Konsep Profesionalisme Profesionalisme a.

27 Menurut Arens, Elder, dan Beasley 2010:105 definisi profesionalisme adalah sebagai berikut: “Tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Auditor independen, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan diri”. Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan Herawaty dan Susanto, 2009:15. Berdasarkan uraian di atas, pengertian profesionalisme adalah atribut individual yang mencakup kualitas personal dan kepemilikan memadai atas sejumlah keahlian yang didapat dari serangkaian pembinaan berkelanjutan yang didominasi oleh pembinaan intelektual. Profesionalisme dibuktikan dengan cara menggunakan segenap kualifikasi tersebut untuk menghasilkan jasa-jasa bernilai tinggi bagi masyarakat di sekitarnya.

b. Konsep Profesionalisme

Menurut Lekatompessy 2003:74, konsep profesionalisme modern bagi auditor berkaitan dengan 2 dua dimensi umum, yaitu dimensi struktural dan dimensi sikap. Adapun penjelasan dari kedua dimensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Dimensi Struktural Dimensi struktural memiliki karakteristik berupa pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi 28 menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. b. Dimensi Sikap Dimensi sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Seorang auditor yang profesional harus bertanggung jawab kepada masyarakat, klien, dan rekan seprofesi untuk berperilaku terhormat sekalipun hal tersebut merupakan pengorbanan pribadi. Menurut Arens, Elder, dan Beasley 2010:108, konsep dasar profesionalisme yang berasal dari AICPA American Institute of Certified Public Accountants diidentifikasikan kedalam 6 enam prinsip etis, yaitu tanggung jawab, kepentingan publik, integritas, objektivitas dan independensi, keseksamaan, dan ruang lingkup dan sifat jasa. Adapun penjelasan dari keenam prinsip etis tersebut adalah sebagai berikut: a. Tanggung Jawab Sikap auditor yang melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam setiap aktivitas. b. Kepentingan Publik Sikap auditor yang menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya pada profesionalisme. c. Integritas Sikap auditor yang mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para auditor harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas tinggi. 29 d. Objektivitas dan Independensi Sikap auditor yang mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Auditor harus independen dalam fakta dan penampilan ketika menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya. e. Keseksamaan Sikap auditor yang memperhatikan standar teknis dan etis profesi, berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikan. f. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa Sikap fokus pada prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan. Sedangkan Hall 1968 dalam Wahyudi dan Mardiyah 2006:5, menguraikan 5 lima dimensi profesionalisme yang terdiri dari pengabdian pada profesi dedication, kewajiban sosial social obligation, kemandirian autonomy demands, keyakinan terhadap peraturan profesi belief in self-regulation, dan hubungan dengan sesama profesi professional community affiliation. Adapun penjelasan dari kelima dimensi profesionalisme tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengabdian pada profesi dedication Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudia kepuasan materi. 30 b. Kewajiban Sosial social obligation Yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik untuk masyarakat maupun bagi rekan sesama profesi karena adanya pekerjaan tersebut. c. Kemandirian autonomy demands Yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus. d. Keyakinan terhadap peraturan profesi belief in self-regulation Yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan akan menjadi motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan- pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan karena kesalahan pertimbangan yang dibuat akan memberikan hasil yang berbeda. Bila yang menilai pekerjaan mempunyai pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui. e. Hubungan dengan sesama profesi professional community affiliation Berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dengan 31 seringnya berkumpul dan berdiskusi dengan sesama profesi akan mendapat banyak masukan dari sumber yang lebih profesional lagi. Dengan banyaknya tambahan masukan akan menambah akumulasi pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan. Berdasarkan uraian diatas, konsep profesionalisme dapat diartikan sebagai serangkaian prinsip dasar yang harus terintegrasi dalam individu auditor dan dapat diukur dari beberapa dimensi yang mencerminkan karakteristik profesionalisme yaitu dimensi struktural dan dimensi sikap. Jika ditinjau dari sudut pandang prinsip etis maka terdapat 6 enam dimensi yang dapat dijadikan indikator profesionalisme yaitu tanggung jawab, kepentingan public, integritas, objektivitas dan independensi, keseksamaan, serta ruang lingkup dan sifat jasa. Identifikasi konsep profesionalisme dapat dituangkan dalam 5 lima dimensi, yaitu pengabdian pada profesi dedication, kewajiban sosial social obligation , kemandirian autonomy demands, keyakinan terhadap peraturan profesi belief in self-regulation, dan hubungan dengan sesama profesi professional community affiliation.

2. Keahlian a.

Dokumen yang terkait

Pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam penggungkapan kecurangan

1 18 135

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pngaruh pengalaman audit, indenpendensi, dan keahlian profesional terhadap pencegahan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan; studi empiris pada kantor akuntansi publik di DKI Jakarta

1 10 154

Pengaruh penerapan aturan etika, pengalaman dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan : studi empiris beberapa kantor akuntan publik di dki jakarta

2 24 126

Analisis pengaruh profesionalisme, independensi, keahlian, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

0 4 118

Kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan (fraud Auditing) : studi empiris pada auditor internal dan eksternal di jakarta dan bandung

1 10 90

ANALISIS PENERAPAN SARBANES-OXLEY ACT DALAM PENGENDALIAN INTERN SIKLUS PIUTANG DAN SIKLUS PENDAPATAN USAHA (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Regional Kalimantan)

1 32 145

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD.

0 5 33

Pengaruh Penerapan Sarbanes Oxley Act Section 404 terhadap Efektivitas Pengendalian Internal: Studi Kasus pT Telekomunikasi, Tbk.

0 1 18

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT SECTION 404 TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD - repository UPI S PEA 1105839 Title

0 0 3