Mbaca buku ‘membaca buku’ mbaca-baca buku ‘
membaca-baca buku’ 58 ernen melihat
ernen-ernen ‘melihat-lihat’
Ernen lukisen ‘melihat lukisan’ ernen-ernen lukisen ‘melihat-lihat lukisan’ 59 mperidi anak ‘memandikan anak’ mperidi-ridiken anak ‘memandi-
mandikan anak’ Dari contoh-contoh di atas terlihat bahwa untuk menentukan muncul-
tidaknya R dengan arti ‘tanpa tujuan sebenarnya’ atau ‘untuk bersenang-senang’ dengan KtK tidaklah mudah, setidak-tidaknya bagi saya. Walaupun demikian,
diduga bahwa hal tersebut erat hubunganya dengan arti ‘tak tentu’ yang terkandung juga dalam arti ‘melakukan sesuatu tanpa tujuan yang sebenarnya’
atau ‘melakukan sesuatu untuk tujuan bersenang-senang’. Kalau dilihat bahwa tindakan yang dinyatakan dalam bentuk nulis surat ‘menulis-surat’ itu adalah
suatu tindakan yang telah ‘tentu’ specified, maka secara logis, arti ‘tak tentu’ yang terdapat dalam bentuk nulis-nulis ‘menulis-nulis’, misalnya, tidak cocok
compatible dengan konstituen yang bertugas menyatakan sesuatu yang ‘tentu’.
5.2.2.5 R-Melakukan Sesuatu Berulang Kali danatau Terus-Menerus
Dalam bahasa Karo, KtK dapat diterangkan berdasarkan ciri semantis seperti ‘keadaan’ state, ‘proses’ process, ‘tindakan’ action, dan ambient. KtK
memiliki salah satu dari ciri ini atau kombinasi dari dua ciri ini sebenarnya masih ada lagi ciri-ciri lain dengan berbagai kombinasinya yang tidak akan disinggung
di sini. Ciri-ciri semantis ini terutama bertugas untuk menentukan pilihan atas KtB yang dapat berkombinasi dengan KtK yang bersangkutan dan juga atas jenis
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang boleh di antara KtK- dan KtB. Di bawah ini akan diberikan contoh konfigurasi semantis dalam bahasa Karo:
60 Ktk KtB pat iens
keadaan mbergeh
‘dingin’ kopi ‘
kopi’ kopi enda mbergeh ‘kopi ini dingin’
61 Ktk KtB pat
proses ermacik ‘
membusuk’ luka ‘luka’ lukana macik ‘
lukanya membusuk’
62 Ktk KtB pat
tindakan rendei ‘
bernyanyi’ Ali
Ali rendei ‘Ali bernyanyi’
63 Ktk KtB pat
KtB agt = agent
proses tindakan
nulis ‘ menulis’ surat ‘surat’ Ali Ali nulis surat ‘Ali menulis
surat’
Universitas Sumatera Utara
64 Ktk keadaan
ambient melas ‘
panas’ melas ‘
panas’
65 Ktk tindakan
ambient udan ‘
hujan’ udan ‘
hujan’
Selanjutnya, terlihat bahwa kata yang biasanya disebut KtS, diperlakukan sebagai KtK dengan ciri ‘keadaan’ dan dianggapnya sebagai akar KtK. Dalam
bahasa Karo pada umumnya KtS dapat dijadikan KtK melalui proses deajektival. Sekarang akan diperiksa ciri-ciri semantis KtK yang diderivasikan dari KtS yang
secara semantis menunjukkan’keadaan’. Kata-kata berikut adalah hasil derivasi inkoatif inchoative yang
dikenakan pada KtS : 66 erkitikna mengecil
ergendekna merendah
ermentarna memutih mbergehken
mendingin 67 ergalangna membesar
ergedangna meninggi
ermeratahna menghijau manas
memanas 68 erbongkakna membengkak
erndeherna mendekat
mbiru membiru mangat
menghangat 69 ergembungna menggembung
erdauh menjauh
Universitas Sumatera Utara
erbiringna menghitam
erkerahna engering
70 ergedangna memanjang erenggangna
merenggang 71 ersempitna menyempit
nggosong mengosong
72 erbelangna melebar
Kata-kata di atas ini termasuk KtK-proses yang diturunkan dari suatu dasar yang secara intrinsik menunjukkan ‘keadaan’. Berdasarkan data yang
diperiksa, KtK-proses yang diturunkan dari dasar demikian tidak terdapat dengan R-iteratif danatau kontinu. Tampak pula bahwa KtK yang secara intrinsik
menunjukkan ‘proses’ tidak terdapat dengan R-iteratif danatau kontinu : tumbuh-tumbuh. Dapat dikatakan sekarang bahwa semua KtK-proses, baik yang
dijadikan demikian maupun yang secara intrinsik demikian tidak terdapat dengan R-iteratif danatau kontinu.
Berikut adalah contoh-contoh KtK dengan ciri ‘proses’ dan ‘tindakan’ yang diturunkan dari dasar yang secara intrinsik menunjukkan ‘keadaan’ melalui
derivasi inkoatif dan kausatif. Kata-kata ini pun ternyata tidak terdapat dengan R- iteratif danatau kontinu :
73 ndeberi mendekati ndeherken
mendekatkan mperteruki
merendahkan 74 dauhi menjauhi
ndauhken menjauhkan
75 ngerahken mengeringkan mperkitik
memendekkan Sekarang akan dilihat KtK yang berciri ‘tindakan’. Jika kiam ‘lari’
dibandingkan dengan erkiam ‘berlari’ dan ngkiamken ‘melarikan’, terlihat bahwa unsur-unsur semantis ketiga kata itu berbeda :
Universitas Sumatera Utara
76 kiam ‘lari’ ‘tindakan saja’ erkiam
berlari ‘tindakan’ dan ‘inkoatif’ ngkiamken melarikan ‘tindakan’ dan ‘proses’
Dari ketiga jenis KtK ini, ternyata bahwa KtK dengan ciri ‘tindakan’ dan ‘proses’ tidak muncul dengan R-iteratif ngkiam-kiamken ‘melari-larikan’,
sedangkan kedua jenis lainnya muncul kiam-kiam ‘lari-lari’, erkiam-kiam ‘
berlari-lari’. Di atas telah disinggung bahwa KtK-tindakan dapat muncul dengan R-
iteratif danatau kontinu, dan KtK yang diturunkan dari KtK-tindakan tidak terdapat dengan R-iteratif danatau kontinu jika derivasi menghasilkan arti
tambahan ‘proses’. Oleh karena dalam bahasa Karo, bentuk yang sama yaitu yang terdapat pada struktur atas kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda-
beda gejalanya antara lain polisemi, keambiguan struktural, ada baiknya jika gejala ini diperiksa juga, atau setidak-tidaknya diperhatikan, sehubungan dengan
R-iteratif danatau kontinu. Untuk itu contoh berikut dapat dikemukakan : 77 a. Engkiamken kenna singuda-nguda Pak Amat
‘ Dia melarikan anak gadis Pak Amat’
b. Erdadaken kenna tanna Dia melambaikan tangannya
Dasar kata engkiamken ‘melarikan’ dan erdadaken ‘melambaikan’, secara berturut-turut adalah kiam ‘lari’ dan dada ‘lambai’, dan secara intrinsik
menunjukkan ‘tindakan’. Derivasinya tidak mempunyai ciri ‘proses’ kata erkiam ‘
berlari’ dan erdada ‘melambai’, memiliki makna dengan R iteratif danatau kontinu : erkiam-kiam ‘berlari-lari’ dan erdada-dada ‘melambai-lambai’. Afiks
Universitas Sumatera Utara
erN-ken pada kata engkiamken ‘melarikan’ dan erdadaken ‘melambaikan’
menentukan adanya objek pada struktur atas kalimat. Namun, peran dalam pengertian Verhaar, 1977 yang terdapat di tempat objek pada 77a dan 77b
berbeda-beda. Pada 77a terdapat peran ‘pasiens’ atau objektif menurut Verhaar di tempat objek, dan pada 77b peran yang terdapat di tempat objek lebih tepat
jika disebut peran ‘instrumen’. Dengan kata lain, hubungan yang terdapat di antara KtK dan KtB yang mengikutinya pada 77a berbeda dengan hubungan
KtK dengan KtB yang mengikutinya pada 77b pada tataran semantis. Selanjutnya, dapat dicatat bahwa hasil tindakan pada 77a dan pada 77b
tindakan menghasilkan suatu keadaan di mana anak gadis Pak Amat berada, yaitu ‘keadaan dilarikan’. Pada 77b, tidak dapat dikatakan bahwa tangan yang
dilambaikan itu berada dalam suatu keadaan baru atau mengalami suatu perubahan sebagai akibat tindakan melambaikan. Pusat pengertian pada 77b
terletak pada tindakan erdadaken ‘melambaikan’ itu sendiri. Dalam kenyataan, tindakan seperti ngkiamken ‘melarikan’ dapat dibedakan dengan jelas dari
tindakan erdadaken ‘melambaikan’. Pada umumnya KtK golongan ngkiamken ‘
melarikan’ ini mengakibatkan perubahan keadaan pada objek yang dikenainya wujud, tempat, dan seterusnya dan perubahan yang demikian itu berlangsung
lama, bahkan ada kalanya untuk selama-lamanya, sedangkan benda yang terlibat dalam tindakan KtK golongan erdadaken ‘melambaikan’ tidak mengalami
perubahan keadaan. Jadi, jika tangan dilambaikan, maka tangan tidak terus berada dalam keadaan dilambaikan ; tangan berada dalam keadaan semula, yaitu sebelum
dilambaikan. Berdasarkan kenyataan seperti ini, sekarang dapat dimengerti
Universitas Sumatera Utara
mengapa KtK seperti melambaikan terdapat dengan R-iteratif danatau kontinu, sedangkan KtK melarikan dan sejenisnya tidak.
Beberapa contoh KtK golongan ngkiamken ‘melarikan’ yang tidak terdapat dengan R-iteratif danatau kontinu ialah :
78 mbeneikensa ‘menghilangkan’ nunduhkensa ‘
menidurkan’ 79 nggosongkensa ‘mengosongkan’
megalangsa ‘ membesarkan anak’
80 nukurkensa ‘membelikan’ ndatkensa ‘
menemukan’ 81 mberekensa ‘memberikan’
nuliskensa ‘ menuliskan’
82 ndalankensa ‘menjalankan’ nuankensa ‘
menanamkan’ Tidak terdapatnya KtK golongan ngkiamken ‘melarikan’ di atas dengan R-
iteratif danatau kontinu tidaklah berarti bahwa tindakan yang dinyatakan oleh KtK yang bersangkutan tidak dapat dilakukan berulang kali atau terus-menerus.
Yang dipersoalkan di sini ialah bahwa pengulangan tindakan tidak dinyatakan oleh pengulangan kata. Jadi mberenkensa ‘memberi-berikan’ tidak dapat berarti
memberikan berulang kali atau terus-menerus. Harus pula diingat bahwa muncul tidaknya R-iteratif danatau kontinu dengan KtK tertentu tidaklah dapat
diramalkan secara tepat. Ada kalanya dunia kenyataanlah yang paling menentukan.
5.2.2.6 Reduplikasi Dengan Arti ‘Resiprokatif’ Atau ‘Berbalasan’