2. Reduplikasi atau kata ulang sebagiandwipurwa.
3. Reduplikasi atau kata ulang perubahan vonemdwilingga salin swara.
4. Reduplikasi atau kata ulang yang berkombinasi dengan proses pembubuhan
afiksberimbuhanbersambungdwilingga berimbuhandwiwasana. 5.
Reduplikasi atau kata ulang trilingga. 6.
Reduplikasi atau perulangan semu.
2.4 Bentuk Dasar Reduplikasi
Ramlan 2001 : 65 mengttakan bahwa setiap kata memiliki satuan yang diulang, sehingga sebagian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan bentuk
dasarnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa tidak semua kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya, sehingga dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam
menentukan bentuk dasar kata ulang, yaitu sebagai berikut: a.
Pengulangan pada umumnya tidak dapat mengubah golongan kata. Contoh :
berkata –kata kata kerja bentuk dasarnya berkata kata kerja gunung – gunung kata nominal bentuk dasarnya gunung kata nominal
cepat – cepat kata sifat bentuk dasarnya cepat kata sifat sepuluh –puluh kata bilangan bentuk dasarnya sepuluh kata bilangan
b. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Contoh : mengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan, bukan mengata
menyadar-nyadarkan : bentuk dasar menyadarkan, bukan menyadar berdesak-desakan : bentuk dasarnya berdesakan, bukan berdesak
Universitas Sumatera Utara
2.5 Makna Reduplikasi
Ramlan 2001 : 176 mengatakan bahwa makna reduplikasi atau pengulangan kata terbagi menjadi 11 bagian sebagai berikut:
1. Menyatakan makna ‘banyak yang berhubungan dengan bentuk dasar`.
contoh : rumah itu sudah sangat tua rumah – rumah
itu sudah sangat tua Kata rumah dalam kalimat rumah itu sudah tua menyatakan “sebuah rumah“ ,
sedangkan kata rumah-rumah dalam kalimat rumah-rumah itu sudah tua menyatakan “banyak rumah.”
contoh lain : binatang-binatang : banyak bintang
pembanguan-pembangunan : banyak pembangunan kunjungan-kunjungan : banyak kunjungan
2. Menyatakan makna ‘ banyak yang tidak berhubungan bentuk dasar`.
contoh : Mahasiswa yang pandai-pandai mendapatkan beasiswa mahasiswa
itu pandai pohon yang rindang-rindang itu pohon beringin pohon ditepi jalan
itu rindang-rindang 3.
Menyatakan makna ‘ tak bersyarat ‘ dalam kalimat Contoh dalam kalimat :
- jambu-jambu mentah dimakannya
Universitas Sumatera Utara
Pengulangan pada kata jambu dapat digantikan dengan kata meskipun, menjadi meskipun jambu mentah, dimakannya.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa pengulangan pada kata jambu menyatakan makna yang sama dengan makna yang dinyatakan oleh kayta
meskipun,ialah makna ‘ tak bersyarat ‘ Contoh : - duri-duri diterjang : meskipun duri ‘ diterjang ‘
- darah-darah diminum : meskipun darah diminum 4.
Menyatakan makna ‘ yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Dalam hal ini proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan
afiks –an. Contoh :
Kuda-kudaan : ‘ yang menyatakan kuda ‘ Rumah-rumahan : ‘ yang menyatakan rumah ‘
Anak-anakan : ‘yang menyatakan anak ‘ 5.
Menyatakan bahwa ‘perbuatan tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang –ulang’
Contoh : Berteriak-teriak : ‘ berteriak berkali-kali’
memukul-mukul : ‘ memukul berkali-kali ‘ memetik-memetik : ‘ memetik berkali-kali ‘
menyobek-nyobek : ‘ menyobek berkali-kali ‘ 6.
Menyatakan bahwa ‘ perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, atau dengan senangnya’
Contoh :
Universitas Sumatera Utara
Berjalan-jalan : ‘ berjalan dengan santainya’ Makan-makan : ‘ makan dengan santainya ‘
Minum-minum : ‘ minum dengan santainya ‘ Membaca-baca : ‘ membaca dengan santainya ‘
7. Menyatakan bahwa ‘ perbuatan pada bentuk ini dilakukan oleh dua pihak dan
saling mengenai.’Dengan kata lin pengulangan ini menyatakan makna ‘ saling’
Contoh : pukul – memukul : ‘ saling memukul ‘
pandang – memandang : ‘saling memandang ‘ kunjung – mengunjungi : ‘ saling mengunjungi ‘
8. Menyatakan ‘ hal-hal yang berhubungan dengan perkejaan yang tersebut pada
bentuk dasar ‘ Contoh :
Cetak-mencetak : ‘ hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan mencetak ‘
Jilid-menjilid : ‘ hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan menjilid’
9. Menyatakan makna ‘ agak ‘
Contoh : kemerah–merahan : ‘ agak merah ‘
kehitam–hitaman : ‘ agak hitam kebiru–biruan : ‘ agak biru ‘
Universitas Sumatera Utara
10. menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapt dicapai’. Dalam hal
ini pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks se-nya. Contoh:
sepenuh-penuhnya : ‘tingkat penuh yang paling tinggi yang dapat dicapai;sepenuh mungkin’.
serajin-rajinnya :’tingkat rajin yang paling tinggi yang dapat dicapai;serajin mungkin’.
11. Selain dari makna-makna yang tersebut di atas, terdapat juga proses pengulangan yang sebenarnya tidak mengubah arti bentuk dasarnya,
melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan. Contoh:
kata: mengharapkan dengan mengharap-harapkan, membedakan dengan membeda-bedakan.
Adapun makna dan fungsi reduplikasi menurut Badudu 1978: 24-27 adalah sebagai berikut :
1. pengulangan kata benda
1 menyatakan ‘ bermacam – macam ‘ contoh :
buah -buahan sayur -sayuran
2 menyatakan benda menyerupai bentuk dasar itu contoh :
orang -orangan
Universitas Sumatera Utara
rumah-rumahan 2. pengulangan kata kerja
1 menyatakan ‘ pekerjaan yang dilakukan berulang – ulang atau berkali-
kali’ contoh :
meloncat – loncat menarik – narik
2 menyatakan aspek ‘duratif yaitu pekerjaan, perbuatan, atau keadaan
berlangsung lama’ contoh :
berenang-renang disimpan – simpan
3 menyatakan ‘ bermacam-macam pekerjaan’
contoh : sulam-menyulam
cetak-mencetak 4
menyatakan ‘pekerjaan yang dilakukan oleh dua pihak ; berbalasan‘ contoh :
tembak – menembak bersaing – saingan
3. pengulangan kata sifat 1
menyatakan makna ‘lebih insensitas’ contoh :
Universitas Sumatera Utara
berjalan cepat-cepat Kerjakan baik- baik
2 menyatakan ‘sampai atau pernah‘
contoh : habis-habisan
bosan-bosanan 3
pengulangan dengan awalan – se dan akhiran – nya menyatakan makna ‘ superlatif paling
contoh : setinggi-tingginya
sebaik-baiknya 4
pengulangan yang menyatakan ‘melemahkan arti kata sifat itu’ atau makna ‘ agak ‘
contoh : pening-pening
sakit-sakit 5
pengulangan yang seolah–olah menjadi ungkapan dalam bahasa Indonesia makna pengulangannya kurang jelas.
contoh : menakut- nakuti
4. pengulangan kata bilangan 1
menyatakan makna ‘ satu demi satu ‘ contoh :
mereka masuk ruangan satu- satu
Universitas Sumatera Utara
2 pengulangan kata satu tambahan akhiran – nya menyatakan makna ‘hanya
satu’ contoh :
ini adalah anak satu-satunya 3
pengulangan dengan kata satu-satu, tiga-tiga, empat–empat, dan seterusnya menyatakan makna ‘ sekaligus dua, tiga, empat, dan
seterusnya’ contoh :
buah apel ini lima- lima sebungkus 4
pengulangan berpuluh–puluh, beratus–ratus, beribu–ribu, dan seterusnya menyatakan makna ‘ kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya’
contoh : beribu- ribu
berjuta-juta
Pada bahasa Karo, reduplikasi itu dapat dilihat pada kata-kata berikut : Nini – nini nini
‘nenek-nenek’ Iketen – iketen iketen
‘ikatan-ikatan’ Mbagi – bagiken membagiken ‘membagi-bagikan’
Pemena – mena pemena ‘pertama-tama’
Ikata – kataken ikataken ‘dikata-katakan’
Jajorok jarok ‘gayung’
Megara – garaen gara ‘merah-kemerahan’
Erlebuh – lebuh lebuh ‘memanggil-manggil’
Universitas Sumatera Utara
Erton – ton ton ‘berton-ton’
Reduplikasi di atas memperlihatkan bahwa tiap-tiap kata dapat dikembalikankan pada bentuk yang lebih sederhana disebut dasar. Selanjutnya,
kata yang bertugas sebagai dasar itu ada yang dapat pula dipulangkan pada bentuk yang lebih sederhana lagi yang juga merupakan dasar. Terlihat pula bahwa masing
– masing kata merupakan hasil proses pengulangan sebagian atau seluruh bentuk kata yang dianggap menjadi dasarnya. Proses yang menghasilkan kata – kata di
atas disebut proses reduplikasi yang selanjutnya dapat diperinci berdasarkan unsur dasar yang mengalami pengulangan. Reduplikasi yang mengulang hanya sebagian
unsur dasar biasanya gugus KV – suku pertama atau kedua suku terakhir dasar disebut reduplikasi parsial R
p
Pada bentuk – bentuk reduplikasi tertentu, dasar kata yang dapat dianggap langsung menurunkan bentuk R dapat dengan mudah ditentukan; misalnya, nini
pada nini-nini. Pada bentuk-bentuk R lain, nampaknya tak selalu mudah untuk menentukan dasarnya. Bentuk pemena-mena, misalnya dapat dikatakan
diturunkan dari bentuk pemena, sehingga R yang menghasilkannya ialah R K = konsonan, V = vokal, dan reduplikasi yang
mengulang seluruh dasar kata reduplikasi penuh R
p
. Akan tetapi, kata itu dapat dianggap diturunkan dari pengulangan penuh bentuk
mena. Mengingat adanya kata-kata tertentu yang jika diulang hanya mungkin terdapat dengan afiks, misalnya, erton-ton yang langsung diturunkan dari ton,
karena bentuk erton tidak mungkin, dalam simbolisasinya bentuk – bentuk reduplikasi seperti pemena-mena, mbagi-bagiken, ikata-kataken, dan erton-ton,
dituliskan sebagai reduplikasi penuh ditambah afiksasi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, bentuk-bentuk reduplikasi dapat terdiri dari konstituen dasar dan konstituen ulang duplicate. Pada bentuk nini-nini, misalnya, konstituen
dasar menempati posisi 1 dan konstituen ulangnya -nini menempati posisi 2. tergantung pada posisi konstituen ulangnya, redpulikasi selanjutnya dapat
diperinci menjadi reduplikasi arah kanan atau redpulikasi arah kiri. Apabila konstituen ulangnya terdapat pada posisi 2, reduplikasi disebut reduplikasi arah
kanan, dan ia disebut arah-arah kiri jika konstituen ulangnya menempati posisi 1; nini-nini, mbagi-bagiken
adalah contoh reduplikasi arah kanan. Erlebuh-lebuh adalah contoh reduplikasi arah kiri.
Di atas telah disinggung bahwa reduplikasi adalah proses morfemis yng mengubah bentuk kata yang dikenainya. Sekarang perlu diketahui apakah
perubahan yang terjadi dapat dihubungkan dengan suatu arti dengan perkataan lain : apakah proses tersebut “meaningful”. Jika arti setiap bentuk reduplikasi di
atas dibandingkan dengan arti kata yang dikenainya akan segera tampak bahwa perubahan bentuk dapat dihubungkan dengan arti tertentu. Hal ini sesuai dengan
prinsip umum semantik bahwa “bila bentuk berbeda, maknanya berbeda pula” Verhaar, 1977.
2.6 Simbolisasi Bentuk Reduplikasi