litigasi Pengadilan memiliki kelebihan, yakni putusannya dihormati dan wajib dilaksanakan oleh para pihak, terlepas apakah pengadilan telah menerapkan hukum
dengan benar atau tidak, putusan pengadilan sifatnya mengikat secara hukum. Para pihak yang tidak menghormati putusannya, hukum dapat memaksanya.
55
Sedangkan segi negatif kekurangan dari proses litigasi pengadilan menurut penulis adalah banyaknya kritik yang sudah terlanjur disandang. Di Indonesia, forum
ini dicap sebagai tempat berkumpulnya “mafia peradilan”. Selain itu proses penyelesaiannya umumnya memakan waktu yang cukup lama, serta putusannya yang
mungkin untuk dipublikasikan ke khalayak umum, karena prinsip dari proses litigasi pengadilan ini bersifat umum dan terbuka. Hal ini umumnya tidak disukai oleh para
pihak yang bersengketa dikarenakan akan merusak reputasi kredibilitas para pihak pelaku usaha yang bersengketa.
2. Negosiasi
Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang paling tua yang digunakan oleh umat manusia.
56
Negosiasi adalah perundingan yang diadakan secara langsung antara para Pihak dengan tujuan untuk mencari
penyelesaian melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.
57
Banyak sengketa yang
55
Huala Adolf. Op.Cit.Hal 173
56
W. Poeggel and E. Oeser., Methods of Diplomatic Settlement, dalam Mohammed Bedjaoui ed, International Law: Achievements and Prospects, Dordrecht: Martinus Nijhoff and UNESCO,
1991, hal. 514.
57
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung : Sinar Grafika, 2004, Hal.26
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan setiap hari melalui negosiasi tanpa adanya publisitas atau perhatian publik.
58
Pengertian negosiasi, menurut Runtung Sitepu, merupakan salah satu bentuk Penyelesaian Sengketa Alternatif dimana para pihak yang bersengketa melakukan
perundingan secara langsung adakalanya di dampingi pengacara masing-masing untuk mencari penyelesaian sengketa yang sedang mereka hadapi ke arah
kesepakatan atas dasar win-win solution.
59
Negosiasi dapat digunakan untuk menyelesaikan setiap bentuk sengketa, apakah itu sengketa ekonomi, politik, hukum, sengketa wilayah, keluarga, suku, dan
lain-lain. Bahkan apabila para pihak telah menyerahkan sengketanya kepada suatu badan peradilan tertentu, proses penyelesaian sengketa melalui negosiasi ini masih
dimungkinkan untuk dilaksanakan.
60
Segi positif dari negosiasi ini adalah sebagai berikut :
61
a Para pihaklah yang memegang palu hakim-nya sendiri;
b Sifatnya rahasia;
c Hukum acara atau formalitas persidangan tidak ada;
58
FV. Garcia Amador., The Changing Law of International Claims, USA: Occeana, 1984, hal. 518.
59
Runtung Sitepu., Alternative Disputes Resolution dan Arbitrase, Makalah disampaikan dalam Pendidikan Khusus Profesi Advokat PKPA Kerjasama DPC IKADIN Medan dengan Fakultas
Hukum USU, 2006, hal. 6.
60
FV. Garcia Amador, Op. cit, hal. 159.
61
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Bandung : Refika Aditama, 2006, Hal.172
Universitas Sumatera Utara
Segi negatif dari forum negosiasi ini adalah sebagai berikut : a
Manakala kedudukan para pihak tidak seimbang, dimana salah satu pihak kuat sedangkan pihak yang lain lemah. Dalam keadaan ini, pihak yang kuat berada
dalam posisi untuk menekan pihak lainnya. Satu pihak yang terlalu keras dengan pendiriannya dapat mengakibatkan proses negosiasi ini menjadi tidak produktif.
Hal tersebut sering terjadi manakala dua pihak bernegosiasi untuk menyelesaikan sengketa;
62
b Proses negosiasi lambat dan memakan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan
permasalahan antar negara yang timbul, khususnya masalah yang berkaitan dengan ekonomi Internasional. Selain itu, jarang sekali adanya persyaratan
penetapan batas waktu bagi para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi;
Pada dasarnya, berhasil atau tidaknya negosiasi dilaksanakan dipengaruhi oleh ketepatan dalam teknik kemampuan untuk menyampaikan posisi yang diinginkan
dengan jelas dengan menggunakan berbagai alasan. Hal lainnya adalah kemampuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan, juga dengan menyampaikan alasan-
alasan yang berlawanan. Dengan tidak adanya pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa ini
menjadikan negosiasi sebagai tahap pertama dalam penyelesaian sengketa. Apabila dalam proses negosiasi ini menghasilkan suatu keputusan maka hasil kesepakatan
62
Huala Adolf., Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
tersebut dituliskan dalam dokumen perjanjian, seperti yang tertulis dalam Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Alternatif Penyelesaian
Sengketa, menyebutkan bahwa; “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan dalam pertemuan langsung negosiasi
oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 empat belas hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis”. Oleh karena kesepakatan tertulis hasil
negosiasi adalah suatu persetujuan di antara para pihak, maka selayaknya juga jika hasil negosiasi tidak dapat dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau
dengan alasan bahwa salah satu pihak telah dirugikan. Walau demikian masih terbuka kemungkinan untuk tetap dapat dibatalkan, jika memang dapat dibuktikan telah
terjadi suatu kekhilafan mengenai orangnya, atau paksaan, atau kesepakatan telah diadakan atas dasar surat-surat yang kemudian dinyatakan palsu.
63
Menurut penulis, bahwa negosiasi ini lebih banyak diwarnai dengan pertimbangan politis daripada pertimbangan atau argumen hukumnya. Namun
demikian, dalam proses negosiasi, adakalanya argumen hukum tersebut lebih berfungsi untuk memperkuat kedudukan para pihak. Manakala proses ini berhasil,
hasilnya biasanya dituangkan dalam suatu dokumen yang memberinya kekuatan hukum. Misalnya hasil kesepakatan negosiasi yang dituangkan dalam bentuk suatu
dokumen perjanjian perdamaian. Selanjutnya, para pihak biasanya mensyaratkan, bahwa manakala cara ini gagal dalam jangka waktu tertentu, mereka sepakat untuk
63
Gunawan Widjaja, Loc.cit, hal. 88.
Universitas Sumatera Utara
menyerahkan penyelesaian sengketa tersebut dengan cara lainnya, seperti arbitrase, mediasi, atau konsiliasi.
3. Mediasi