Kelebihan arbitrase Analisis Hukum Terhadap Penyelesaian Sengketa Dalam Transaksi Bisnis Internasional

diminati dan disukai oleh para pihak yang bersengketa. Forum arbitrase ini merupakan ”pengadilan pengusaha” yang eksis untuk menyelesaikan sengketa- sengketa diantara kalangan pengusaha dan sesuai kebutuhan atau keinginan mereka. Hal ini dikarenakan arbitrase memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan sistem peradilan formal di pengadilan.

1. Kelebihan arbitrase

Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral yang mengeluarkan putusan bersifat final dan mengikat binding. Badan arbitrase dewasa ini sudah semakin populer dan semakin banyak digunakan dalam menyelesaikan sengketa-sengketa Internasional. 98 Keunggulan atau keuntungan penyelesaian sengketa melalui arbitrase, antara lain berkenaan dengan: 99 a Kebebasan, kepercayaan dan keamanan. Arbitrase pada umumnya dipilih oleh pengusaha, pedagang atau investor karena memberikan kebebasan dan otonomi yang sangat luas kepada investor. Selain itu, secara relatif memberikan rasa aman terhadap keadaan yang tidak menentu dan ketidakpastian sehubungan dengan sistem hukum yang berbeda, juga terhadap kemungkinan putusan Hakim yang berat sebelah, melindungi kepentingan pihak lokal dari mereka yang terlibat dalam suatu perkara; 98 Huala Adolf., Loc. cit, hal. 23. 99 Gary Goodpaster et.al, Tinjauan Terhadap Arbitrase Dagang Secara Umum dan Arbitrase Dagang di Indonesia, dalam Felix O. Soebagjo dan Erman Rajagukguk, eds, “Arbitrase di Indonesia”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995, hal. 19-21. Universitas Sumatera Utara b Keahlian arbiter expertise. Pihak yang bersengketa sering memilih arbitrase karena mereka memiliki kepercayaan yang besar pada keahlian para arbiter mengenai permasalahan yang dipersengketakan dibandingkan dengan menyerahkan kepada pengadilan umum. Mereka dapat mengangkat atau menunjuk arbiter atau suatu panel arbitrase yang memiliki keahlian terhadap suatu pokok permasalahan yang dipersengketakan. Hal tersebut tidak dapat dijamin dalam sistem badan peradilan umum seperti Pengadilan Negeri di Indonesia; c Proses pengambilan keputusan melalui arbitrase seringkali lebih cepat dan lebih murah dari pada proses litigasi di pengadilan. Hal ini dikarenakan putusan arbitrase diperiksa oleh orang-orang yang ahli mengenai masalah-masalah yang disengketakan. Putusan arbitrase ditetapkan bersifat final dan mengikat; 100 d Kerahasiaan; Arbitrase berlangsung dalam lingkungan yang bersifat privat dan bukan bersifat umum, maka arbitrase bersifat tertutup. Sifat rahasia arbitrase dapat melindungi para pihak dari hal-hal yang tidak diinginkan atau merugikan para pihak akibat penyingkapan informasi kepada umum. Selain itu hal ini juga dapat melindungi mereka dari publisitas yang merugikan dan akibat-akibat, seperti kehilangan reputasi, bisnis dan pemicu bagi tuntutan-tuntutan lainnya yang dalam proses judikasi publik dapat mengakibatkan sengketa secara terbuka; 100 Proses penyelesaian sengketa di dalam kasus-kasus yang sangat rumit, proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase ternyata tidak lebih cepat dari litigasi di pengadilan. Biayanya terkadang lebih tinggi pula, karena pihak harus membayar arbitrator yang sudah sangat profesional. Universitas Sumatera Utara e Bersifat non precedent. Sistem hukum yang bersifat preseden precedent mempunyai pengaruh penting dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan keputusan arbitrase pada umumnya tidak memiliki nilai atau sifat preseden. Para pihak khawatir akan menciptakan preseden yang merugikan yang mungkin dapat mempengaruhi kepentingannya di masa mendatang. Karena itu untuk perkara yang serupa mungkin saja dihasilkan putusan arbitrase yang berbeda sebab arbitrase tidak akan memberikan preseden; dan f Kepekaan arbitrator. Para Hakim dan Arbiter menetapkan ketentuan hukum untuk membantu penyelesaian perkara yang mereka hadapi, namun dalam hal-hal yang relevan, arbiter akan lebih memberikan perhatian terhadap keinginan, realitas, dan praktek dagang para pihak. Sebaliknya, pengadilan sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang bersifat publik, seringkali memanfaatkan sengketa privat untuk lebih menonjolkan nilai-nilai masyarakat. Akibatnya di dalam penyelesaian sengketa privat, pertimbangan Hakim lebih mengutamakan kepentingan umum. Kepentingan privat atau pribadi dinomorduakan. Arbiter pada umumnya menerapkan pola nilai-nilai sebaliknya. Pengusaha asing selain cenderung memilih hukum negaranya sendiri, juga lebih menyukai pilihan forum arbitrase di luar negeri. Pilihan hukum asing dan pilihan forum arbitrase di luar negeri dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa hukum dan pengadilan di negera berkembang kurang dapat memberikan rasa aman bagi mereka. Menurut hemat penulis, pengusaha asing khawatir terhadap hukum dan Hakim di negara berkembang, karena bagi pengusaha asing, hukum di negara Universitas Sumatera Utara berkembang sulit untuk diketahui dan dipelajari. Disamping itu juga ada ketakutan atau keraguan pada pengadilan atau Hakim yang akan melaksanakan hukum yang kurang diketahui tersebut. Munir Fuady, mengatakan kelebihan arbitrase dibandingkan dengan pengadilan secara konvensional adalah sebagai berikut : 101 a Prosedur tidak berbelit-belit dan keputusan dapat dicapai dalam waktu relatif singkat; b Biaya lebih murah; c Dapat dihindari expose dari keputusan di depan umum; d Hukum terhadap prosedur pembuktian lebih rileks; e Para pihak dapat memilih hukum mana yang diberlakukan arbitrase; f Para pihak dapat memilih sendiri arbiternya; g Dapat memilih arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnya; h Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi; i Keputusan umumnya final and binding tanpa harus banding atau kasasi; j Keputusan arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan dieksekusi oleh pengadilan dengan sedikit atau tanpa review sama sekali; k Prosedur arbitrase lebih mudah oleh masyarakat luas; dan l Menutup kemungkinan untuk dilakukan ”forum shopping”. Masyarakat khususnya para pelaku bisnis dapat memilih untuk menyelesaikan sengketa bisnisnya melalui cara-cara dalam arbitrase adalah karena; adanya 101 Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 94. Universitas Sumatera Utara kebebasan, kepercayaan, kedamaian, wasit atau arbiter memiliki keahlian, lebih cepat dan hemat biaya, bersifat rahasia, adanya kepekatan arbiter atau wasit, bersifat non preseden, pelaksanaan putusannya lebih mudah dilakukan dan bersifat akhir dan mengikat.

2. Kekurangan arbitrase