BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELETIAN
3.1 Masyarakat Karo
Masyarakat Karo menggunakan bahasa Karo untuk berkomunikasi dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa masyarakat etnis Karo
adalah penutur asli bahasa Karo. Secara keseluruhan, masyarakat etnis Karo lebih banyak tinggal di luar Kabupaten Karo, tetapi bila dilihat dalam satu daerah
kabupaten maka di Kabupaten Karolah yang terdapat jumlahnya paling banyak. Sesuai dengan kenyataan, walau dimanapun mereka berdomisili bahwa mereka
selalu menggunakan bahasa Karo untuk berkomunikasi antar sesama etnis Karo. Kesetiaan mereka untuk menggunakan bahasa Karo memang sangat tinggi.
Masyarakat Karo yang berdomisili di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat mayoritas adalah petani. Mereka menanam sawit, karet, dan palawija.
Mereka tidak ada yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, walaupun mereka tinggal di tepi pantai. Di luar pekerjaan tersebut memang ada juga yang
bekerja sebagai PNS, ABRI, dan berdagang. Secara umum, masyarakat Karo yang berdomisili di Kabupaten Karo
bertani dengan menanam padi basah dan padi kering, buah-buahan, dan sayur- sayuran. Hal itu diakibatkan oleh keadaan alamnya yang menunjang, yaitu
tanahnya subur dan udaranya sejuk disertai curah hujan yang cukup. Masyarakat Etnis Karo yang tinggal di Kabupaten Deli Serdang dan langkat pada umumnya
adalah petani karet dan sawit, walaupun ada juga yang menanam, palawija.
Universitas Sumatera Utara
Sistem demokrasi atau kegotong-royongan lebih banyak ditemukan bahwa pada masyarakat Karo yang tinggal di daerah Kabupaten Karo daripada
mereka yang tinggal di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat karena dikedua kabupaten tersebut tidak ditemukan lagi Aron. Aron artinya ‘sekelompok orang
yang mempunyai kepentingan bersama’, atau dengan kata lain ‘mempunyai kepentingan yang hampir bersamaan’. Aron ini mempunyai anggota dalam satu
kelompok antara 10 orang hingga 25 orang. Anggota Aron tidak membedakan jenis kelamin. Cara mereka bekerja adalah dengan sistem bergilir. Maksudnya,
tanggal 1 pada bulan itu semua anggota akan bekerja bersama-sama di ladang si A selama 4 jam 4 x 60 untuk satu periode mulai dari pukul 08.00 pagi sampai
dengan pukul 12.00 tengah hari. Selama satu hari mereka mempunyai waktu bekerja dua tahapan, yaitu pagi empat jam pukul 13.00 sampai dengan pukul
17.00. Bila ladang si A dapat diselesaikan selama satu tahap maka tahap yang lain boleh berpindah ke tempat bekerja lainnya atau keladang anggota yang lain.
Hal ini biasa dilihat dari situasi dan kondisi ladang para anggota kelompok kerja. Perpindahan tempat bekerja untuk setiap tahap akan diatur oleh ketua kelompok.
Bila dilihat dari sudut pandang agama, masyarakat Karo ada yang beragama Protestan, Katolik, dan Islam. Jumlah penganut masing-masing agama
belum pernah diteliti oleh para ahli ataupun ilmuwan. Akan tetapi, secara sepintas dapat diasumsikan bahwa masyarakat Karo yang berdomisili di daerah Kabupaten
Deli Serdang dan Langkat mayoritas adalah Islam, sedangkan di Kabupaten Karo penduduknya mayoritas beragama Kristen.
Masyarakat etnis Karo tidak membenarkan menikah dengan orang yang mempunyai nama keluarga Merga dan Beru yang sama, kecuali Sembiring Milala,
Universitas Sumatera Utara
Kembaren, Guru Kinayan, Pelawi, dan Pandia. Umpamanya si Azis Sembiring tidak diperbolehkan menikah dengan seorang wanita yang Beru Sembiring di luar
yang terkecuali tersebut. Jadi, dapat dipilih wanita lain yang mempunyai nama keluarga yang berbeda, yaitu sebanyak empat lagi karena semua nama keluarga
ada lima jenis. Peraturan ini dibuat karena sistem kekerabatan yang di anut oleh masyarakat etnis Karo adalah patrilinear dan matrilinial sehingga bila ada orang
yang mempunyai nama keluarga sama berarti mereka berasal dari satu nenek. Untuk mengenal anggota masyarakat Karo kita harus mengetahui nama
keluarga masyarakat Karo yang disebut Merga. Kata Merga di dalam bahasa Karo artinya Meherga mahal. Merga akan dimiliki oleh setiap individu suku
Karo. Merga selalu diwariskan oleh ayahnya kepada setiap anaknya. Hal ini terjadi semenjak suku Karo lahir ada di dunia ini. Merga ini berbeda istilah di
antara anak laki-laki dan anak perempuan. Untuk anak laki-laki disebut Merga dan untuk anak perempuan disebut Beru. Lebih rinci lagi dapat kita ketahui bahwa
setiap individu suku Karo mempunyai empat ciri nama keluarga selain nama. Jadi, walaupun tidak dituliskan akan dipanggil setiap berkomunikasi, maka sebenarnya
ada lima kata paling sedikit dimiliki oleh seseorang, misalnya Boy Sembiring Milala Bere-bere Perangin-angin Bangun. Boy adalah nama, Sembiring adalah
Merga, Milala adalah sub Merga Sembiring, Perangin-Angin adalah Merga dan Bangun adalah Perangin-Angin.
Sembiring Milala diwariskan oleh nenek moyangnya ke generasinya secara turun-temurun. Bere-bere diwariskan oleh ibu kandungnya. Sejalan dengan
perolehan nama keluarga bagi setiap anggota masyarakat Karo maka timbullah bahasa atau istilah kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Karo Lihat
Universitas Sumatera Utara
diagram 1 dan tabel 6. Akan tetapi, sebelum sampai pada diagram tersebut, ada baiknya jika diterangkan terlebih dahulu semua Merga suku Karo beserta sub-
Merga tersebut berikut desa yang mereka bangun pada masa tempo dulu Lihat tabel 1-5. Adapun ciri khas anggota masyarakat Karo yang lima jenis secara
umum dapat diuraikan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Merga Sembiring dan Cabang-Cabangnya No Merga
Sub-Merga Desa asalbangunannya
1. Sembiring
Milala Depari
Busuk Bunuaji
Brahmana Colia
Gurukinayan Keling
Muham Pandia
Pelawi Pandebayang
Sinukapon Tekang
Keloko Kembaren
Sinulaki Sinupuyang
Sarinembah, Biaknampe, Munte Seberaya, Perbesi
Kidupen, Lau Perimbon Kuta Tonggal, Beganding
Kabanjahe, Limang, Perbesi Kubucolia, Seberaya
Gurukinayan Juhar, Raja Tengah
Suka, Perbesi Seberaya, Payong
Peraji, Ajijahe Buluh Naman, Gurusinga
Pertumbuken, Sidikalang Kaban
Pergendangen Sampe Raya, Kuta Mbelin,
Kuta Mbaru Suka, Belinum
Juma Raja, Nageri
Tabel 2. Merga Perangin-angin dan Cabang-Cabangnya No Merga
Sub-Merga Desa asalbangunannya
2. Perangin-angin
Bangun Benjerang
Kacinambun Keliat
Laksa Manu
Namohaji Pencawan
Penggarun Perbesi
Pinem Sebayang
Batukarang Batukarang
Kacinambun Mardingding
Juhar Pergendangen
Kutabuluh Perbesi
Susuk Perbesi
Sarintolu Perbesi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Merga Ginting dan Cabang-Cabangnya No Merga
Sub-Merga Desa asalbangunannya
3. Ginting
Jadibata Sugihen
Garamata Gurupatih
Suka Babo
Jawak Pase
Ajartambun Beras
Seragih Capah
Tumangger Munte
Manik Juhar
Sugihen, Juhar, Kuta Gugung Raja Tonggal, Tongging
Buluh Naman, Sarimunte, Naga
Lau Kapor Suka, Lingga Julu, Naman,
Berastepu Gurubenua, Kuta Gerat, Munte
Cingkes Tidak punya desa asal, karena
generasi terputus yang disebabkan oleh tidak ada generasinya laki-laki
Rajameahe Lau Petundal
Lingga Julu Bukit
Kidupen, Kemkem Munte, Kuta Bangun, Dokan, Tongging,
Bulanjahe, Ajinembah, Raja Tengah Lingga, Tongging
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Merga Tarigan dan Cabang-Cabangnya No Merga
Sub-Merga Desa asalbangunannya
4. Tarigan
Tua Gerneng
Girsang Gana-gana
Jampang Pekan
Purba Sibero
Silangit Tambak
Tambun Tegur
Bondong Pergandengan
Cingkes Nagasaribu, Berastepu
Batukarang Pergendangen
Sukanalu Simalungun
Juhar, Munte, Lingga, Kuta Raja, Tanjung Beringin
Gunung Kebanyakan, Sukanalu
Rakut Besi, Binangara Suka
Lingga
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Merga Karo-Karo dan Cabang-Cabangnya No Merga
Sub-Merga Desa asalbangunannya
5. Karo-karo Barus
Kaban Sinuhaji
Purba Kacaribu
Ketaren Sinuraya
Sinulingga Sekali
Kemit Jungujung
Sinukaban Sinubulan
Samura Sukapiring
Sitepu Barusjahe,Sipitu Kuta, Serdang,
Pernampen, Siberteng, Kabung, Juma Padang, Buntu, Basam, Talimbaru
Kaban, Sumbul, Lau Lingga, Pernatin, Buluh Naman,
Bintang Meriah Ajijahe, Ajijulu, Ajiuhara
Ajimbelang Kabanjahe, Berastagi,Kinepen,
Jandi Meriah, Beganding, Kuta Suah
Kuta Gerat, Kerapat, Kacaribu Sibolangit, Ketaren
Bunuraya, Kandibata, Singgamik
Lingga,Gunung Merlawan, Linggajulu, Kacaribu, Torong,
Surbakti Seberaya
Kuta Male Kuta Nangka, Batukarang,
Perbesi Pernantin, Kabantua
Bulanjulu Samura
Seberaya Naman, Sukanalu, Gamber,
Sigarang-garang, Bakerah, Simacem, Kuta Tengah,
Ndeskati, Sukandebi, Sinaman, Rumamis, Semangat, Bulujahe,
Sukajulu, Gunung Pinto
Masyarakat etnis Karo menggunakan istilah kekerabatan berikut ini dan istilah tersebut diperoleh sesuai dengan posisi seseorang yang tergambar pada
skets yang dimuat pada halaman 56.
Universitas Sumatera Utara
Istilah Kekerabatan
1 adalah Abi Sembiring perbulangen ‘suami’ si 2 Zuri beru Perangin-angin. 3, 4, dan 5 anak ‘anak’ si 1 dan 2.
3 adalah Aci Sembiring, 4 adalah Zari Beru Sembiring, dan 5 adalah Zai Beru Sembiring.
1 adalah bapa ‘ayah’ si 3,4, dan 5. 3 adalah turang ‘abang’ si 4 dan 5.
4 dan 5 adalah turang ‘adik’ si 3. 6 adalah Rani Beru Ginting ndehara ‘istri’ si 3.
7 adalah Aji Tarigan perbulangen ‘suami’ si 4. 8 adalah Ali Karo-karo perbulangen ‘suami’ si 5.
3 adalah silih ‘abang ipar’ si 7 dan 8. 6 adalah eda’kakak ipar’ si 4 dan 5.
1 adalah jinta ‘mertua’ si 6. 2 adalah simetua ‘mertua’ si 6.
5 adalah perngin ‘adik ipar’ si 7. 4 adalah perkaken ‘kakak ipar’ si 8.
7 dan 8 adalah seperibanen ‘sepengambilan’. 1 adalah mama ‘mertua’ si 7.
8 dan 2 adalah mami ‘mertua’ si 7 7 dan 8 adalah kela ‘menantu’ si 1 dan 2.
9,10, dan 11 adalah anak ‘anak’ si 3 dan 6. 9 adalah Uli Sembiring, 10 adalah Ani Beru Sembiring, dan 11 adalah Ami Beru
Sembiring.
Universitas Sumatera Utara
12, 13, dan 14 adalah anak si 4. 7, 15, 16, dan 17 adalah anak si 5dan 8.
12 adalah Juma Tarigan, 13 adalah Rudi Tarigan, 14 adalah Limah Beru Tarigan, 15 adalah Reo Beru Karo-karo, 16 adalah Siah Beru Karo-karo, 17 adalah Mail
Karo-karo. 9 sampai dengan 26 adalah kempu ‘cucu’ si 1dan 2.
1 adalah bulang, laki, bayak, dan bolang ‘kakek’ si 9 sampai dengan 86. 2 adalah nangin, nondong, nini ‘nenek’ si 9 sampai dengan53.
27 sampai dengan 53 adalah ente ‘cucu’ si 1dan 2. Pada suatu saat apabila ‘cucu’ [
әnιε] 27 sd 53 sudah menikah dan mempunyai anak maka semuanya adalah ‘cucu’ entah [
әntah] 1 dan 2. Selanjautnya, dapat dikatakan bahwa nama keluarga setiap orang yang merupakan
anggota keluarga masyarakat etnis Karo secara sepintas hanya dilihat satu saja, tetapi yang sebenarnya adalah terdiri dari empat komponen. Contoh, nomor 3
dalam skets adalah Aci Sembiring Milala Bere Perangin-angin Bangun. Nomor 4 adalah Zari Beru Sembiring Milala Bere-bere Perangin-angin Bangun.
Sembiring Milala diwarisi dari ayahnya, nomor 1 dan Bere-bere Perangin-angin Bangun diwarisi dari ibunya, nomor 2. Hal ini menunjukkan
bahwa nomor 1 adalah Abi Sembiring Milala, dan nomor 2 adalah Zuri Beru Perangin-angin Bangun. Milala adalah salah satu cabang Sembiring dan Bangun
adalah salah satu cabang Perangin-angin. Nomor 12 dan 13 adalah senina sepemeren ‘sepupu’ 17. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka bersaudara karena ibu mereka adalah bersaudara
Universitas Sumatera Utara
kandung. Nomor 14 adalah senina sepemeren ‘sepupu’ dengan 15 dan 16, karena ibu kandung mereka bersaudara kandung. Nomor 33 adalah senina sembuyak
bapa ‘bersaudara’ dengan 27 dan 29, karena nomor 9 dan 11 adalah bersaudara kandung. Nomor 10 dan 28 adalah senina sembuyak bapa ‘sepu’ karena ayah
mereka bersaudara kandung. Menurut perundang undangan masyarakat Karo bahwa orang yang Rebu
tidak boleh menari bersama di atas satu panggung. Rebu terdapat di antara menantu dan mertua, kakak ipar dan adik ipar,serta perbesanan. Kakak ipar dan
adik ipar ialah abang dari istri dan juga istri dari abang istri tersebut. Perbesanan ialah ibu mertua dari anak kita yang laki-laki. Jadi, di kalangan masyarakat Karo
semua hubungan tersebut tergolong debu, atau tebu dalam istilah bahasa Karo.
3.2 Kedudukan Bahasa Karo