BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Reduplikasi sebagai suatu peristiwa yang lazim terdapat dalam bahasa telah banyak dibicarakan meskipun menggunakan berbagai istilah, misalnya
bentuk ulang Keraf, 1991, kata ulang Keraf, 1984, proses pengulangan Ramlan, 1979, dan yang lain pada umumnya menggunakan istilah reduplikasi.
Ada pula yang menggunakan istilah bentuk ulang sekaligus menggunakan reduplikasi dengan pengertian yang agak berlainan lihat Parera, 1988.
Pembicaraan yang telah muncul pada umumnya juga telah memerikan reduplikasi yang terdapat aplikasi yang diperoleh atau yang ditampilkan pun berbeda-beda.
Perbedaan perian mereka itu agaknya bukan semata-mata disebabkan oleh temuan data yang berbeda atau berlainan, melainkan sudut pandang yang mereka
gunakan yang berbeda menjadi sebab utama timbulnya perbedaan perian itu. Lebih-lebih lagi di antara mereka belum memunculkan secara eksplisit kriteria
pemerian reduplikasi yang mereka buat, kecuali Ramlan 1979: 41, sehingga membuat kemungkinan berbeda deskripsi periannya semakin besar lihat
Simatupang 1983. Reduplikasi itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi reduplikasi
morfemik, fonologik, sintaktik. Reduplikasi yang pertama itulah yang paling banyak dibicarakan oleh para tata bahasawan, bahkan telah ada yang meneliti
secara spesifik sehingga meraih gelar doktor, yaitu Simatupang 1983 yang kemudian hasilnya dipublikasikan menjadi buku seri ILDEP 1983.
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian Simatupang tampak bahwa reduplikasi masih tetap menarik untuk dikaji. Selain itu, dalam bahasa daerah dimungkinkan adanya butir-
butir yang berbeda dari tipe yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Tipe-tipe reduplikasi yang dimungkinkan tersebut akan dianalisis dalam bahasa Karo,
sesuai dengan objek kajian ini. Dalam membicarakan reduplikasi morfemik, beberapa istilah yang
berbeda tetapi dengan maksud yang sama tampak dari beberapa ahli yang diacu. Misalnya, data membaca-baca, mengukur-ukur, melambai-lambaikan dan yang
sejenisnya dapat disebut pengulangan sebagian Ramlan, 1979, dwilingga berimbuhan Keraf, 1991 atau ulangan berimbuhan Keraf, 1984. Hal tersebut
terjadi karena penggunaan kriteria pemerian yang berbeda. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
reduplikasi bahasa Batak Karo oleh Samuel Barus 1981 dalam skripsinya yang berjudul “Perbandingan Reduplikasi Bahasa Batak Karo dengan Reduplikasi
Bahasa Indoesia”. Bambang Pribadi 2000 dalam skripsinya yang berjudul “Inferensi Morfologi Bahasa Karo dalam Bahasa Indonesia”. Tulisan di atas
massih membahas persoalan morfem dengan sangat sederhana, sesuai dengan tingkat kajiannya.
Selain itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan kajian terhadap bahasa Karo adalah Sahala Manullang 2001 dalam skripsinya
yang berjudul “Perbandingan Pronomina Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Karo”. Siti Sakdiah Tarigan 2003 dalam skripsinya yang berjudul “Aspek
dalam Bahasa Karo Tinjauan Sintaksis dan Semantik”. Timotius Meliala 2004
Universitas Sumatera Utara
dalam skripsinya yang berjudul “Penyukuan Kata dalam Bahasa Karo”. Christian H. Sitepu 2004 dalam skripsinya yang berjudul “Pribahasa dalam Bahasa Karo”.
2.2 Konsep Reduplikasi