UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sediaan gel dipilih karena berdasarkan penelitian Prabawati, 2015 yaitu sediaan gel memiliki daya penetrasi ke dalam barrier kulit yang lebih cepat dan
kadar etil p-metoksisinamat yang didapat lebih besar nilainya dibanding sediaan krim dan salep. Kemudian sediaan gel mempunyai keuntungan lain yaitu
penyimpanannya stabil dalam jangka waktu lama, memiliki penampilan yang baik, pembawa yang baik untuk diaplikasikan pada kulit dan selaput lendir,
pelepasan obat yang tinggi serta absorpsi penyerapan yang cepat Marriott et al., 2010.
Pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna dan bau. Gel yang dihasilkan memiliki bentuk setengah padat yang merupakan karakteristik dari sediaan gel itu
sendiri. Warna putih yang dihasilkan dari warna kristal etil p-metoksisinamat serta merupakan warna dari masing-masing eksipien gel, sifat transparant yang dimiliki
oleh gel itu sendiri didapat dari gelling agent yang digunakan Karbopol 940 selain memberikan sifat transparant, karbopol 940 memberikan sifat mengembang
pada sediaan gel. Pada beberapa konsentrasi gel, memiliki perubahan warna yang berwarna transparan menjadi warna putih. Semakin tinggi konsentrasi senyawa
yang terkandung, maka warna yang dihasilkan akan semakin putih. Begitu pula halnya dengan aroma khas dari senyawa etil p-metoksisinamat dari gel dengan
konsentrasi 1, 3 dan 5. Semakin tinggi konsentrasi senyawa, maka semakin tercium aroma khas senyawa etil p-metoksisinamat dalam sediaan gel. Pengujian
homogenitas merupakan pengujian terhadap ketercampuran eksipien sediaan gel yang menunjukkan susunan yang homogen. Hasil dilakukan terhadap basis gel
serta gel dengan konsentrasi 1, 3 dan 5. Hasil pengujian gel konsentrasi 1 menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran halus,
sedangkan pada pengujian gel konsentrasi 3 dan 5 menunjukkan bahwa sediaan gel terdispersi homogen, dispersi padatan dan stabil. Hal tersebut menurut
Mose 2014 termasuk ke dalam sistem koloid dengan karakteristik seperti: sediaan tampak homogen, dispersi padatan serta umumnya stabil.
4.6 Komisi Etik Penelitian
Penelitian ini telah lolos kaji etik oleh komite etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Lampiran 6.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.7 Pengukuran Bobot Tikus
Pengukuran bobot tikus, baik pada kelompok kontrol negatif KN, kelompok kontrol positif KP, uji konsentrasi rendah 1 UKR, uji konsentrasi sedang 3
UKS dan uji konsentrasi tinggi 5 UKT, dan dapat dilihat pada gambar 4.2 lampiran 13.
Gambar 4.2 Grafik rerata bobot tikus tiap kelompok gram
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih jantan galur sprague dawley berusia 10-12 minggu. Tikus yang digunakan
merupakan tikus yang sehat dengan bobot sekitar 150-200 gram. Tikus betina tidak digunakan untuk menghindari pengaruh faktor hormonal estrogen dan
progesteron dalam penyembuhan luka Putri, 2013. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu 3 kelompok uji yang diberikan perlakuan dengan konsentrasi
senyawa yang berbeda 1, 3 dan 5, kelompok kontrol negatif yang diberikan basis gel dan kelompok kontrol positif yang diberikan gel
Bioplacenton
®
. Hewan uji kemudian diaklimatisasi selama 1 minggu agar dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang baru. Setiap kelompok tikus
putih jantan ditempatkan pada kandang yang berbeda dengan kepadatan kandang masing-masing 2 ekor dengan kondisi kandang diberi penyekat diantara kedua
ekor tikus tersebut. Selama aklimatisasi hingga pengujian dilakukan pengamatan kondisi umum serta penimbangan bobot tikus. Mayoritas dari hewan uji pada saat
50 100
150 200
250
Hari ke-1 Hari ke-8
Hari ke-15 Hari ke-22
KN KP
UKR UKS
UKT
Hari Pengamatan B
e ra
t B
a d
a n
T iku
s g
ra m
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
proses aklimatisasi mengalami peningkatan bobot, tetapi pada saat dilakukan pengujian, bobot tikus mengalami penurunan yang signifikan, dikarenakan faktor-
faktor tertentu, seperti kondisi kesehatan, kondisi organ tubuh, imunitas dan beberapa faktor relatif lain. Menurut penelitian Sihombing dan Tuminah 2011
salah satu faktor kenaikan bobot tikus adalah pakan. Komposisi pakan harus tetap dikontrol dengan baik, bila terjadi penurunan salah satu kandungan protein atau
lemak akan berdampak pada penampilan tikus seperti bulu relatif kasar, lebih agresif dan bobot tikus rendah serta pemeliharaan dan pengembangan hewan uji.
Lingkungan berperan untuk kesehatan hewan, seperti sarana kandang harus terpenuhi dengan ventilasi, suhu dan kelembaban dapat diatur secara optimum.
Ventilasi yang baik akan menurunkan kemungkinan penyebaran penyakit pada hewan uji. Dengan demikian kualitas hewan uji dapat terjaga, sedangkan kondisi
lingkungan dan sanitasi tempat hewan uji masih kurang memenuhi persyaratan dikarenakan keterbatasan sarana dan tempat. Grafik bobot tikus dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
4.8 Pengamatan Visual Luka Terbuka