33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian 1 dan 2, Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia serta
Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 hingga Mei 2016.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik AND GH-202 dan Wiggen Hauser, beaker glass, batang pengaduk, spatula,
mortar dan stamfer, kapas, tissue, kaca objek dan penutupnya, corong, pipet tetes, gelas ukur, erlenmeyer, hot plate, kaca arloji, rotary evaporator, kulkas, lemari
asam, termometer, alumunium foil, pot sediaan, timbangan hewan Ohauss, kandang tikus beserta tempat makanan dan minum, spuit 1 cc, pinset, gunting
bedah, alcohol swab, wadah pembius dan mikroskop cahaya Olympus SZ61.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan uji yang digunakan adalah senyawa etil p-metoksisinamat yang diisolasi dari ekstrak kencur Kaempferia galanga L.. Rimpang kencur diperoleh
dari BALITRO, Bogor. Jawa Barat dan di determinasi di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi
– Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LIPI.
Bahan kimia yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pakan tikus berupa pellet, akuadest, n-heksan, gel Bioplacenton
®
, cairan injeksi Ketamin 50 mgml, Veet
®
, larutan Hematoxylin-eosin, eter, disinfektan, karbopol 940, propilenglikol, metil paraben nipagin, propil paraben nipasol, natrium
metabisulfit, trietanolamin, alkohol 96, air suling.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.3 Hewan Uji
Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang sehat berumur 2,5-3 bulan dengan bobot badan
150-200 gram yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan FKH, Institut Pertanian Bogor.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen murni dengan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan beberapa kondisi perlakuan. Perlakuan dikelompokkan
menjadi 5 bagian dengan jumlah total tikus yang digunakan 30 ekor di mana 5 ekor tikus digunakan untuk pengamatan persentase penyembuhan luka dan 1 ekor
dari masing-masing kelompok diambil untuk pengamatan histopatologis. Lima kelompok tersebut terdiri dari kelompok kontrol negatif yang diberikan basis gel,
kontrol positif dengan diberikan sediaan gel Bioplacenton
®
, dan 3 kelompok perlakuan yang diberikan gel senyawa etil p-metoksisinamat dengan konsentrasi
yang berbeda Ameri et al., 2008. Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Hewan Uji Berdasarkan Perlakuan
Kelompok Jumlah
tikus Perlakuan
Lama perlakuan
Parameter yang diamati
Kontrol Negatif
6 Kelompok 1, daerah dorsal sekitar
3 cm dari auricula tikus dilukai dan dioleskan Basis gel 2x1 hari
14 hari
Parameter visual dan
parameter histopatologi
Kontrol Positif
6 Kelompok 2, daerah dorsal sekitar
3 cm dari auricula tikus dilukai dan dioleskan dengan gel
Bioplacenton® 2x1 hari 14 hari
Uji Konsentrasi
Rendah 6
Kelompok 3, daerah dorsal sekitar 3 cm dari auricula tikus dilukai
dan dioleskan gel senyawa EPMS 1 2x1 hari
14 hari Uji
Konsentrasi Sedang
6 Kelompok 4, daerah dorsal sekitar
3 cm dari auricula tikus dilukai dan dioleskan gel senyawa EPMS
3 2x1 hari 14 hari
Uji Konsentrasi
Tinggi 6
Kelompok 5, daerah dorsal sekitar 3 cm dari auricula tikus dilukai
dan dioleskan gel senyawa EPMS 5 2x1 hari
14 Hari
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan: Parameter visual meliputi: perubahan warna, terbentuknya scab keropeng,
pembentukan kulit baru, persentase penyembuhan luka. Parameter histopatologi meliputi: pembentukan pembuluh darah baru
neokapilerisasi, pertumbuhan pada jaringan ikat fibroblas dan keberadaan sel radang makrofag.
3.4 Kegiatan Penelitian