commit to user
4
pembelajaran Penjasorkes di SDN Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 20102011 belum maksimal. Kendala yang dihadapi siswa saat mengikuti
pelajaran Penjas jika tidak dicarikan solusi yang tepat, maka akan berakibat kurang baik bagi perkembangan motorik siswa kelas IV.
Dengan menerapkan model pembelajaran PAIKEM sangat penting agar kendala yang dihadapi siswa dapat teratasi demi memajukan pendidikan melalui
Penjas. Manfaat yang lain adalah agar siswa lebih tertarik, konsentrasi dan senang dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Dari manfaat yang telah di
sebutkan diatas akan menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan akan meningkatkan kemampuan gerak dasarnya. Maka dari itu, untuk mengetahui
apakah penerapan model pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar, dan permasalahan tersebut tertuju atau
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran. Untuk itu peneliti mengambil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, “Penerapan Model
Pembelajaran PAIKEM Untuk Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Melempar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo
Tahun Ajaran 20102011“.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah penerapan model pembelajaran PAIKEM pendidikan jasmani dalam meningkatkan
kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto S
ukoharjo Tahun Ajaran 20102011?”
C. Tujuan dan Indikator Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk:
“Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM Untuk
commit to user
5
Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Melempar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 20102011.
”
D. Manfaat Hasil Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar bagi siswa kelas IV
SD Negeri Bulu 01, Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 20102011. 2.
Dapat menerapkan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar pada siswa kelas IV SD Negeri Bulu 01,
Kec. Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 20102011.
commit to user
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar
a. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Seseorang tidak akan menjadi guru, pelatih atau pembina Penjas yang baik manakala tidak memiliki pandangan dan pengertian yang jelas tentang
hakikat Penjas itu sendiri. Filsafat atau falsafah perlu dipahami bagi seseorang yang berkecimpung dalam Penjas karena ia menentukan pikiran dan mengarahkan
tindakan seseorang untuk mencapai tujuan. Rusli Lutan 2001: 13 menyatakan bahwa, “Filsafat adalah bidang kajian yang mencoba untuk membantu individu-
individu mengevaluasi diri mereka sendiri dalam hubungan dengan dunia dan sejelas mungkin“.
Pendapat diatas menunjukkan, filsafat sangatlah penting karena merupakan pegangan hidup untuk mencari fakta-fakta dan nilai-nilai kehidupan
dengan alam dunia, dan mengevaluasi fakta dan nilai itu dengan pemikiran yang jujur. Sehingga bagi seorang guru Penjasorkes akan mengarahkan Anda dalam
menetapkan keputusan dan tindakan yang Anda hadapi ketika terlibat dalam kegiatan pendidikan jasmani sebagai guru Penjasorkes. Sedangkan menurut
Sunardi 2009: 1 menyatakan, “Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang
baru menjadi lebih t erarah dan bermakna“. Sedangkan menurut Rusli Lutan
19992000: 1 menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan yang terbaik tentang
aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya“.
Jika seseorang sedang bermain, bergerak atau melakukan berbagai aktivitas pendidikan jasmani, maka proses pendidikan terjadi pada waktu yang
6
commit to user
7
bersamaan. Pendidikan penting untuk memperkaya kehidupan individu atau sebaliknya mungkin merusak. Pendidikan merupakan pengalaman yang
menyenangkan dan memuaskan atau mungkin menjadikan pengalaman yang tidak menyenangkan. M. Furqon 2006: 3 menyatakan, “Pendidikan jasmani dapat
dikatakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara
organik
,
neomuskular
,
perceptual
,
kognitif
, dan
emosional
dalam kerangka sis tem pendidikan nasional”.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 20072008: 7 menyataka
n, “Kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada SDMISDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik
serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat”. Kaitannya dengan jenjang pendidikan, pendidikan jasmani di SD sangat menarik untuk dikaji, karena
di samping merupakan dasar dan landasan untuk pendidikan jasmani pada jenjang pendidikan di atasnya, juga sangat penting artinya bagi kontribusi pada
pendidikan pada umumnya. Namun demikian tidak semua guru menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan pendidikan jasmani dilaksanakan secara
serampangan.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan dan pendidikan jasmani adalah untuk membantu individu-individu mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan secara menyeluruh. Penjas merupakan pendidikan yang
mengutamakan keaktifan gerak dan media pembelajaran. Berdasarkan perkembangan Penjas di negara-negara maju dan mempertimbangkan dan
kebutuhan bangsa. M. Furqon 2008: 6 menyusun rumusan tujuan umum pendidikan jasmani sebagai berikut:
1 Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai
dalam pendidikan jasmani. 2
Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis
dan agama.
commit to user
8
3 Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan
tugas-tugas ajar dalam pendidikan jasmani. 4
Mengembangkan keterampilan untuk melaksanakan aktivitas jasmani dan olahraga, serta memahami alasan-alasan yang melandasi
gerak dan kinerja. 5
Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak-hak asasi orang lain melalui pengamalan
fair play
dan
sportivitas
. 6
Menumbuhkan
self esteem
sebagai landasan kepribadian melalui pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian
gerak tubuh. 7
Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.
8 Menumbuhkan cara mengembangkan dan pemeliharaan kebugaran
jasmani dan pola hidup sehat. 9
Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktifitas fisik dan memahami manfaat dari
keterlibatannya. 10
Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.
Tentunya rumusan tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam tahap- tahap dan tingkatan masing-masing. Melaui Penjas diharapkan dapat mendidik
anak. Rusli Lutan 19992000: 2 menyatakan: 1
Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secar efisien dan
optimal. 2
Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secar berkelompok maupun perorangan.
3 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
4 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani
termasuk permainan olahraga. Berdasarkan dua pendapat diatas, mudah dipahami bahwa pendidikan
jasmani mengandung potensi yang besar untuk memberikan sumbangan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.
c. Fokus Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
Fokus pendidikan jasmani untuk sekolah dasar mencakup banyak aspek. Menurut M. Furqon H. 2006: 9 bahwa fokus program pendidikan jasmani di
TK-SD kelas IV adalah sebagai berikut:
commit to user
9
1 Program pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat berlari dan
berlaga, memperoleh kesenangan, dan belajar bermain
Game
. 2
Anak membutuhkan latihan yang diperlukan agar dapat tumbuh menjadi besar dan kuat.
3 Beberapa anak pada awal usia ini menunjukkan bahwa anak ingin
belajar bagaimana menjadi atlet dan ingin bermain pada suatu tim. 4
Karena anak memiliki koordinasi yang jelek, maka diharapkan anak dapat meningkatkan kesegaran jasmani sehingga anak dapat
bergabung kembali ke kelas reguler. 5
Anak yang memiliki keterlambatan mental menunjukkan bahwa anak diharapkan dengan program pendidikan jasmani anak akan menjadi
makin pintar. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Bennet, Howwel Simri 1983:
40 melakukan survei tentang aktivitas-aktivitas yang diberikan di berbagai negara. Mereka mengidentifikasikan elemen-elemen pendidikan jasmani yang
lazim diberikan di SD adalah: 1
Gerak-gerak dasar yang meliputi jalan, lari, lompatloncat, menendang, menarik, mendiring, mengguling
roll,
memukul, keseimbangan, menangkap dam bergulir.
2
Game
dengan organisasi rendah dan lari beranting. 3
Aktivitas-aktivitas berirama, tari-tarian rakyat
folk dance,
bernyanyi dan
game
musik
musikal games.
4 Dasar-dasar keterampilan untuk berbagai olahraga dan
games,
biasanya dimulai kira-kira pada tahun keempat atau kelima. Dari masing-masing aspek yang telah dikemukakan diatas sudah masuk
dalam pendekatan Tematik yang terdapat dalam KTSP di SD yang berlaku sampai sekarang ini.
d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
Ruang lingkup program pengajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di SD mencakup banyak aspek. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi
19911992: 5-6 bahwa: Ruang lingkup pendidikan jasmani dari kelas I-VI sekolah dasar ditekankan
pada usaha memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial. Jenis-jenis kegiatan yang diajarkan di Sekolah Dasar
meliputi atas:
1 Pengembangan Kemampuan jasmani PKJ. 2 Atletik.
commit to user
10
3 Senam. 4 Permainan.
Menurut M. Furqon H. 2007: 4 bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1 Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan,
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non lokomotor dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola basket,
bolavoli, tennis meja, tennis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri serta aktivitas lainnya.
2 Aktivitas pengembangan diri meliputi: mekanika sikap tubuh,
komponen kebugaran jasmani, dan bentuk tubuh serta aktivitas lainnya.
3 Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa
alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4 Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobik serta aktivitas lainnya. 5
Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan di air, keterampilan gerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6 Pendidikan luar kelas meliputi: piknikkarya wisata, pengenalan
lingkungan. 7
Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehiduoan sehari-hari, khususnya dalam hal perawatan tubuh agar
tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur
waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek keselamatan merupakan aspek tersendiri dan secara
implisit masuk kedalam semua aspek.
Dari dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ruang lingkup pendidikan jasmani di SD meliputi beberapa aspek yaitu: olahraga permainan,
atletik, pengembangan diri, aktivitas senam atau ritmik, aktivitas air dan pendidikan luar kelas. Dari masing-masing aspek tersebut masih terdiri lagi dari
berbagai macam cabang olahraga yang diatur dalam KTSP yang berlaku sekarang ini.
e. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar
Bagi usia sekolah dasar bermain merupakan penyumbang kontribusi yang unik bagi perkembangan anak. Bermain dapat digunakan untuk membantu
commit to user
11
anak dalam mengembangkan potensi fisik, kognitif, sosial dan emosi. M. Furqon H. 2006: 5 menyatakan, “Permainan dapat memberikan peran penting dalam
mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika permainan secara tepat dimasukkan ke dalam program pengembangan gerak“.
Dalam merumuskan pembelajaran pendidikan jasmani harus mengetahui karakteristik siswa. Berdasarkan karakteristik inilah selanjutnya dapat diketahui
penjelasannya. Dari segi keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang
sederhana ke gerakan yang kompleks, dalam bermain juga sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masayarakat. Rahmad Hidayat 2003: 17 menyatakan,
“pada usia 6-11 tahun merupakan memahami konsep-konsep sederhana dan menggunakannya dalam imajinasi. Imajinasi merupakan kesenangan bagi anak-
anak“. Untuk lebih jelasnya M. Furqon H. 2006: 5 menyatakan, “Karakteristik anak sekolah dasar meliputi karakteristik fisiologis, psikologis dan sosiologis“.
Selanjutnya agar lebih jelas karakteristik anak sekolah dasar kelas 3 dan 4 yang berusia sekitar 9 sampai 10 tahun dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Karakteristik Fisiologis
a Koordinasi dalam keterampilan gerak dasar sudah membaik.
b Daya tahan mulai meningkat.
c Pertumbuhan fisiknya meningkat.
d Koordinasi mata dan tangan baik.
e Postur tubuh belum baik.
f Secara fisiologis, anak perempuan satu tahun lebih maju daripada
anak laki-laki. g
Gigi tetapnya mulai bermunculan mengganti gigi susu. h
Perbedaan jenis kelamin belum berpengaruh. i
Perbedaan individu makin nyata. j
Cenderung mudah cidera karena mobilitasnya. 2
Karakteristik Psikologis a
Lingkungan perhatiannya bertambah luas, rasa ingin tahu berprestasi berkembang.
b Kemampuan berfikirnya meningkat berkat telah mempunyai
pengalaman-pengalaman lebih banyak sebelumnya. c
Suka berkhayal, menyukai musik, gerakan-gerakan berirama. d
Sering meniru orang yang menjadi idolanya. e
Minat terhadap permainan yang terorganisasi mulai meningkat, namun belum mampu memegang aturan bermain keseluruhan.
f Berkeinginan kuat untuk menjadi seseorang yang dewasa.
commit to user
12
g Senang mengulang aktivitas.
h Lebih senang aktivitas-aktivitas yang bersifat kompetitif.
3 Karakteristik Sosiologis
a Mudah puas, namun hatinya mudah terluka jika dikritik.
b Sekali-sekali suka membual.
c Suka menggoda atau memukul yang lain.
d Suka memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak lazim
e Bersahabat dan tertarik pada orang lain seolah-olah sebagai teman
yang khusus. f
Rasa ingin tahu makin kuat. g
Ada keinginan bergabung dengan kelompok dan sering kali mempunyai teman yang khusus.
h Sering kurang memperhatikan penampilan, bikin gaduh dan suka
berdebat. i
Menjadi lebih mandiri, namun masih butuh perlindungan dari orang dewasa.
j Lebih menyukai kegiatan-kegiatan beregu daripada kegiatan-
kegiatan individu. k
Suka berfikir bahwa ia dibutuhkan. l
Sering memperlihatkan kelakuan-kelakuan yang bertentangan dengan teman dekatnya, tetapi ia bersimpati jika temannya mendapat
kesulitan. m
Mengikuti kepemimpinan dalam kelompok kecil dalam permainan. n
Cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, terutama kekurangan dirinya dalam keterampilan, kegagalan, dan
gengsinya. o
Mulai mengenali kebutuhan dan keinginan teman lain serta tujuan dan tanggung jawab kelompok.
p Sudah dapat memecahkan masalah-masalah sosial yang ringan dalam
bermain agar kelompok dapat utuh. q
Rasa perbedaan terhadap posisi sosial mulai berkurang. r
Mulai menghargai nilai sopan santun dan susila. Mengetahui dan memahami karakteristik anak usia sekolah dasar baik
dari segi fisiologis, psikologis, dan sosiologis adalah penting terutama bagi guru pendidikan jasmani. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik anak, maka
dalam kegiatan membelajarkan siswa harus disesuaikan dengan tingkatan perkembangannya.
f. Ketuntasan Belajar
Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP, 2006: 19 menyatakan, “Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
commit to user
13
dasar berkisar antara 0-100. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75
“. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik,
kompleksitas kompetensi serta kemampuan sumberdaya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Satuan Pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ideal. Pelaporan hasil belajar peserta
didik diserahkan pada satuan pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh direktorat teknis terkait.
2. PAIKEM dalam Penjas
a. Pengertian PAIKEM
PAIKEM dimaksudkan sebagai salah satu usaha mendorong terus ditingkatkannya pelaksanaan pembelajaran di lapangan yang benar-benar
berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari PAIKEM adalah sebagai berikut:
1 Pembelajaran Aktif
Madyo Ekosusilo 2007 : 2 menyatakan, “Aktif yaitu guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan,
mengemukakan pendapatgaagasan
“. Pendapat lain dikemukakan Dasim Budimansyah 2008: 70 menyatakan, “Aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan
gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah“.
2 Pembelajaran Inovatif
Madyo Ekosusilo 2007: 2 menyatakan, “Guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan pendidikan. Pendapat lain dikemukakan Agus Suprijono 2009: x
commit to user
14
menyatakan, “Pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat
memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya“.
3 Pembelajaran Kreatif
Solichan Abdullah 2004: 32 menyatakan, “Pembelajaran yang mewadahi pikiran, gagasan dan kreatifitas dari siswa dan guru“. Sedangkan Agus
Suprijono 2009: x menegaskan, “Kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang
sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem“. Dengan pemikiran guru yang kreatif maka akan mendorong
peserta didik untuk menyenangi dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Sismandiri 2003: 4 menyatakan, “Kreatif adalah guru mengembangkan kegiatan
yang beragam dan membuat alat bantu belajar sederhana“.
Siswono 2004: 6 menyatakan, “Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu ajar, bahkan
mencipta tekik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya“. Dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran yang kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa.
4 Pembelajaran Efektif
Siswono 2004: 6 menyatakan, “Efektif yang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan kompetensi merupakan pijakan utama suatu rancangan
pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan belaka“. Pendapat Agus
Suprijono 2009: x menyatakan, “Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya
dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisasi untuk mencapai tujuan pembelajaran“.
commit to user
15
Dapat dipertegas bahwa dalam pembelajaran agar siswa dapat efektif perlu ditunjang oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai. Oleh karena
itu guru harus mampu mengelola tempat belajar, mengelola siswa, mengelola kegiatan belajar, mengelola materi pelajaran, dan mengelola sumber-sumber
belajar yang ada dengan baik.
5 Pembelajaran Menyenangkan
Mulyasa 2006: 194 menyatakan, “Pembelajaran yang menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi
yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan
not under pressure“. Sedangkan pembelajaran yang menyenangkan menur
ut Singer Sarah 2001: 14 diartiakn, “Sebagai suasana pembelajaran yang hidup, semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, eksporsif dan mendorong atau
menjadikan siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tin
ggi“. Ditinjau dari kegiatan siswa, pembelajaran yang menyenangkan dapat
membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, berani mempertanyaan gagasan orang lain. Ditinjau
dari guru, pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang menuntut guru sadar dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan dalam arti: siswa
tidak takut salah dalam mencobabereksperimen, siswa tidak khawatir ditertawakan kemampuannya, siswa tidak dianggap sepele. Guru selalu memberi
motivasi kepada siswa selama pembelajaran. Dari uraian pembelajaran PAIKEM tersebut diatas Dasim Budimansyah
2008: 71 menyatakan secara garis besar aktivitas dalam PAIKEM adalah sebagai berikut:
a Siswa
terlibat dalam
berbagai kegiatan
aktivitas yang
mengembangkan keterampilan, kemampuan dan pemahaman dengan menekankan pada belajar dengan berbuat
learning by doing
. b
Guru menggunakan berbagai stimulusmotivasi dan alat peraga, termasuk lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan dan relevan bagi siswa.
commit to user
16
c Guru mengatur kelas untuk memajang buku-buku dan materi-materi
yang menarik dan membuat pojok bacaan. d
Guru menggunakan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajar kelompok.
e Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasan, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolah sendiri.
b. Model Pembelajaran PAIKEM
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru saat
mengajar. Waluyo 2009: 18 menyatakan, “Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran“. Untuk lebih jelasnya, posisi herarkis dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.
1 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan titik tolak sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. H. Syaiful Sagala 2009: 68 menyatakan, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu“.
2 Strategi Pembelajaran
Syaiful Sagala 2009: 222 menyatakan, “Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan“. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina Senjaya
2008 menyebutkan: Dalam strategi pembelajaran mengandung makna perencanaan. Artinya,
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan- keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran, dilihat
commit to user
17
dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian pula, yaitu: 1
exposition-discovery learning
dan 2
group-individual learning
. 3
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Syaiful Sagala 2009: 222
menyatakan, “Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasi strategi pembelajaran diantaranya: 1 komando 2 latihan 3
resiprokal 4 demonstrasi 5 inklusi 6
part-whole
7 tanya-jawab 8 diskusi 9 sosiodrama 10 karya
wisata 11 kerja kelompok 12 tugas 13 eksperimen“.
4 Teknik dan Taktik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Dalam hal
ini, gurupun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Taktik pembelajaran merupakan gaya seorang guru dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dalam gaya pembelajaran akan tampak kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan
kemampuannya.
c. Penggunaan Alat, Waktu, Ruang dan Formasi
Penggunaan Alat, waktu dan ruang merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung pelaksanaan kegiatan mengajar. Sumber daya ini harus
dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya karena bersifat langka. 1
Penggunaan Alat Peralatan ditempatkan dan digunakan pada posisi yang aman dan
memungkinkan siswa berpartisipasi secara merata dan maksimal. Tidak selamanya alat yang dibutuhkan tersedia, hal ini merupakan keluhan utama guru
pendidikan jasmani. Tidak ada ketentuan bahwa alat-alat yang digunakan harus alat yang lazim dipakai dalam kegiatan olahraga yang sebenarnya. Kreativitas
commit to user
18
memanfaatkan sumber-sumber lokal merupakan kunci keberhasilan mengatasi masalah tersebut. Lebih lanjut Rusli Lutan dan Adang Suherman 2000: 75
Menyatakan: Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat
keberhasilan. Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa
dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak merusak
integritas skill
yang dipelajarinya. 2
Penggunaan Waktu Waktu untuk pelajaran pendidikan jasmani di SD sangat terbatas yaitu,
hanya sekali pertemuan per minggu. Pengelolaan waktu memerlukan keputusan yang tepat. Hal ini terkait dengan kemampuan guru membaca perasaan dan
suasana kelas. Untuk memperpanjang waktu berlatih, guru menerapkan teknik memusatkan kembali perhatian kelas dengan cara guru menyuruh sebagian anak
memperhatikan penampilan atau peragaan teman-temannya. Hal ini dapat disertai dengan penjelasan tentang pentingnya keterampilan berlatih. Rusli Lutan 2000:
48 menyatakan, “Pemanfaatan waktu secara maksimal menjadi kunci keberhasilan pengajaran. Hal ini dipengaruhi oleh pengaturan tempo, kapan
berhenti, atau istirahat, atau kapan siswa melaksanakan tugas“.
3 Penggunaan Ruang
Kekurangan ruang saat mengajar memang merupakan masalah pelik dalam penyelenggaran Penjas. Namun bisa terjadi penggunan lapangan dan ruang
yang tersedia itu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bila lapangan yang digunakan cukup luas, guru dapat membuat batas-batas yang akan digunakan oleh
siswa. Rusli Lutan 2000: 49 menyatakan, “Partisipasi siswa dapat ditingkatkan melalui perencanaan ruangan yang tersedia disesuaikan dengan besar kelas. Batas
lapangan yang dipakai untuk belajar dan berlatih harus jelas dipahami oleh siswa“.
4 Penggunaan Formasi
commit to user
19
Pengaturan formasi bertujuan untuk memaksimalkan partisipasi siswa. Kesempatan unutk berlatih, termasuk kejelasan memperoleh informasi guru,
bergantung pada pengturan informasi. Formasi diatur berdasarkan tugas ajar dan jumlah siswa. Rusli Lutan 2000:
54 menyatakan, “Formasi baris bersaf dan pemimpin, satu baris bersaf mengambil jarak cukup leluasa sementara di
depannya berdiri seorang ketua. Tugas gerak seperti lempar tangkap dengan poros ketua dapat memakai formasi ini”.
d. Teknik Memotivasi dan Membina Disiplin
Memotivasi siswa tidak cukup hanya dengan menjelaskan maksud dan tujuan tugas. Begitu juga dengan perilaku disiplin, tidak dapat dibina dengan
ceramah. Disiplin tidak terwujud dalam perilaku sendirinya, melainkan diperoleh melalui belajar dan pembentukan. Syaiful Sagala 2009: 101 menyatakan, “Siswa
yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hasil. Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian
yang esensial dari suatu kejadian yang intruksional”.
1 Teknik Memotivasi
Pengajaran akan berhasil mencapai tujuannya kalau anak aktif melaksanakan tugas ajar. Karena itu, taktik khusus untuk membangkitkan
motivasi siswa dan criteria berhasil juga disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Rusli Lutan 19992000: 68 menyatakam, “Keterlibatan anak
dalam pendidikan jasmani adalah bertujuan untuk meraih sukses. Pengalaman berhasil merupakan sumber motivasi. Berikan pengalaman sukses bagi setiap
anak”. Adang Suherman 2004: 2 menyatakan, “Untuk menanamkan motivasi dari dalam diri siswa, guru berusaha untuk tidak membanding-bandingkan skor
X X X X X X X
Gambar 1. Formasi Baris Bersaf dan Pemimpin Rusli Lutan 2000: 54
commit to user
20
hasil tes siswa yang satu dengan lainnya atau dengan standar tes. Sebagai penggantinya, guru membandingkan skor hasil tes sekarang dengan skor hasil
sebelumnya“. Dengan guru memberikan pujian kepada siswa yang menunjukkan usaha yang baik, menciptakan suasana belajar yang memberi kepuasan dan
kesenangan pada siswa dan usaha lain dipandang pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
2 Membina Disiplin
Perilaku disiplin akan berkembang bila anak paham akan alasan di balik perilaku dan ia dapat membuat keputusan secara mandiri. Untuk mencapai taraf
tersebut, dibutuhkan waktu sejalan dengan perkembangan anak. Pendekatan yang diterapkan untuk mengembangkan perilaku disiplin dan kesadaran menghargai
orang lain bukanlah hukuman tetapi memberi sanksi sebagai konsekwensi perilaku. Rusli Lutan 19992000: 74 menyatakan, pemberian sanksi sebagai
konsekwensi perilaku misalnya: a
Pelanggaran 1 kali : siswa diperingati b
Pelanggaran kedua kali : siswa dikucilkan misalnya 5 menit c
Pelanggaran ketiga kali : siswa dikucilkan 10 menit d
Pelanggaran keempat kali : orang tua dipanggil ke sekolah e
Pelanggaran kelima kali : siswa dipanggil oleh kepala sekolah Hal penting adalah guru harus bertindak ajeg. Setiap sanksi sesuai
dengan pelanggaran harus diberlakukan sama bagi setiap anak. Biasakan anak untuk meminta maaf kepada orang lain bila berbuat salah segera setelah kejadian
itu terjadi. Gunakan julukan positif, bukan menonjolkan kelemahan.
3. Kemampuan Gerak Dasar
a. Pengertian Kemampuan Gerak Dasar
Kemampuan gerak das ar sering disebut dengan istilah “kemampuan
motorik“ atau ”aktivitas gerak“. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi 19911992: 18 menyatakan, “Kemampuan aktivitas gerak adalah kesanggupan
seseorang untuk menggerakkan anggota badan di dalam mempelajari gerakan,
commit to user
21
hingga memiliki rangkaian urutan gerak yang teratur, luwes, cepat, tepat, dan lancar melalui latihan yang teratur dan terus menerus“.
Berkaitan dengan kemampuan gerak dasar Rusli Lutan 1988: 96 menyatakan, “Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas
seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-
kanak“. Menurut Mulyono B. 1994: 298 bahwa, “Kemampuan
motorik
atau kemampuan gerak dasar adalah hadirnya kemampuan bawaan dan kemampuan yang diperoleh dalam melakukan
keterampilan gerak
motor skill
dan sifat umum atau fundamental, diluar kemampuan olahraga spesialisasi tingkat tinggi“. Sedangkan Sukinta 2004: 78
berpendapat, “kemampuan motorik adalah kualitas hasil gerak individu dalam
melakukan gerak, baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik
“. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, kemampuan gerak
dasar merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak yang bersifat umum yang berperan untuk melakukan gerak baik gerakan olahraga maupun non
olahraga. Kemampuan gerak dasar pada dasarnya bersifat relatif statis dan permanen yang ditentukan oleh bawaan. Kemampuan gerak dasar berkembang
relatif secara otomatis sesuai dengan tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kematangan anak.
b. Bentuk-Bentuk Gerak Dasar
Sejak anak dilahirkan sudah memiliki kemampuan gerak dasar yang diterapkan dalam tingkah laku sehari-hari, khususnya aktivitas anak saat
melakukan bermain. Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi 19911992: 24 menyatakan, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar. Bentuk-
bentuk gerakan dasar tersebut, telah dimiliki oleh murid-murid SD“.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh M. Furqon H. 2002: 32 mengklasifikasikan kemampuan
gerak dasar terdiri dari tiga bagian. Secara sistematis komponen-komponen kemampuan gerak dasar digambar sebagai berikut :
commit to user
22
Gerak Dasar
Gerak Stabilitas Membungkuk
Meregang Memutar
Mengayun
Handstand
Memutar tubuh Mendarat
Keseimbangan Gerak Lokomotor
Berjalan Berlari
Meloncat Melompat
Melayang Meluncur
Berjingkrak Memanjat dll
Gerak Manipulatif Melempar
Menangkap Menendang
Voli Melambung
Melenting Bergulir
Menggelinding
Gambar 2. Komponen-komponen Kemampuan Gerak Dasar M. Furqon H., 2002: 32
c. Gerak Manipulatif
Gerak dasar manipulatif adalah gerak menggunakan atau memainkan alat melempar, menangkap, menendang, menggulir, memukul. Pembelajaran
untuk kelas bawah dikemas melalui pendekatan Tematik atau materi pokok dikemas dalam bentuk permainan. Ada beberapa aktivitas permainan yang dapat
digunakan untuk memperkuat pengembangan dan penghalus kemampuan gerak manipulatif.
Permainan gerak manipulatif dapat memberikan penguat yang efektif mengenai keterampilan tertentu yang ditekankan. Berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai guru dapat memodifikasi permainan ini agar dapat mencapai partisipasi maksimum dan keterampilan gerak yang diinginkan. M. Furqon H. 2006: 7
menyatakan: Tujuan khusus dari permainan yang dimodifikasi adalah:
1 Meningkatkan kemampuan gerak manipulasi yaitu melempar,
menangkap, menendang, menjebak, voli, memukul, memantul dan bergulir.
2 Meningkatkan koordinasi mata-tangan dan koordinasi mata-kaki.
3 Mampu bekerja sama di dalam kerja kelompok.
4 Meningkatkan kemampuan memperhatikan.
commit to user
23
5 Mampu mengikuti pengarahan dan mematuhi aturan.
Gerakan manipulatif merupakan jenis gerakan yang membutuhkan koordinasi yang cukup baik. Hal ini karena, dalam gerakan manipulatif
melibatkan beberapa unsur gerak yang harus dikoordinasikan menjadi satu pola gerakan yang baik dan harmonis.
4. Gerak Dasar Manipulatif Melempar
a. Pengertian Melempar
Nomor lempar yang sering diperlombakan dalam perlombaan atletik adalah tolak peluru, lempar cakram, lempar lembing dan lempar martil. Tujuan
dari nomor lempar tersebut adalah untuk melemparkan benda atau melontarkan peluru, cakram, lembing, dan martil sejauh-jauhnya. Mochamad Djumidar A.
Widya 2004: 121 menyatakan, “Lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan
memiliki kekuatan ke depan atau ke atas”. Pendapat lain yang dikemukakan Agus Kristiyanto
2005: 49 menyatakan, “Melempar merupakan kemampuan mengarahkan suatu benda yang dipegang ke suatu sasaran dengan menggunakan
kekuatan yang cukup”. Nomor lempar yang harus diajarkan di SD adalah lempar bola kecil dan
bola besar, tolak peluru dan lempar lembing. Gerry A. Carr 1997: 3 menyatakan, “Dari semua nomor lomba, lempar lembing merupakan gerakan yang mirip
dengan gerakan melempar pada umumnya”. Aip Syarifuddin 19911992: 81 menyatakan, “Latihan melempar bola kecil dan bola besar bagi murid SD,
dim aksudkan sebagai persiapan menuju lempar lembing dan tolak peluru”. Bola
yang dapat dipergunakan untuk latihan melempar yaitu: bola tennis, bola rounders, bola base ball, bola voli, bola basket, bola tangan, bola kaki, bola
berekor.
b. Persamaan Prinsip Gerak Dasar Melempar
commit to user
24
Program pengajaran Penjas melalui pelajaran bentuk-bentuk gerakan dasar melempar pada kelas-kelas permulaan SD, bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan anak dalam bertindak melakukan suatu gerakan dengan anggota badannya agar lebih terampil dengan menggunakan alat yang sesuai dengan
tingkat kemampuannya. Meskipun terdapat perbedaan besar dalam berat dan bentuk alat dan juga perbedaan dalam gerakan melempar yang terlibat, maka ada
tanda-tanda umum bagi semuanya. Dekdikbud 1997: 86 men
yatakan, “Masing masing dari empat lempar memiliki tahap-tahap sebagai berikut: a
Start
permulaan, b Gerakan atau membentuk momentum, c Melempar atau mengenakan daya
power posisition
d Pelepasan alat
delivery
, e Pemulihan
recovery
”. Pendapat lain mengemukakan Rahmad Hidayat 2003: 34 bahwa persamaan prinsip gerak
melempar yang utama yaitu: 1
Ancang-ancang atau awalan perlu dilakukan untuk menciptakan momentum yang sebesar-besarnya dan dialihkan momentum tersebut
pada benda yang akan dilemparkan. 2
Benda yang akan dilemparkan harus dikuasai agar tidak keluar dari bidang atau sasaran lemparan menurut peraturan perlombaan.
3 Penggunaan tenaga dikerahkan sekuat mungkin dengan cepat dan
dialihkan pada benda yang akan dilemparkan. 4
Koordinasi gerakan ketiga tersebut diatas harus dipadukan agar tujuan lemparan yang diinginkan hasilnya optimal.
c. Teknik Melempar
Latihan melemparkan bola kecil dan bola besar pada siswa SD, dimaksudkan sebagai persiapan menuju kepada lempar lembing dan tolak peluru.
Aip Syarifuddin 19911992: 28 menyatakan teknik dasar melempar yang benar adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Teknik Dasar Gerakan Melempar Aip Syarifuddin. 19911992: 19
commit to user
25
a Sikap Permulaan :
Berdiri tegak, kaki kiri agak ke depan, kaki kanan dibelakang bila melempar dengan kaki kanan, serta badan berada di kaki kanan,
Kedua tangan memegang bola di depan dekat ke dada dengan siku dibengkokkan. Pandangan ke arah sasaran yang dituju.
b Gerakannya :
Pada waktu bola akan dilemparkan, tangan kanan yang memegang bola dibawadiayunkan kesamping ke belakang. Kemudian dari
belakang bola dilemparkan dengan menggerakkan tangan dari belakang melalui atas kepala ke atas ke depan, dan bola lepas pada
saat tangan lurus dan berat badan berada pada kaki kiri jika melempar jauh serta bersamaan dengan badan yang dilonjakkan ke
atas ke depan dan kaki kanan ditolakkan ke atas ke depan. Mendarat pada kaki kanan, kaki kiri tergantung lemas dibelakang, pandangan
mengikuti arah jalannya bola. Jadi yang harus diperhatikan oleh seorang guru pada waktu anak melempar, antara lain mengenai:
sikap berdiri waktu akan melempar, perpindahan berat badan pada waktu akan melemparkan bola, gerakan melempar bola, gerakan
lanjutan dari lemparan bola tersebut.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan penerapan model pembelajaran PAKEM. Penelitian Sunarno berjudul, “Penerapan Pembelajaran Aktif Kreatif
Efektif Menyenangkan PAKEM dalam pembelajaran Matematika di SMP Negeri 3 Ajibarang kabupaten Banyumas tahun 2006”, menunjukkan dalam
melaksanakan PAKEM hendaknya menyeluruh artinya untuk semua guru dan semua matapelajaran. Terbukti bahwa banyak sekolah-sekolah SMP yang berasal
dari Jawa maupun luar Jawa yang studi banding ke SMP Negeri 3 Ajibarang, karena diyakini bahwa PAKEM adalah model Pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan dari hasil penelitian Slamet Surono berjudul, “Model PAKEM dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA SD Negeri 2 Sokanegara di Purwokerta Timur Tahun Ajaran 2006”, menunjukkan model
PAKEM dalam pembelajaran IPA telah menumbuhkan suasana pembelajaran dan
commit to user
26
melibatkan sktifitas baik guru maupun siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Sokanegara Purwokerto.
C. Kerangka Pikir