Sampai di Lau Kawar beberapa mereka mandi-mandi beberapa. Rakit lalu duduk-duduk mereka semua di tepi danau itu
Setibanya di Lau Kawar, ada yang mandi-mandi, ada juga yang berakit-rakit … kemudian mereka semua duduk-duduk di tepi
danau. 45 Kenca puas ernehen-nehen, mulai me ia erbelanja
Setelah puas lihat-lihat mulai dia berbelanja Setelah puas melihat-lihat, ia pun mulai berbelanja
5.1.7 Pemaknaan Lain-lain
Ada sejumlah pola pemaknaan lain yang tidak terlalu dominan selain dari pemaknaan-pemaknaan di atas, yaitu
i Pengulangan pada sejumlah frase ukuran tertentu dan frase bilangan
menghasilkan pemaknaan “dalam kelompok yang terdiri dari …”. Pemaknaan ini kadang dianggap juga sebagai pemaknaan distributif, tetapi
sebenarnya lebih relevan ke arah pemaknaan repetisi: Sada-sada
satu per satu Sekalak-sekalak satu per satu orang
Dua-dua berdua-dua
Telu-telu bertiga-tiga
ii Pengulangan pada kata ganti orang disertai oleh sentuhan pemaknaan
merendahkan atau meniadakan diri : 46 Tapi adi kami-kami saja kerina anak sekolah la até kami melas
Universitas Sumatera Utara
Tapi jika kami-kami saja semua anak sekolah tidak hati milik. Kami hangat
Tapi kalau kami-kami saja yang seluruhnya anak sekolah, kami tidak berani
5.1.8 Reduplikasi Parsial
Proses reduplikasi parsial ini merupakan ciri khas dari dialek Singalur Lau dan dialek Karo barat, kecuali dua contoh kata pertama berikut ini, yang berlaku
umum bagi semua dialek bahasa Karo. Pada reduplikasi parsial ini yang diulang hanyalah suku kata pertama dari akar katanya. Di sini dijumpai kecenderungan
bunyi vokal pada suku kata yang diulang tersebut bervariasi bebas dengan bunyi sihwa. Pemaknaan dari hasil proses reduplikasi parsial ini serupa dengan
pemaknaan pada proses reduplikasi menyeluruh : Beré-beré
→ beberé ‘marga dari ibu’
Pagi-pagi → papagi = pepagi
‘esok hari’ Pelin-pelin
→ pepelin ‘hanya sekedar, melulu’
Galang-galang → gagalang = gegalang
‘berbaring’ Gawah-gawah
→ gagawah = gegawah ‘jalan-jalan’
Giang-giang → gigiang = gegiang
‘berlari-lari’ Ngadi-ngadi
→ ngangadi ‘mengaso’
Meskipun banyak kata ulang pada kedua dialek tersebut yang diucapkan dalam bentuk reduplikasi parsial seperti di atas, proses reduplikasi parsial ini tidak
Universitas Sumatera Utara
terlalu produktif. Sebagai contoh, piga-piga beberapa tidak dapat disederhanakan menjadi pipiga atau pepiga.
5.1.9 Reduplikasi Aliterasi
Tidak seperti halnya yang dijumpai pada berbagai bahasa daerah di sekitarnya misalnya bahasa Aceh—lihat Durie 1985a : 43; bahasa Indonesia—
lihat MacDonald 1976 : 32, pada bahasa Karo sangat sedikit bentuk pengulangan. Pada kedua akar kata yang dipasangkan terdapat selisih bunyi pada salah satu
vokal atau konsonannya. Dalam bahasa Karo, reduplikasi purwakanti seperti ini tampaknya hanyalah disebabkan oleh faktor kebetulan saja, di mana dua kata yang
berselisih bunyi tersebut muncul secara bersamaan pada suatu struktur kalimat : Jemolah-jemolé
berayun maju dan mundur Melandas-melindes bebas dan tak terhalang
Berikut ini disimpulkan temuan hasil penelitian dalam bentuk tabel.
Tabel 1 Reduplikasi Kata Dasar
No. Kata Dasar
Kelas kata Reduplikasi
Arti Kata
Benda Kata Kerja
Kata Sifat 1.
tulan √
tulan-tulan tulang
2. kuta
√ kuta-kuta
desa 3.
sinuan √
sinuan-sinuan tumbuhan 4.
kejadin √
kejadin- kejadin
kejadian 5.
pagi √
Pagi-pagi besok
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Reduplikasi Kata Berimbuhan
No. Kata Dasar
Kelas kata Reduplikasi
Arti Kata
Benda Kata Kerja
Kata Sifat 1.
suan √
suan-suanen tanam-
tanaman 2.
asuh √
asuh-asuhen hewan
ternak 3.
ende √
ende-enden lagu-lagu
4. oge
√ oge-ogen
bahan bacaan
5. nguda
√ nguda-
ngudaan
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Bentuk Reduplikasi dalam Bahasa Karo