UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
proses aklimatisasi mengalami peningkatan bobot, tetapi pada saat dilakukan pengujian, bobot tikus mengalami penurunan yang signifikan, dikarenakan faktor-
faktor tertentu, seperti kondisi kesehatan, kondisi organ tubuh, imunitas dan beberapa faktor relatif lain. Menurut penelitian Sihombing dan Tuminah 2011
salah satu faktor kenaikan bobot tikus adalah pakan. Komposisi pakan harus tetap dikontrol dengan baik, bila terjadi penurunan salah satu kandungan protein atau
lemak akan berdampak pada penampilan tikus seperti bulu relatif kasar, lebih agresif dan bobot tikus rendah serta pemeliharaan dan pengembangan hewan uji.
Lingkungan berperan untuk kesehatan hewan, seperti sarana kandang harus terpenuhi dengan ventilasi, suhu dan kelembaban dapat diatur secara optimum.
Ventilasi yang baik akan menurunkan kemungkinan penyebaran penyakit pada hewan uji. Dengan demikian kualitas hewan uji dapat terjaga, sedangkan kondisi
lingkungan dan sanitasi tempat hewan uji masih kurang memenuhi persyaratan dikarenakan keterbatasan sarana dan tempat. Grafik bobot tikus dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
4.8 Pengamatan Visual Luka Terbuka
Pengamatan luka dilakukan setiap hari untuk melihat perubahan fisik yang terjadi pada daerah perlukaan. Tikus uji dan tikus kontrol, diamati perubahan-
perubahan dalam proses penyembuhan luka secara visual dan pengamatan dimulai dari hari ke-0 hingga hari ke-14 pada setiap kelompok. Hasil pengamatan visual
luka terbuka dapat dilihat pada Tabel 4.3.
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3 Hasil pengamatan visual luka terbuka Kelompok
Tikus Keterangan
Pengamatan Fisiologis Hari Ke- 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 Kontrol
Negatif Warna
M C
C C
C C
C C
C MM
MM MM
P P
P Terbentuk scab
- -
√ √
√ √
√ √
√ -
- -
- -
- Terbentuk kulit
baru -
- -
- -
- -
- -
√ √
√ √
√ √
Kontrol Positif
Warna M
C C
C C
C C
C MM
MM MM
P P
P P
Terbentuk scab -
- √
√ √
√ √
√ -
- -
- -
- -
Terbentuk kulit baru
- -
- -
- -
- -
√ √
√ √
√ √
√ Konsentrasi
rendah 1
Warna M
C C
C C
C C
M MM
MM MM
P P
P P
Terbentuk scab -
- √
√ √
√ √
√ -
- -
- -
- -
Terbentuk kulit baru
- -
- -
- -
- -
√ √
√ √
√ √
√ Konsentrasi
sedang 3
Warna M
C C
C C
C C
C C
M M
M M
M P
Terbentuk scab -
- √
√ √
√ √
√ √
- -
- -
- -
Terbentuk kulit baru
- -
- -
- -
- -
- √
√ √
√ √
√ Konsentrasi
tinggi 5
Warna M
C C
C C
C C
C M
M M
M M
M M
Terbentuk scab -
- √
√ √
√ √
√ √
- -
- -
- -
Terbentuk kulit baru
- -
- -
- -
- -
- √
√ √
√ √
√
Ket: Merah M; Cokelat C; Merah muda MM; Putih P; Ada √ ; Tidak ada - Catatan: terbentuknya scab menunjukkan fase proliferasi tahap awal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengamatan secara visual yang diamati meliputi keadaan perubahan warna luka, terbentuknya scab keropeng serta terbentuknya kulit baru. Terbentuknya
scab keropeng pada kelompok kontrol negatif dan kontrol positif adalah rata- rata dimulai dari hari ke-2, terbentuknya kulit baru pada kelompok kontrol negatif
terjadi rata-rata pada hari ke-9, sedangkan untuk kelompok kontrol positif terjadi rata-rata pada hari ke-8.
Pada kelompok uji konsentrasi 1, 3 dan 5 terbentuknya scab keropeng dimulai hari ke-2, kelompok uji konsentrasi 1, terbentuknya kulit baru terjadi
rata-rata pada hari ke-8 sedangkan untuk kelompok uji konsentrasi 3 dan 5 terbentuknya kulit baru terjadi rata-rata pada hari ke-9.
Menurut penelitian Mawarsari 2015 Perubahan warna pada kelompok kontrol negatif, positif serta pada kelompok uji konsentrasi 1, 3 dan 5
terjadi seiring dengan mulai mengeringnya luka dan proses penyembuhan luka. Pembentukan keropeng menunjukkan proses penyembuhan luka memasuki fase
proliferasi tahap awal Agustina, 2011. Pengamatan secara visual menunjukkan bahwa kondisi luka yang awalnya dalam kondisi lembab, terlihat segera
mengering setelah terbentuknya keropeng. Keropeng yang terbentuk di atas permukaan membentuk homeostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme. Kecepatan terbentuknya keropeng menunjukkan kecepatan penyembuhan luka Aponno et al., 2014. Pada fase ini ditandai dengan
pembentukan jaringan granulasi pada luka fibroblas dan sel inflamasi fase ini terjadi pada hari ke 3-14 Prabakti, 2005. Hasil tersebut, menunjukkan bahwa
kecepatan penyembuhan luka pada kelompok uji konsentrasi 1 hampir sama dengan kelompok kontrol positif yaitu dalam rentang terbentuknya keropeng
hingga terbentuknya kulit baru antara hari ke-2 hingga hari ke-8. Sedangkan penyembuhan luka pada kelompok uji konsentrasi 3 dan 5 hampir sama
dengan kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan basis gel dalam rentang hari ke-2 hingga hari ke-9. Pengaplikasian sediaan dengan konsentrasi tinggi pada
permukaan luas luka yang kecil akan menyebabkan terjadinya penumpukan sediaan pada lapisan atas membran, karena terjadinya perubahan struktur
membran sebagai akibat dari konsentrasi yang tinggi, terjadi perubahan koefisien partisi antara pembawa dan sawar kulit. Sehingga zat aktif tidak sepenuhnya
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal di permukaan kulit Simanjuntak, 2006.
Pada kelompok uji konsentrasi 1 mengalami proses penyembuhan yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif. Hal ini dibuktikan pada waktu
mulai terbentuknya scab keropeng dan waktu terbentuknya kulit baru. Perubahan warna luka terjadi seiring dengan mulai mengeringnya luka. Proses
lepasnya keropeng bersamaan dengan proses keringnya luka. Hal ini menandakan sudah terjadinya pertumbuhan sel-sel baru pada kulit sehingga membantu
mempercepat lepasnya keropeng dan merapatnya tepi luka sehingga terbentuknya kulit baru Aponno et al., 2014.
4.9 Pegukuran Persentase Penyembuhan Luka