PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011
commit to user
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:
LILIK PURWANTI K1207022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh
LILIK PURWANTI K1207022
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Surakarta, 9 Mei 2011
Pembimbing I,
Drs. Swandono, M. Hum NIP 19470919 196806 1 001
Pembimbing II,
Atikah Anindyarini, S.S, M. Hum NIP 19710107 200604 2 001
(4)
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 23 Mei 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. ...
Sekretaris : Drs. H. Purwadi ... Anggota I : Drs. Swandono, M. Hum ...
Anggota II : Atikah Anindyarini, S.S, M. Hum ...
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 19600727 198702 1 001
(5)
commit to user
v ABSTRAK
Lilik Purwanti. K1207022. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) proses pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo; (2) hasil pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo.
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas dan menggunakan strategi deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang berjumlah 20 orang dan guru kelas V yaitu Anita Karmila, A.Ma. Objek penelitian adalah proses pembelajaran menyimak. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1) tempat dan peristiwa, yakni kegiatan pembelajaran menyimak dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo; (2) informan, yaitu guru kelas dan beberapa siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo; dan (3) dokumen, yang berupa catatan peristiwa selama berlangsungnya proses pembelajaran, data penilaian proses dan hasil pembelajaran menyimak, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dan peneliti, dan transkrip wawancara peneliti dengan beberapa siswa. Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) observasi/ pengamatan; (2) teknik wawancara (interview); (3) analisis dokumen. Teknik validitas yang digunakan adalah: triangulasi metode, sumber data, dan review informan. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskripsi komparatif dan analisis interaktif. Teknik analisis deskripsi komparatif mencakup analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru selama proses pembelajaran, membandingkan nilai antarsiklus maupun indikator kinerja. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar untuk pelaksanaan siklus selanjutnya. Analisis interaktif terdiri atas empat komponen yang mencakup komponen pengumpulan data, reduksi data, penyajian (display) data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa teknik make a match dapat meningkatkan pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo. Hal tersebut teridentifikasi sebagai berikut: (1) terjadi peningkatan proses pembelajaran menyimak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match, (2) terjadi peningkatan hasil pembelajaran menyimak menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Peningkatan proses dapat dilihat dari kenaikan persentase siswa dalam mendengarkan bahan simakan, bekerja sama dengan teman, antusias dalam menjawab pertanyaan, dan mengerjakan tugas. Pada siklus I siswa yang
(6)
commit to user
vi
memperhatikan dan berkonsentrasi dalam mendengarkan bahan simakan ada 12 siswa (60%), pada siklus II ada 14 siswa (70%), dan pada siklus III ada 17 siswa (85%). Pada siklus I, 15 siswa (75%) telah mampu bekerja sama dengan baik, pada siklus II menjadi 16 siswa (80%) dan pada siklus III mencapai 18 siswa (90%). Siswa yang antusias dan aktif dalam siklus I ini berjumlah 8 siswa (40%). Pada siklus II berjumlah 11 siswa (55%) dan siklus III meningkat menjadi 16 siswa (80%). Pada siklus I ada 9 siswa (45%) yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas. Pada siklus II meningkat menjadi 12 siswa (60%), dan pada siklus III menjadi 16 siswa (80%). Selain itu, juga terjadi peningkatan hasil pembelajaran menyimak, yaitu pada siklus I ada 10 siswa yang tuntas (50%), pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa (65%), dan pada siklus III ada 17 siswa tuntas (85%). Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak tersebut dinilai dari kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Nilai tersebut didasarkan pada aspek: a) ketepatan dalam menentukan tema; b) ketepatan dalam menyebutkan tokoh dalam cerpen; c) ketepatan dalam menyebutkan latar/setting; d) ketepatan dalam menuliskan amanat; dan e) kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang sudah dibacakan, yang mencakup: pemahaman dan kelengkapan isi cerpen, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan struktur kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
(7)
commit to user
vii MOTTO
”Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al-Mujaadilah: 11)
“Ya Allah, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Kau anugerahkan kepadaku dan kepada orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Kau ridhoi, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-rahmat-Mu yang sholeh.”
(Q.S. An-Naml: 19)
”....Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri....”.
(8)
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur, cinta, bakti, dan terimakasihku teruntuk.
1. Bapak dan Ibu, atas segala kasih sayang dan lantunan doa yang terus mengalir untuk putra putrinya.
2. Adik-adikku, Deny dan Titik yang telah memberikan warna dalam kehidupanku.
3. Sahabat-sahabatku Kejora (Ifah, Rini, Kiki, dan Puji), yang selalu bersinar dan menerangiku. Terimakasih, aku menyayangi kalian.
4. Sahabat-sahabat lamaku Seven Stars (Sakti, Ruby, Citra, Retno, Epin, dan Widhya), meski jauh namun kalian tetap dekat di hati.
5. Mas Muhammad Ikhwan, atas kesetiaannya menungguku, semoga Allah mempermudah langkah kita untuk bersama beribadah pada-Nya. 6. Teman-temanku di Bahasa dan Sastra
Indonesia 2007 PBS FKIP UNS. 7. FKIP Universitas Sebelas Maret
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama kepada.
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi;
2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan skripsi;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini; 4. Drs. Amir Fuady, M. Hum., selaku Pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah
memberikan banyak kemudahan pada peneliti;
5. Drs. Swandono, M. Hum., dan Atikah Anindyarini, S.S., M.Hum, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;
6. Dra. Raheni Suhita, M. Hum., selaku dosen pembimbing akademik peneliti yang banyak memberikan masukan dan motivasi;
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus memberikan ilmunya kepada peneliti;
8. Ibu Sri Sudarwiyanti, S. Pd, selaku Kepala SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian;
(10)
commit to user
x
9. Ibu Anita Karmila, A.Ma., selaku guru kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian ini;
10.Siswa-siswi kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini;
11.Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa manusia memang tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Mei 2011
(11)
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
A. Latar Belakang Masalah……… ... 1
B. Rumusan Masalah ………... .... 7
C. Tujuan Penelitian ………... .... 7
D. Manfaat Penelitian ………. .... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR …………. ... 9
A. Kajian Pustaka ………... ... 9
1. Hakikat Menyimak……….. .. 9
a. Pengertian Menyimak………... .. 9
b. Peranan Menyimak ... 14
c. Tujuan Menyimak... 16
d. Jenis-jenis Menyimak... 17
2. Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD ... 19
a. Pengertian Pembelajaran Menyimak... 19
b. Proses Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD ... 20
(12)
commit to user
xii
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 26
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 27
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 28
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 30
e. Teknik-teknik Model Pembelajaran Kooperatif... 31
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif... 32
4. Hakikat Teknik Make A Match ... 33
5. Relevansi Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match dengan Pembelajaran Menyimak di SD………... 36
6. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa SD Kelas V………. 38
a. Penilaian Proses………... 39
b. Penilaian Hasil………. 41
B. Penelitian yang Relevan ... 42
C. Kerangka Berpikir ... 44
D. Hipotesis Tindakan ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 49
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 49
D. Sumber Data ... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Uji Validitas Data ... 52
G. Teknik Analisis Data ... 53
H. Prosedur Penelitian ... 55
I. Indikator Keberhasilan ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Survei Awal ... 61
B. Hasil Penelitian ... 68
1. Siklus Pertama ... 68
a. Perencanaan Tindakan ... 68
(13)
commit to user
xiii
c. Observasi dan Interpretasi ... 72
d. Analisis dan Refleksi... 80
2. Siklus Kedua ... 87
a. Perencanaan Tindakan ... 87
b. Pelaksanaan Tindakan ... 91
c. Observasi dan Interpretasi ... 93
d. Analisis dan Refleksi... 99
3. Siklus Ketiga ... 106
a. Perencanaan Tindakan ... 106
b. Pelaksanaan Tindakan ... 110
c. Observasi dan Interpretasi ... 113
d. Analisis dan Refleksi... 120
C. Pembahasan ... 128
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 135
A. Simpulan ... 135
B. Implikasi ... 137
C. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA ... 140
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar Nilai Ulangan Menyimak Kelas V SD Negeri Plumbon 01
Mojolaban Sukoharjo ... 3
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menyimak Kelas V ... 23
3. Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak ... 40
4. Penilaian Hasil Tes Uraian Pembelajaran Menyimak ... 41
5. Penilaian Kinerja Pemahaman Menyimak Secara Tertulis ... 42
6. Jadwal dan Kegiatan Penelitian ... 48
7. Tabel Indikator Ketercapaian Proses Pembelajaran Menyimak ... 59
8. Tabel Indikator Ketercapaian Hasil Pembelajaran Menyimak ... 60
9. Nilai Tes Pembelajaran Menyimak Survei Awal ... 67
10. Nilai Proses Siklus Pertama dan Perbandingan Hasil Tes Menyimak ... 84
11. Nilai Proses Siklus Kedua dan Perbandingan Hasil Tes Menyimak ... 103
12. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian ... 124
(15)
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Alur Kerangka Berpikir ... 46
2. Model Analisis Interaktif ... 54
3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 55
4. Sikap Siswa dalam Pembelajaran Menyimak, Survei Awal ... 63
5. Sikap Guru dalam Pembelajaran Menyimak, Survei Awal ... 65
6. Sikap Siswa Saat Menyimak Cerpen, Siklus Pertama ... 74
7. Sikap Siswa Saat Menerima Kartu, Siklus Pertama... 74
8. Sikap Siswa Saat Mencari Pasangan, Siklus Pertama ... 75
9. Siswa dan Guru Mencocokkan Pasangan, Siklus Pertama ... 75
10. Siswa Mengerjakan Soal dari Guru, Siklus Pertama ... 76
11. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak ... 80
12. Sikap Siswa Saat Mencari Pasangan, Siklus Kedua ... 94
13. Sikap Siswa Saat Mencocokkan Pasangan, Siklus Kedua ... 95
14. Siswa Mengerjakan Soal dari Guru, Siklus Kedua ... 95
15. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Menyimak………... ... 99
16. Siswa Mendengarkan Bahan Simakan, Siklus Ketiga... .... 114
17. Siswa Mencari Pasangan, Siklus Ketiga... .... 115
18. Sikap Siswa Saat Mencocokkan Pasangan, Siklus Ketiga... .... 116
19. Siswa Menceritakan Kembali Bahan Simakan di Depan Kelas... 116
20. Sikap Siswa dalam Mengerjakan Tugas, Siklus Ketiga... .... 117
(16)
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Lampiran Survei Awal ... 143
1. Catatan Lapangan I... ... 143
2. Hasil Wawancara ... 146
3. Nilai Survei Awal ... 157
4. Foto Survei Awal ... 158
B. Lampiran Siklus I ... 159
1. Catatan Lapangan Siklus I ... 159
2. Hasil Wawancara ... 162
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 166
4. Instrumen Pembelajaran Menyimak Siklus I ... 173
a. Bahan Simakan (Cerpen)... ... 173
b. Kartu Pertanyaan-Jawaban... .... 177
5. Soal Penugasan Siklus I ... 181
6. Nilai Proses dan Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus I ... 183
a. Nilai Proses... ... 183
b. Nilai Hasil... ... 186
7. Foto Siklus I ... 190
8. Lembar Hasil Pekerjaan Menyimak Siswa, Siklus I... .... 191
C. Lampiran Siklus II... 201
1. Catatan Lapangan Siklus II ... 201
2. Hasil Wawancara ... 205
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 209
4. Instrumen Pembelajaran Menyimak Siklus II ... 216
a. Bahan Simakan (Cerpen)... ... 216
b. Kartu Pertanyaan-Jawaban... .... 220
5. Soal Penugasan Siklus II ... 224
6. Nilai Proses dan Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus II ... 226
a. Nilai Proses... ... 226
(17)
commit to user
xvii
7. Foto Siklus II ... 233
8. Lembar Hasil Pekerjaan Menyimak Siswa, Siklus II... 234
D. Lampiran Siklus III ... 244
1. Catatan Lapangan Siklus III ... 244
2. Hasil Wawancara ... 248
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 252
4. Instrumen Pembelajaran Menyimak Siklus III ... 259
a. Bahan Simakan (Cerpen)... ... 259
b. Kartu Pertanyaan-Jawaban... .... 262
5. Soal Penugasan Siklus III ... 266
6. Nilai Proses dan Hasil Pembelajaran Menyimak Siklus III ... 269
a. Nilai Proses... ... 269
b. Nilai Hasil... ... 272
7. Foto Siklus III ... 276
8. Lembar Hasil Pekerjaan Menyimak Siswa, Siklus III... .... 278
(18)
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu proses pembelajaran memang sudah seharusnya dilaksanakan secara maksimal, karena jika tidak, hasil pembelajaran pun akan ikut terganggu. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: guru (pendidik), bahan ajar atau materi ajar, alat atau media yang digunakan, metode yang dipilih, pendekatan dalam pengajaran, siswa (peserta didik), serta lingkungan yang semuanya itu merupakan komponen dalam sistem instruksional atau sumber belajar. Hadi, dkk. (2000: 18-27) menyatakan bahwa dalam mewujudkan pendidikan yang baik, maka diperlukan faktor-faktor atau unsur-unsur pendidikan yang meliputi (1) peserta didik, (2) pendidik, (3) interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, (4) isi pendidikan, dan (5) konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan.
Seorang guru mempunyai peran penting dalam memilih dan menentukan sumber belajar apa yang akan digunakannya dalam mendukung proses belajar. Salah satunya adalah menentukan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan lebih efektif terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal. Sagala (2007: 201) menyatakan bahwa untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran juga akan sangat berpengaruh pada pengelompokan subjek belajar, yang pada akhirnya berpengaruh pula pada proses dan hasil penilaian suatu mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia yang mencakup empat keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolah karena dengan penguasaan terhadap keterampilan berbahasa berarti telah meningkatkan keterampilan anak didik dalam berbahasa yang mempunyai tujuan-tujuan dalam tindak bahasa yang digunakan. Soeparno (1993: 1) menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem tanda arbitrer yang konvensional, yang
(19)
commit to user
maksudnya yaitu bersifat mana suka namun mengikuti kaidah-kaidah yang teratur. Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti manusia dalam setiap kegiatannya (Oka dan Suparno, 1994: 34). Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menyimak, di samping keterampilan berbahasa lainnya yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 2008: 31). Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicara pun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya.
Menyimak mempunyai peran penting dalam berbagai hal terutama dalam tindak tutur berbahasa. Bukan hanya itu, dalam dunia pendidikan pun keterampilan menyimak juga sangat diperlukan. Pemberian materi oleh pendidik melalui komunikasi verbal yang berbentuk ujaran selalu peserta didik dapatkan setiap harinya dalam proses pembelajaran. Untuk itu, peserta didik perlu menguasai adanya keterampilan menyimak guna penguasaan materi yang telah disampaikan. Menyimak merupakan keterampilan mendasar dalam aspek keterampilan berbahasa di samping keterampilan yang lain, yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Keberhasilan maupun kegagalan dalam keterampilan menyimak akan mempengaruhi keterampilan berbahasa yang lain. Untuk itu, keterampilan menyimak seharusnya diajarkan sejak dini dalam pelajaran
(20)
commit to user
berbahasa di Sekolah Dasar. Untuk kelas V SD khususnya, pembelajaran menyimak pada semester genap yaitu memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan, yang salah satu kompetensi dasarnya berisi tentang identifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Jadi dari pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi unsur cerita yang meliputi tokoh, tema, latar, dan amanat dalam cerita yang telah diperdengarkan atau dibacakan oleh guru.
Fakta tentang rendahnya kemampuan menyimak peneliti temukan pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas, Anita Karmila, A.Ma. pada hari Senin, 4 Oktober 2010 diperoleh data bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran menyimak. Berdasarkan data nilai pada materi pembelajaran menyimak, lebih dari 50 % siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo yaitu 65. Adapun fakta dari rendahnya kemampuan menyimak siswa ini peneliti dapatkan berdasarkan pada nilai hasil ulangan yang dilakukan oleh guru dalam materi menyimak pada semester I, yaitu tentang mengidentifikasi unsur cerita rakyat.
Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Menyimak Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo
No Nilai
Siswa
Jumlah Persentase Ket Laki-laki Perempuan
1. < 65 7 9 16 76 % Tidak tuntas
2. > 65 2 3 5 24 % Tuntas
Jumlah 21 100 %
(21)
commit to user
Setelah melakukan wawancara dengan guru, peneliti kemudian melakukan observasi kelas pada saat pembelajaran menyimak berlangsung. Hasil data yang diperoleh saat observasi awal tersebut adalah sebanyak 57 % siswa ( 12 siswa) tidak fokus pembelajaran, pada umumnya siswa tersebut duduk di bangku bagian belakang. Siswa yang tidak fokus terlihat dari tingkah laku mereka yaitu berbicara dengan teman sebangku, menempatkan kepala di atas meja dan tidak menghadap ke arah papan tulis, ada juga siswa yang terlihat menulis namun ternyata ia sedang menulis surat untuk teman di bangku sebelahnya, serta ada siswa yang dalam proses pembelajaran menyimak tersebut berpindah-pindah tempat duduk sehingga membuat suasana bertambah gaduh. Intinya mereka sibuk sendiri dan tidak memperhatikan guru yang sedang membacakan bahan simakan. Siswa yang fokus terhadap pembelajaran sebanyak 43% (9 siswa), sedangkan sebanyak 24% (5 siswa) aktif dalam pembelajaran, terlihat ketika guru melempar beberapa pertanyaan, siswa tersebut mencoba menjawab pertanyaan dengan mengacungkan jari tangan mereka, sedangkan 76% (16 siswa) tidak aktif terhadap pembelajaran karena sibuk dengan kegiatannya sendiri maupun karena tidak tahu akan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Kegiatan menyimak tidak berjalan dengan baik pada kelas V yang terlihat pada (1) peserta didik kurang berminat dan tidak termotivasi dalam pembelajaran, tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga tidak menyimak dengan baik. Hal tersebut merupakan hal yang bertolak dari pengertian menyimak yaitu menyimak dengan memperhatikan baik-baik yang diucapkan atau dibaca orang, oleh karena itu dalam menyimak diperlukan suatu kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan yang harus dikuasai oleh peserta didik, (2) beberapa peserta didik masih kurang mampu dalam mengingat dan menyimpulkan pesan yang telah didengar, padahal dalam kegiatan menyimak tidak hanya mendengar saja namun juga harus dapat mengungkapkan kembali pesan yang telah didengar dan dapat membuat kesimpulan, (3) rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, terlihat pada sedikitnya siswa yang maju secara sukarela dan sedikitnya siswa yang merespon pertanyaan yang disampaikan guru, dan (4) penggunaan metode dan media yang
(22)
commit to user
digunakan oleh guru yang kurang kreatif sehingga membuat pembelajaran berbahasa menjadi sesuatu yang membosankan. Tidak tepatnya metode dan media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif.
Pembelajar harus memperhatikan dan berkonsentrasi selama mereka melakukan kegiatan menyimak. Sikap perhatian dan konsentrasi dalam memahami apa yang mereka dengar, akan dapat meningkatkan kemampuan menyimak para pembelajar. Siswa harus menunjukkan sikap aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Seperti yang dikemukakan oleh Gino, dkk. (2000: 36) bahwa terdapat unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek yang belajar. Ketika semua unsur-unsur dinamis tersebut dapat lebih diperhatikan dan diupayakan secara maksimal, maka pembelajaran akan berjalan lancar. Demikian halnya, guru juga dituntut untuk dapat menerapkan strategi aktif dalam melaksanakan pembelajaran menyimak. Guru juga harus berupaya mengatur unsur-unsur dinamis tersebut dengan baik, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar menyimak yang baik diperlukan pula proses belajar-mengajar yang baik.
Berdasarkan hal di atas peneliti berdiskusi dengan pihak guru yaitu Anita Karmila, A.Ma. untuk memberikan tindakan sebagai solusi dalam masalah pembelajaran menyimak tersebut. Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran dan akhirnya guru menyetujui solusi yang diberikan peneliti yaitu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Selaku guru pengampu kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo, beliau menyetujui media yang akan digunakan dalam penelitian yaitu dengan menggunakan kartu-kartu soal-jawaban, yang dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran menyimak, khususnya dalam mempermudah mengingat bahan simakan yang telah guru perdengarkan atau bacakan.
Model pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak
(23)
commit to user
satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Pembelajaran kooperatif sangat menyentuh hakikat manusia sebagai makhluk sosial, yang selalu berinteraksi, saling membantu ke
arah yang makin baik secara bersama “getting better together”. Nurhadi (dalam Isjoni, 2009: 20) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, di antaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Jadi dalam proses belajar di sini betul-betul diutamakan saling membantu di antara anggota kelompok.
Alma, dkk. (2009: 81) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan interdependensi yang efektif. Peserta didik dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal dengan mengatur proses belajar sedemikian rupa, para pembelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mendapatkan pengalaman belajar. Model pembelajaran ini dipilih peneliti dan diyakini mampu mengatasi masalah yang ada yaitu mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak pada siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
Menyadari perlunya peningkatan keterampilan menyimak tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak, baik itu dalam proses pembelajarannya maupun dalam hasilnya. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat berguna bagi para pengguna bahasa pada umumnya dan para guru bahasa Indonesia khususnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam skripsi ini penulis memilih judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match Pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011”.
(24)
commit to user B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan proses pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dapat meningkatkan hasil pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan:
1. Proses pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Hasil pembelajaran menyimak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya khasanah pengetahuan bahasa dan memperluas wawasan tentang pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, terutama pembelajaran keterampilan menyimak dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match (Mencari Pasangan).
(25)
commit to user 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran keterampilan menyimak.
2. Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada pembelajaran menyimak, siswa SD akan dilatih dan dibiasakan bekerja sama serta menjaga kekompakan kelompok.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match memungkinkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa. b. Bagi Guru
1. Meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
2. Guru akan terbiasa dengan penggunaan metode dan media dalam proses pembelajaran.
3. Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. 4. Memberi masukan positif terhadap pembelajaran menyimak.
5. Memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran menyimak.
c. Bagi peneliti
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya tentang keterampilan menyimak.
2. Mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
d. Bagi Sekolah
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah berdasarkan indikator-indikator pembelajaran menyimak yang telah ditentukan.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak baik proses maupun hasil sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas di sekolah tersebut.
(26)
commit to user BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Menyimak a. Pengertian Menyimak
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan erat. Keterampilan menyimak menunjang keterampilan yang lain yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Dipandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Arono (2009: 2) menyatakan bahwa menyimak merupakan adanya keterlibatan proses mental, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, pemahaman dan penafsiran, serta penyimpanan hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar. Kegiatan menyimak yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi, kemampuan membedakan, intelegensi, perhatian, dan motivasi yang harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal pada saat kegiatan menyimak berlangsung. Keterampilan menyimak sangat penting untuk mewujudkan komunikasi yang baik. Dalam komunikasi antara guru dan siswa atau antarsiswa dalam proses belajar mengajar, keterampilan menyimak merupakan unsur yang penting, karena melalui menyimak siswa akan mendapatkan informasi melalui ucapan atau suara yang diterimanya dari guru atau rekannya.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicara pun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya (Tarigan, 1992:4). Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga memperlancar keterampilan berbicara dan menulis.
(27)
commit to user
Semakin baik daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Keterampilan menyimak dipelajari saat seseorang masih bayi dan terus berkembang seiring bertambahnya usia.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Tarigan (2008: 31) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan.
Komunikasi lisan dapat berbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah dan satu arah, faktor menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para
(28)
commit to user
pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi.
Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif. Bila perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Menyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.
Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknanya. Dalam hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi. Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan mananggapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.
Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:
1) mendengar,
2) mengidentifikasikan, 3) menginterpretasi, 4) memahami,
(29)
commit to user 5) menilai, dan
6) menanggapi (Tarigan, 1992: 15-16).
Tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik. Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknanya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.
Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak dituntut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap dan mengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.
Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang, maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase
(30)
commit to user
menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu. Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat memusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu menyusut menjadi setengahnya. 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tinggal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya (Tarigan, 1992: 17).
Di samping kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan mengingat, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, perangkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.
Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal, karena itu diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kembali catatannya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang menyimak.
(31)
commit to user b. Peranan Menyimak
Menyimak mempunyai peranan yang penting sekali bagi kehidupan manusia. Dengan menyimak, seseorang dapat mengenal bunyi suatu bahasa. Bunyi-bunyi bahasa yang sering dan berulang-ulang disimak itu akhirnya dapat ditiru, diucapkan, dan dipraktikkan dalam kegiatn berbicara. Dalam hal ini menyimak berperan sebagai dasar belajar berbahasa. Sebagai ilustrasi: seorang anak dapat mengucapkan kata mamah, papah, mamam, dan sebagainya, setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidaklah heran apabila seorang-orang anak berkebangsaan Inggris dapat mengucapkan kata bahasa Inggris, karena ia sering dan berulang-ulang menyimak kata-kata bahasa Inggris dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-ciri berbahasa pembicara, misalnya: pengucapaan, pemilihan kata dan kalimat, gerak-gerik dan mimik, serta pengorganisasian gagasan.
Budicrue (2007: 6) mengungkapkan beberapa peranan menyimak yaitu seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:
1) landasan belajar berbahasa;
2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; 3) pelancar komunikasi lisan; dan
4) penambah informasi.
Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara. Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing. Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru
(32)
commit to user
pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya (Budicrue, 2007: 7).
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.
Komunikasi lisan dapat berbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi.
(33)
commit to user c. Tujuan Menyimak
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang disebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :
1) mendapatkan fakta, 2) menganalisis fakta, 3) mengevaluasi fakta, 4) mendapatkan inspirasi, 5) menghibur diri, dan
6) meningkatkan kemampuan berbicara (Tarigan, 1992: 5).
Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi: cara mengorganisasikan bahan pembicaraan, cara penyampaian bahan pembicaraan, cara memikat perhatian pendengar, cara mengarahkan perhatian pendengar, cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dan cara memulai dan mengakhiri pembicaraan. Tarigan (2008: 62) berpendapat bahwa tujuan menyimak ada delapan, di antaranya yaitu untuk:
1) belajar,
2) menikmati keindahan audial, 3) mengevaluasi,
4) mengapresiasi materi simakan, 5) menunjang ide-ide penyimak sendiri,
6) dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat,
7) dapat memecahkan masalah secara analisis dan kreatif, dan
(34)
commit to user d. Jenis-jenis Menyimak
Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Terdapat empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini.
1) Menyimak marginal. Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil.
2) Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3) Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan. Salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.
4) Menyimak analisis. Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak (Tarigan, 1992: 26-27).
Logan, dkk (dalam Tarigan, 1992: 27-28) mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah sebagai berikut. 1) Menyimak untuk belajar. Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari
(35)
commit to user
sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya.
2) Menyimak untuk menghibur. Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya.
3) Menyimak untuk menilai. Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak.
4) Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain.
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar.
6) Menyimak diskriminatif. Menyimak untuk membedakan bunyi, suara.
7) Menyimak pemecahan masalah. Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu.
Tarigan (2008: 38-53) berpendapat bahwa menyimak dibedakan menjadi dua belas jenis.
1) Menyimak ekstensif, 2) Menyimak intensif, 3) Menyimak sosial, 4) Menyimak sekunder, 5) Menyimak estetik, 6) Menyimak kritis, 7) Menyimak konsentratif, 8) Menyimak kreatif, 9) Menyimak penyelidikan, 10)Menyimak interogatif, 11)Menyimak pasif, dan 12)Menyimak selektif.
(36)
commit to user
2.Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD a. Pengertian Pembelajaran Menyimak
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari
kata “belajar” mendapat imbuhan pe-an. Kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi semua situasi yang berada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengalaman, dan proses memahami sesuatu yang dipelajari (Gino, dkk, 2000: 31).
Pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi dan pengorganisasian berbagai aspek yang memengaruhi peserta didik, dalam menguasai suatu kompetensi. Suprijono (2010: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2007: 61). Perbedaan esensil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya untuk mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.
Tumbuhnya perhatian pada pembelajaran menyimak sebagai salah satu alat penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan nyata dari sejumlah literatur. Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu obyek telaah dan penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh satu bab khusus buat pertama kalinya pada tahun 1995 dalam keterampilan berbahasa
(37)
commit to user
sedikit sekali perhatian yang diberikan pada keterampilan-keterampilan menyimak dalam buku-buku pegangan psikologi pendidikan, serta meningkatnya referensi-referensi yang samar-samar dan tidak bersifat khusus (Tarigan, 2008: 12). Salah satu dari telaah-telaah permulaan yang menunjukkan betapa pentingnya menyimak yaitu berdasarkan pernyataan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas Sekolah Dasar kira-kira satu setengah sampai dua jam sehari, walaupun sekolah-sekolah telah lama menuntut para siswa menyimak secara ekstensif, namun pengajaran langsung bagaimana cara yang terbaik untuk menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu
merupakan kemampuan “alamiah”.
Instruksi dalam menyimak akan bermanfaat sebagai alat uji yang mengembangkan alat ukur yang lebih baik. Kini beberapa tes standar mengenai menyimak telah tersedia pada tingkatan-tingkatan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan Tinggi. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku serta peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu akibat peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting dimana tes-tes buku belum tersedia (Tarigan, 2008: 14)
Berdasar pengertian pembelajaran dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung untuk menerima pesan dengan menggunakan wacana lisan (suara) sebagai medianya.
b. Proses Pembelajaran Menyimak di Kelas V SD
Dalam proses pembelajaran, seorang guru bukan hanya berperan sebagai penyampai materi semata, melainkan juga mampu memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik secara optimal. Seorang guru harus mempunyai standar unjuk kerja guru yang mencakup kemampuan profesional, kemampuan sosial, dan kemampuan personal/ pribadi. Wagiman, dkk (2002: 11) menyatakan bahwa menjadi seorang guru harus mampu memenuhi 10 standar kemampuan
(38)
commit to user
dasar guru yang meliputi: (1) penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya, (2) pengelolaan program belajar mengajar, (3) pengelolaan kelas, (4) penggunaan media dan sumber pembelajaran, (5) penguasaan landasan-landasan kependidikan, (6) pengelolaan interaksi belajar-mengajar, (7) penilaian prestasi siswa, (8) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan konseling, (9) pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah, (10) pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Syah (2005: 184) menyatakan bahwa membimbing kegiatan belajar siswa, khususnya ketika mengajar tidak hanya berarti berceramah di muka kelas, tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa tersebut untuk melakukan aktivitas belajarnya. Tokoh lain yaitu Nasution (2000: 12-13) menyatakan juga bahwa salah satu ciri guru yang baik yaitu tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak. Dalam mengajar guru tidak hanya dituntut menguasai bahan atau materi yang akan disampaikan, melainkan guru harus pula menguasai berbagai macam metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar, mampu mengelola kelas, dapat menarik perhatian siswa, memperhatikan minat yang ada pada siswa, tegas, dan tidak segan-segan menanamkan pengertian tentang masa depan sebagai usaha menggugah atau mendorong belajar yang baik (Warkitri, 2002: 30). Jadi berdasarkan pernyataan dari para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa hendaknya seorang guru mampu memilihkan metode, teknik, bahkan media yang tepat bagi peserta didiknya agar pribadi peserta didik tersebut mampu senantiasa berkembang.
Dalam mengajar, guru masih berperan sebagai pusat/sumber materi yang mengakibatkan siswa pasif dan hanya mengikuti pola pikir guru. Menanggapi hal tersebut, Budiningsih (2005:62) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru, dan siswa dituntut memiliki pandangan yang sama dengan guru, sehingga perbedaan interpretasi antarsiswa tidak begitu dipertimbangkan. Padahal, jika dilihat dari standar unjuk kerja guru, mereka diharapkan menguasai kemampuan dasar yang salah satunya yaitu pengelolaan
(39)
commit to user
interaksi belajar-mengajar. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya bukan hanya guru yang aktif, tetapi juga siswa. Guru harus mampu menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Jasin (1996: 56) menyatakan bahwa guru-guru dalam mengajar sebaiknya menggunakan gaya yang bervariasi, selain sebagai tuntutan pekerjaan pembelajaran, juga harus mengacu atau didasarkan pada kebutuhan anak-anak. Selain itu, guru diharuskan untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan dasar, memperlakukan setiap anak didik secara individual, menumbuhkan keyakinan pada setiap orang khususnya pada peserta didik untuk menerima standar yang ditetapkan di lembaga pendidikan (Danim, 2010: 53).
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan berbahasa Indonesia dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sebagai sebuah program, berarti pembelajaran harus memiliki perencanaan dan pengorganisasian yang baik agar memberikan pengaruh positif bagi para siswa. Merupakan sebuah keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat atau memberikan
pelajaran dengan cara yang sesuai dengan ”keadaan” peserta didik (Suryabrata, 2010: 1). Jadi maksudnya di sini yaitu pendidik harus mampu mempersiapkan apa saja yang memang sedang peserta didik butuhkan agar pembelajaran dapat berjalan efektif. Gunawan (2003: 96) menyatakan bahwa cara murid memproses suatu informasi baru yang diajarkan di dalam kelas (sekolah) sudah tentu mempunyai pengaruh terhadap hasil pembelajaran dan berpengaruh pula terhadap kemampuan retensi (daya ingat).
Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari empat standar kompetensi yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap standar kompetensi dibagi lagi menjadi beberapa kompetensi dasar. Pembelajaran menyimak di sekolah dasar disamakan dengan pembelajaran mendengarkan. Pembelajaran menyimak terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, berikut merupakan tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus bahasa Indonesia kelas V SD semester 2.
(40)
commit to user
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menyimak Kelas V Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
Indikator
Semester 2
Mendengarkan/Menyimak Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat)
1. Menjelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya 2. Menentukan latar cerita 3. Menentukan tema cerita 4. Menentukan amanat yang
terkandung dalam cerita 5. Menceritakan kembali isi
cerita dengan bahasa sendiri
Pembelajaran menyimak di semester 2 untuk kelas V adalah menyimak cerita pendek anak. Cerita pendek merupakan urutan kedua dari prosa fiksi yang tercipta dalam Sastra Indonesia di samping roman dan novel. Cerita pendek ditulis pertama kali pada tahun 1920-an oleh Moh. Kasim, misalnya cerpen ”Teman Duduk” (Waluyo dan Nugraheni, 2008: 3).
Ciri-ciri cerita pendek antara lain: (1) singkat, padu, dan ringkas (brevity, unity, dan intensity), (2) memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerakan (scene, character, and action), (3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incisive, suggestive, and alert), (4) mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan, (5) memberikan efek tunggal dalam pikiran pembaca, (6) mengandung detil dan insiden yang betul-betul terpilih, (7) ada pelaku utama yang benar-benar menonjol dalam cerita, dan (8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi.
Berdasarkan ciri pertama dari cerita pendek yang sudah disebutkan di atas yaitu singkat, padu, dan ringkas, panjang cerita pendek itu sendiri bervariasi. Nurgiyantoro (1995: 10) menyebutkan bahwa ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500an kata; ada cerpen yang
(41)
commit to user
panjangnya cukupan (midle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story) yang terdiri dari puluhan atau bahkan beberapa puluh ribu kata. Selain itu S.Tasrif (dalam Waluyo dan Nugraheni, 2008: 6) juga menyebutkan bahwa panjang cerita pendek antara 500 sampai dengan 32.000 kata. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil simpulan bahwa panjang cerita pendek berkisar antara 500an kata sampai puluhan ribu kata, tergantung dari jenis cerpen itu sendiri.
Dalam cerita pendek, terdapat unsur-unsur pembangun yang sangat penting, baik itu unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur ini yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, Unsur-unsur-Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik dalam cerpen adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu sebagai berikut.
1)Tema
Karena ceritanya yang pendek, maka cerpen hanya mempunyai satu tema. Hal itu berkaitan dengan keadaan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas.
2)Plot
Plot pada cerpen umumnya bersifat tunggal, hanya terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai, sebab banyak cerpen yang tidak berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaian diserahkan pada interpretasi pembaca).
3)Penokohan
Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam cerpen bersifat terbatas, baik yang menyangkut jumlah maupun data-data jati diri tokoh, khususnya yang berkaitan dengan perwatakan, sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh itu.
4)Latar
Pelukisan latar cerita dalam cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus tentang keadaan latar, misalnya yang menyangkut tempat dan sosial. Cerpen
(42)
commit to user
hanya menyajikan pelukisan secara garis besar saja, atau bahkan hanya secara implisit, asal telah mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan. 5)Sudut Pandang Penceritaan
Sudut pandang dalam cerpen merupakan cara pengarang atau penulis menempatkan dirinya di dalam cerpen tersebut. Sudut pandang dalam cerpen dapat berupa sudut pandang orang pertama (pengarang atau penulis menjadi tokoh utama) dan sudut pandang orang ketiga (pengarang atau penulis sedang menceritakan tentang orang lain, bukan tentang dirinya sendiri).
6)Amanat
Pesan yang hendak pengarang sampaikan kepada pembaca. Setiap cerita pendek biasanya selalu ada pesan di dalamnya baik itu tersurat maupun tersirat. Amanat juga bisa diartikan sebagai pelajaran-pelajaran yang terkandung/ yang dapat diambil dari sebuah cerpen.
Di pihak lain, unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang ada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Namun meski begitu, unsur ekstrinsik juga cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh sebab itu, unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Meski unsur ekstrinsik ini ada dalam unsur pembangun cerpen, namun dalam pembelajaran di kelas V ini belum begitu banyak disinggung, jadi masih sebatas pada unsur intrinsik saja.
Cerpen (Cerita Pendek) juga mempunyai kelebihan. Cerpen bersifat
lebih padu, lebih ”memenuhi” tuntutan ke-unity-an (kepaduan). Artinya, segala sesuatu yang diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung tema utama. Penampilan berbagai peristiwa yang saling menyusul yang membentuk plot, walau tidak bersifat kronologis namun haruslah tetap saling berkaitan secara logika. Cerpen dapat dikatakan menawarkan sebuah dunia yang padu. Dunia imajiner yang ditampilkan cerpen hanya menyangkut salah satu sisi kecil
(43)
commit to user
pengalaman kehidupan saja. Karena bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang lebih ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang ”kurang
penting” yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen juga mempunyai kemampuan mengemukakan secara lebih banyak yang sifatnya implisit dari sekedar apa yang diceritakan.
3. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli dengan orang lain (Isjoni, 2009: 23). Chen dan Kai-wen Cheng (2009: 6) menyatakan bahwa “… It can be said that CL is a systematic and structured teaching strategy, which can overcome the drawback of conventional competitive learning and individual learning methods in which the learning and acquiring of cooperative and social skills is usually neglected.” Berdasarkan kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang bersifat sistematis dan terstruktur, yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan masih menggunakan metode pembelajaran individual, yang mana kemampuan belajar untuk memperoleh keterampilan sosial biasanya diabaikan.
Menurut Lie (2008:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Suprijono (2010:54) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
(44)
commit to user
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Jadi dalam pembelajaran kooperatif ini, unsur bekerjasama dengan teman yang lain sangat ditonjolkan agar semua siswa dapat bersikap aktif dalam proses pembelajaran.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 44) menyatakan bahwa tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan-tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
1) Hasil belajar akademik.
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
(45)
commit to user
2) Penerimaan terhadap keragaman/ perbedaan individu.
Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan saling menghargai satu dengan yang lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial.
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan tersebut.
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam aktivitas pembelajaran, tidak semua belajar kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Suprijono (2010: 58) menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran koopertif harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu: 1) saling ketergantungan positif (positive interdependence), 2) tanggung jawab perseorangan (personal responsibility), 3) interaksi promotif (face to face promotive interaction), 4) komunikasi antaranggota (interpersonal skill), 5) pemrosesan kelompok (group processing). Breach, et al (2009: 1) menyatakan:
“Cooperative learning (CL) is a novel method of education that focuses on integration of multiple methods of interaction and cooperation. Five basic elements constitute CL: positive interdependence; face-to-face interaction; individual accountability; social skills; group processing. The CL approach involves group work and it has been shown to assist with retention of information and improve interest in the subject matter.”
(46)
commit to user
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan metode baru dalam dunia pendidikan yang berfokus pada integrasi beberapa metode interaksi dan kerjasama. Lima elemen dasar pembelajaran kooperatif yaitu meliputi: saling ketergantungan positif, face-to-face interaksi, akuntabilitas individu, keterampilan sosial, dan pengolahan kelompok. Selain itu, model pembelajaran kooperatif melibatkan kerja kelompok dan telah dipergunakan untuk membantu penyimpanan informasi dan meningkatkan minat pada materi pelajaran tertentu.
Lie (2008: 31) juga mengemukakan adanya lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif.
1)Saling ketergantungan positif (positive interdependence).
Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung positif dan saling terikat sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses, dengan demikian materi tugas haruslah mencerminkan aspek saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan. Selain itu, guru perlu menciptakan kelompok kerja yang efektif serta menyusun tugas yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. 2)Tatap Muka (face-to-face interaction).
Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan yang lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan memberikan sum-bangan pikiran dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan keterampilan komunikasi secara efektif.
3)Tanggung jawab perseorangan (individual accountability).
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari materi dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. Hal inilah yang menuntut tanggung jawab perseorangan untuk melaksanakan tugas dengan baik.
4)Komunikasi antaranggota.
Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan pada siswa. Siswa harus dimotivasi untuk menggunakan
(1)
commit to user
anggap penting dari bahan simakan yang telah dibacakan. Mereka mulai bisa bekerja sama dengan teman yang lain, khususnya pada saat mereka saling bergerak mencari pasangan yang mereka anggap cocok. Siswa mulai antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru, dan bersikap tenang serta bersunguh-sunguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Terdapat peningkatan dalam hasil pembelajaran menyimak cerpen pada tiap siklus yang telah dilaksanakan. Pada siklus I ada 10 siswa yang tuntas (50%) dari 20 siswa yang ikut dalam pembelajaran menyimak. Pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa yang tuntas (65%). Peningkatan juga terjadi pada siklus III yaitu sebanyak 17 siswa (85%).
(2)
commit to user BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo ini, maka peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat
meningkatkan proses pembelajaran menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
a. Meningkatnya jumlah siswa yang perhatian dan berkonsentrasi dalam mendengarkan bahan simakan (cerpen). Dengan penerapan teknik Make a Match ini, siswa lebih memperhatikan guru dan lebih berkonsentrasi pada saat guru membacakan/ memperdengarkan bahan simakan. Mereka mencatat hal-hal yang penting dari bahan simakan. Pada siklus I siswa yang memperhatikan dan berkonsentrasi dalam mendengarkan bahan simakan ada 12 siswa (60%), pada siklus II ada 14 siswa (70%), dan pada siklus III ada 17 siswa (85%).
b. Meningkatnya kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran
menyimak. Bentuk kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran menyimak khususnya dalam mencari pasangan yang cocok sudah benar-benar terlihat. Mereka saling bertanya dan memberitahu kartu yang mereka bawa masing-masing kepada kelompok yang lain, sehingga tercipta komunikasi dan kerja sama yang cukup baik antarsiswa. Pada siklus I, 15 siswa (75%) telah mampu bekerja sama dengan baik. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 16 siswa (80%) dan pada siklus III sudah mencapai 18 siswa (90%).
c. Meningkatnya antusias dan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru. Dalam kegiatan tanya jawab, khususnya dalam mencocokkan
(3)
commit to user
pasangan yang telah terbentuk, siswa mulai menunjukkan sikap antusias dan aktif. Mereka sudah berani mengacungkan tangan secara sukarela untuk menjawab pertanyaan dari guru. Ada beberapa dari mereka juga yang berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi dari bahan simakan yang telah dibacakan. Siswa yang antusias dan aktif dalam siklus I ini berjumlah 8 siswa (40%). Pada siklus II berjumlah 11 siswa (55%) dan siklus III mengalami peningkatan menjadi 16 siswa (80%). d. Meningkatnya jumlah siswa yang perhatian dan berkonsentrasi dalam
mengerjakan tugas dari guru. Siswa menjadi bersemangat dalam
mengerjakan tugas. Mereka tenang, dan berkonsentrasi dalam
mengerjakannya. Pada siklus I ada 9 siswa (45%) siswa yang menunjukkan sikap perhatian dan berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas. Pada siklus II meningkat menjadi 12 siswa (60%), dan pada siklus III juga mengalami peningkatan yaitu menjadi 16 siswa (80%).
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dapat
meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas V SD Negeri Plumbon 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan, yaitu pada siklus I ada 10 siswa yang tuntas (50%) dan pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa yang tuntas (65%). Peningkatan yang cukup siginifikan juga terjadi pada siklus III yaitu 17 siswa tuntas (85%). Nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan yaitu 64 pada siklus I, 67 pada siklus II, dan 77 pada siklus III. Ketuntasan siswa dalam pembelajaran menyimak cerpen tersebut dinilai dari hasil tulisan siswa dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Nilai tersebut berdasarkan pada aspek: a) ketepatan dalam menentukan tema; b) ketepatan dalam menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen; c) ketepatan dalam menyebutkan latar/setting dalam cerpen; d) ketepatan dalam menuliskan amanat yang terkandung dalam cerpen yang sudah dibacakan; dan e) kemampuan dalam menuliskan kembali cerpen yang sudah dibacakan, yaitu mencakup: pemahaman dan kelengkapan akan isi
(4)
commit to user
cerpen yang sudah dibacakan, ketepatan penggunaan diksi, ketepatan struktur kalimat, dan ketepatan dalam ejaan/tata tulis.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi mengikuti proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan harus diupayakan agar semuanya dapat dipenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi, kemampuan mengelola kelas, serta didukung teknik dan sarana yang memadai, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Selain faktor tersebut, pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sangat mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan metode yang tepat akan dapat diterima siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih lancar.
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dalam pembelajaran menyimak cerpen dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan teknik Make a Match (Mencari Pasangan) sebagai teknik dalam pembelajaran menyimak. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai teknik alternatif dalam melaksanakan pembelajaran menyimak yang dapat menarik perhatian/minat siswa untuk mengikutinya. Teknik Make a Match ini juga sifatnya menyenangkan, sehingga bisa mengurangi rasa bosan/jenuh siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak.
(5)
commit to user
Penerapan teknik Make a Match dalam pembelajaran menyimak cerpen
dapat mengembangkan kemampuan menyimak siswa. Guru mengelompokkan siswa secara heterogen. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa pertanyaan dan jawaban untuk sesi review (berdasarkan bahan simakan yang telah diperdengarkan). Setelah itu, guru membagikan kartu kepada siswa, setiap siswa mendapat satu buah kartu. Siswa kemudian bergerak mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setelah selesai, guru dan siswa kemudian bersama-sama mencocokkan pasangan yang telah terbentuk.
Pemberian tindakan pada siklus I, II, dan III memberikan deskripsi bahwa terdapat kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran menyimak cerpen. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat teratasi pada pelaksanaan tindakan siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan proses dan hasil pembelajaran menyimak. Dari segi proses,
pembelajaran menyimak dengan teknik Make a Match dapat meningkatkan
perhatian dan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran menyimak khususnya dalam mendengarkan bahan simakan, memupuk kerja sama antarsiswa, meningkatkan antusias siswa untuk aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai menyimak cerpen siswa dari siklus I sampai siklus III.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru harus lebih memotivasi siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran menyimak dengan teknik Make a Match.
b. Guru harus sering memberikan pantauan kepada siswa agar siswa tetap bisa fokus selama mengikuti pembelajaran menyimak.
(6)
commit to user
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih berkonsentrasi dan fokus dalam pembelajaran
menyimak dengan teknik Make a Match.
b. Siswa harus lebih aktif lagi dalam menjawab pertanyaan guru dan dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah perlu melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung
jalannya pembelajaran.
b. Pihak sekolah harus selalu memberikan motivasi kepada guru untuk senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.