dengan kode etik yang berlaku maka mediator tidak dapat dituntut untuk suatu rahasia yang diberikannya selama proses. 70

4. Konsiliasi

Konsiliasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa oleh pihak ketiga atau oleh suatu komisi yang dibentuk oleh para pihak. komisi ini disebut dengan komisi konsilisi. 71 Konsiliasi menurut Gary Goodpaster, yaitu suatu aliansi dari dua pihak atau lebih yang sepakat untuk bergabung dalam tindakan bersama atau terkoordinasi melawan pihak atau koalisi lain. 72 Konsiliasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih formal dibandingkan dengan mediasi. Komisi konsilisi bisa yang sudah terlembaga atau ad hoc sementara yang berfungsi untuk menetapkan persyaratan yang diterima oleh para pihak. Namun putusannya tidak mengikat para pihak. 73 Persidangan suatu komisi konsilisi biasanya dimulai dari sengketa yang diuraikan secara tertulis diserahkan kepada badan konsilisi. Kemudian badan ini akan mendengarkan keterangan lisan dari para pihak. Para pihak dapat hadir pada tahap pendengaran tersebut, tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya. Berdasarkan fakta-fakta yang diperolehnya, konsiliator atau badan konsilisi akan menyerahkan laporannya kepada para pihak disertai dengan kesimpulan, dan usulan-usulan penyelesaian sengketanya. Sekali lagi usulan ini sifatnya tidaklah 70 Ibid. 71 Huala Adolf, Ibid, hal. 22. 72 Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi, Jakarta: ELIPS, 1999, hal. 1. 73 Peter Behrens., Alternative Methods of Disputes Settlement in International Economic Relations, dalam: Ernst-Ulrich Petersman and Gunther Jaenicke, Adjudication of International Trade Disputes in International and National Economic Law, Fribourg UP, 1992, hal. 14. Universitas Sumatera Utara mengikat. Karena diterima atau tidaknya usulan tersebut tergantung sepenuhnya kepada para pihak. 74 Menurut hemat penulis, unsur ketidakberpihakan dan kenetralan merupakan kata kunci untuk keberhasilan fungsi konsiliasi. Hanya dengan terpenuhinya dua unsur ini, objektivitas dari konsiliasi dapat terjamin.

5. Arbitrase

Arbitrase berasal dari kata Arbitrare Latin, Arbitrage Belanda, Arbitration Inggris, Schiedspruch Jerman, dan Arbitrage Perancis, yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit. 75 Dalam Black’s Law Dictionary, arbitration is a process of dispute resolition in which a neutral third partry arbitrator renders a dicision after hearing at which both parties have an opportunity to be heard. 76 Arbitrase adalah suatu institusi hukum di luar pengadilan. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menentukan arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Batasan penulis mengenai arbitrase adalah suatu alternatif penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga badan arbitrase yang ditunjuk dan disepakati para 74 Ibid, hal. 23. 75 Rachmadi Usman., Hukum Arbitrase Nasional, Jakarta: Grasindo, 2002, hal.1. 76 Bismar Nasution., Hukum Acara Arbitrase dan Alternative Dispute Resolution, Makalah, Disampaikan Pada Pendidikan Khusus Advokat Kerjasa Ikatan Advokat Indonesia IKADIN dan Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara pihak secara sukarela untuk memutus sengketa yang bukan bersifat perdata dan putusannya bersifat final dan mengikat. Ada 3 tiga hal yang dapat dikemukakan dari definisi yang diberikan dalam UU No. 30 Tahun 1999 tersebut 77 : 1. Arbitrase merupakan salah satu bentuk perjanjian; 2. Perjanjian arbitrase harus dibuat dalam bentuk tertulis;dan 3. perjanjian arbitrase tersebut merupakan perjanjian untuk menyelesaikan sengketa yang dilaksanakan di luar peradilan umum. Menurut ketentuan Pasal 6 ayat 9 UU No. 30 Tahun 1999 dalam hal usaha- usaha alternatif penyelesaian sengketa melalui ngeosiasi, mediasi dan konsiliasi tidak dapat dicapai, maka para pihak berdasarkan kesepakatan secara tertulis dapat mengajukan usaha penyelesaiannya melalui lembaga arbitarse atau Arbitrase Ad-Hoc, yang berarti arbitrase dapat dikatakan merupakan lembaga alternatif penyelesaian sengketa terakhir dan final bagi para pihak. Menurut penulis, bahwa persyaratan terpenting dalam penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase adalah kata sepakat atau konsensus dari negara-negara yang bersengketa. Sepakat merupakan refleksi dan konsekuensi logis dari atribut negara yang berdaulat. Kedaulatan suatu negara menyatakan bahwa suatu negara tidak tunduk kepada subjek-subjek hukum internasional lainnya tanpa ada kesepakatan atau kehendak dari negara tersebut. Tanpa kata sepakat dari salah satu negara, badan arbitrase tidak pernah berfungsi. 77 Gunawan Widjaja, Loc.cit, hal. 97-98. Universitas Sumatera Utara

F. Masalah Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis

Internasional Indonesia Setiap penyelesaian suatu sengketa baik melalui proses litigasi pengadilan, maupun alternatif penyelesaian sengketa lainnya seperti: negoisasi, mediasi, dan konsiliasi membutuhkan adanya kepastian hukum dari setiap putusan yang dihasilkan. Putusan yang dihasilkan tersebut pada intinya diharapkan dapat menghasilkan rasa keadilan dan penyelesaian masalah bagi para pihak yang bersengketa. Di sisi lain, putusan tersebut tidak boleh membuat jurang pemisah antara pihak yang memenangkan perkara dengan pihak yang dikalahkan. Dalam transaksi bisnis internasional masalah kepastian hukum ini sangat menentukan dan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kredibilitas dan reputasi para pelaku bisnis transaksi bisnis kedepannya.

1. Kepastian hukum sebagai pertimbangan utama Investor