4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan di perpustakaan pusat USU, baik melalui
penelusuran catalog maupun surfing di internet.
5. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, peraturan perundang- undangan, putusan-putusan pengadilan dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif,
yaitu dengan melakukan : a.
Memilih peraturan perundang-undangan dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan berkaitan
dengan masalah penyelesaian sengketa dalam transaksi bisnis internasional; b.
Membuat sistematik dari bahan-bahan hukum tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu yang selaras dengan penyelesaian sengketa
dalam transaksi bisnis internasional; c.
Hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
BAB II BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA
YANG DIKEMBANGKAN DI INDONESIA SEBAGAI FORUM PENYELESAIAN SENGKETA
E. Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional yang Dikenal di
Indonesia
Dalam menyelesaikan sengketa bisnis internasional pada dasarnya terdapat beberapa alternatif penyelesaian yang dapat ditempuh, yaitu melalui proses :
1. Litigasi pengadilan
Litigasi atau forum pengadilan adalah forum ”klasik” yang dipilih para pihak.
51
Pengadilan merupakan refleksi dari jurisdiksi judikatif suatu negara berdaulat. Segala peristiwa hukum, termasuk sengketa kontrak yang terjadi di dalam
wialayah suatu negara, pada prinsipnya berada dibawah jurisdiksi negara itu. Hasil yang akan diperoleh dari proses litigasi hanya 2 dua kemungkinan, yaitu menang
atau kalah. Dalam membela dan mewakili kepentingan salah satu pihak dalam sengketa bisnis internasional, proses litigasi ini bukan hanya dapat diajukan ke
hadapan badan peradilan umum Pengadilan Negeri di Indonesia maupun badan peradilan di luar yuridiksi negara Indonesia, melainkan juga sengketa itu dapat
diajukan ke hadapan peradilan lainnya, misalnya
52
: a. Pengadilan Niaga;
b. Pengadilan Tata Usaha Negara; dan
51
Huala Adolf. Loc.Cit.Hal 173
52
Ibid..
Universitas Sumatera Utara
c. Pengadilan Pajak. Selain itu dalam konteks sengketa bisnis internasional, proses litigasi juga
dapat diajukan ke hadapan badan kuasi peradilan di Indonesia quasi judicial power, seperti misalnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Komite Anti Dumping
Indonesia, dan badan-badan kuasi peradilan lainnya. Berbeda dengan proses arbitrase, mediasi, negoisasi, dan konsiliasi yang hanya dapat dilaksanakan prosesnya apabila
telah ada kesepakatan terlebih dahulu dari pihak yang terlibat. pilihan terhadap proses litigasi dapat disebabkan oleh 2 dua hal, yaitu
53
: a. Para pihak dalam dokumen transaksi telah mengatur choice of forum melalui
forum litigasi atau; b. Hukum positif yang terkait memberikan kewenangan kepada forum litigasi
tertentu untuk memeriksa dan memutus perkara yang terkait dengan pokok masalah tertentu, dimana perkara tersebut dapat diajukan oleh salah satu pihak
tanpa persetujuan terlebih dahulu dari pihak lainnya, maksudnya proses litigasi dapat dijalankan tanpa persetujuan dari pihak lainnya yang terkait
dengan sengketa. Hal ini berbeda dengan arbitrase, mediasi, negoisasi, dan konsiliasi dimana kedua proses dan mekanisme ini secara mutlak hanya dapat
dilaksanakan apabila telah ada kesepakatan dari pihak mengenai hal ini
54
. Menurut hemat penulis, proses penyelesaian sengketa melalui litigasi
pengadilan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa dikarenakan porses
53
Ibid. Hal 303.
54
Ibid..
Universitas Sumatera Utara
litigasi Pengadilan memiliki kelebihan, yakni putusannya dihormati dan wajib dilaksanakan oleh para pihak, terlepas apakah pengadilan telah menerapkan hukum
dengan benar atau tidak, putusan pengadilan sifatnya mengikat secara hukum. Para pihak yang tidak menghormati putusannya, hukum dapat memaksanya.
55
Sedangkan segi negatif kekurangan dari proses litigasi pengadilan menurut penulis adalah banyaknya kritik yang sudah terlanjur disandang. Di Indonesia, forum
ini dicap sebagai tempat berkumpulnya “mafia peradilan”. Selain itu proses penyelesaiannya umumnya memakan waktu yang cukup lama, serta putusannya yang
mungkin untuk dipublikasikan ke khalayak umum, karena prinsip dari proses litigasi pengadilan ini bersifat umum dan terbuka. Hal ini umumnya tidak disukai oleh para
pihak yang bersengketa dikarenakan akan merusak reputasi kredibilitas para pihak pelaku usaha yang bersengketa.
2. Negosiasi