UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
didalamnya terkandung ekstrak plasenta yang berperan dalam menstimulasi proses regenerasi sel sedangkan neomisin sulfat berperan sebagai bakterisidal
Dewi, 2010. Dalam hal ini aktivitas gel Bioplacenton
®
dapat berperan dalam menstimulasi proses regenerasi sel seperti merangsang re-epitelisasi dan
pembentukan jaringan ikat fibrokolagen serta mencegah timbulnya infeksi pada luka yang dapat menghambat proses penyembuhan luka Dewi, 2010.
Berdasarkan hasil persentase penyembuhan luka, data yang telah dikuantifikasi menggunakan program ImageJ, kemudian data dibuat dalam
bentuk persen dan SD untuk mengetahui persentase peningkatan kesembuhan luka pada hewan uji lampiran 14. Berdasarkan hasil kuantifikasi persentase
penyembuhan luka tikus dapat dikatakan bahwa gel etil p-metoksisinamat konsentrasi 1 memiliki aktivitas penyembuhan luka lebih cepat yakni luka
menutup pada hari ke-9 dengan rerata persentase kesembuhan luka 95,25 bila dibandingkan dengan gel etil p-metoksisinamat konsentrasi 3 dan 5 maupun
kontrol negatif dan positif.
4.10 Pengamatan Preparat Histopatologi
Pengamatan preparat histopatologi dilakukan pada saat pengujian berlangsung, setiap tikus diberikan gel etil p-metoksisinamat pada luka sebanyak
±200 mg menutupi keseluruhan bagian luka dua kali sehari, yaitu di pagi dan sore hari selama 14 hari setelah pembuatan luka pada tikus. Pada hari ke-7, masing-
masing 1 ekor tikus dari tiap kelompok, dibunuh dengan cara dibius dengan eter secara inhalasi dengan dosis berlebih, kemudian jaringan kulit tikus diambil untuk
pembuatan preparat histopatologi. Pengamatan preparat jaringan kulit tikus dilakukan menggunakan mikroskop cahaya Olympus SZ61 secara deskriptif
pada perbesaran 10x hingga 40x untuk menilai parameter histopatologi pembentukan pembuluh darah baru [neokapilerisasi], pertumbuhan pada jaringan
ikat [fibroblas] dan keberadaan sel radang [makrofag] yang berperan dalam penyembuhan luka. Gambar histopatologi kulit tikus bagian luka dapat dilihat
pada tabel berikut:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Preparat Histopatologi Hari Ke-7 Kelompok
Perbesaran 10x
20x 40x
KN
KP
UKR
UKS
UKT
Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Preparat Histopatologi Hari Ke-7
Ket: Pembuluh darah;
Makrofag; Fibroblas
kontrol negatif KN; kontrol positif KP; uji konsentrasi rendah UKR; uji konsentrasi sedang UKS; uji konsentrasi tinggi UKT
Hasil penilaian parameter pada pengamatan preparat histopatologi pada hari ke-7 yang dilakukan menggunakan mikroskop cahaya Olympus SZ61 dapat
dilihat pada tabel 4.5.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.5 Hasil penilaian parameter pada preparat hari ke-7 Kelompok tikus
Neokapilerisasi Fibroblas
Keberadaan sel radang makrofag
Kontrol negatif +
+ ++
Kontrol positif +++
++ +
UKR gel EPMS 1 ++
+++ +
UKS gel EPMS 3 ++
+++ +
UKT gel EPMS 5 ++
++ +
Ket: + terdapat sedikit makrofag, fibroblas dan neokapilerisasi 20 ++ terdapat banyak makrofag, fibroblas dan neokapilerisasi 50
+++ terdapat lebih banyak makrofag, fibroblas dan neokapilerisasi 1-100 - tidak terdapat makrofag, fibroblas dan neokapilerisasi
Pembuatan preparat pada hari ke-7 dikarenakan proses re-epitelisasi yang biasanya menutup luka sudah memasuki tahap akhir. Secara mikroskopis,
pengamatan yang dilakukan pada hari ke-7 teramati pada kelompok uji dan kelompok kontrol positif terbentuknya neokapilerisasi dan jaringan ikat
fibroblas dengan nilai 50 pembuluh darahlapang pandang dibanding dengan kelompok kontrol negatif yang jumlah pembuluh darah dan jaringan ikat yang
terbentuk lebih sedikit. Neokapilerisasi menunjukkan bahwa terdapat banyak pembuluh darah baru yang akan berkembang menjadi percabangan baru pada
jaringan luka. Pembuluh darah memiliki peranan penting dalam perbaikan jaringan untuk memberikan asupan nutrisi bagi jaringan yang sedang beregenerasi
Prasetyo et al., 2010. Terbentuknya jaringan ikat fibroblas merupakan sel pada jaringan ikat yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka. Fibroblas
merupakan sel pada jaringan ikat yang berpengaruh dalam proses penyembuhan. Fibroblas mempunyai kemampuan kontraktil yang disebut miofibroblas, yang
mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan berlangsungnya proses penyembuhan, fibroblas pun
semakin bertambah Napanggala et al., 2014. Terbentuknya makrofag pada kelompok uji dan kelompok kontrol menunjukkan jumlah yang berbeda, pada
kelompok uji jumlah makrofag yang terbentuk lebih sedikit dari jumlah makrofag pada kelompok kontrol negatif 20 makrofaglapang pandang. Makrofag atau
sel radang merupakan sel jaringan pertahanan seluler kedua setelah sel neutrofilpolimorfo nuclear cell PMN yang menunjukkan adanya fagositosis dari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bakteri dan sel-sel rusak yang mampu memfagosit 100 bakteri hingga pada akhirnya lisis Prasetyo et al., 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok
uji, dengan terbentuknya neokapilerisasi dan fibroblas serta berkurangnya jumlah makrofag menunjukkan bahwa penyembuhan luka telah memasuki fase
proliferasi. Pada penelitian ini, aktivitas senyawa etil p-metoksisinamat dalam proses
penyembuhan luka terbuka, menunjukkan hasil yang signifikan dalam penurunan luas luka serta persentase penyembuhan luka. Senyawa etil p-metoksisinamat
mempengaruhi penyembuhan luka pada fase inflamasi dan fase proliferasi. Pengaruh pada fase inflamasi terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-5 yang
menunjukkan jumlah makrofag mendominasi. Makrofag mempunyai kemampuan menfagosit 100 bakteri hingga pada akhirnya lisis. Dengan demikian, jumlah sel
makrofag yang terdapat pada kelompok uji konsentrasi 1, 3, 5 dan kontrol positif dengan jumlah yang lebih rendah, menunjukkan bahwa fase inflamasi
terjadi lebih cepat dibanding dengan kelompok kontrol negatif. Diketahui bahwa pengaruh pemberian gel etil p-metoksisinamat mempunyai kemampuan untuk
mempercepat fase inflamasi dengan memicu makrofag untuk memfagosit bakteri di sekitar luka. Pengaruh pemberian gel etil p-metoksisinamat pada fase
proliferasi ditunjukkan pada pengamatan visual luka, di mana waktu terbentuknya scab keropeng pada ketiga kelompok uji rata-rata pada hari ke-2 menunjukkan
luka telah memasuki fase proliferasi yang sama dengan kelompok kontrol negatif. Namun, setelah diamati secara mikroskopik kelompok kontrol negatif tidak
menunjukkan percepatan pada fase inflamasi, karena pada hari ke-7, terdapat banyak makrofag yang menandakan bahwa fase inflamasi masih berlangsung.
Berdasarkan penelitian Umar et al., 2012 senyawa etil p-metoksisinamat memiliki kemampuan antiinflamasi yang sangat baik secara in vitro. Selain
memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi, senyawa etil p-metoksisinamat juga memiliki efek analgesik yang mampu mengurangi rasa sakit serta memiliki efek
angiogenesis proses pembentukan pembuluh darah baru yaitu suatu proses penyembuhan dari inflamasi yang sudah kronis dan menjadi prekursor potensial
untuk pengembangan agen terapi yang potensial untuk mengobati penyakit yang melibatkan peradangan dan angiogenesis Umar et al., 2014.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam penelitian Tara et al 2006 dijelaskan bahwa ekstrak alkohol Kaempferia galanga L. memiliki aktivitas penyembuhan luka bakar yaitu
terbentuknya jaringan granulasi pada luka fase proliferasi dan memiliki peningkatan yang lebih besar antara kelompok uji dengan kelompok kontrol,
mengacu pada penelitian tersebut diketahui ekstrak Kaempferia galanga L. memiliki komponen senyawa etil p-metoksisinamat yang berpotensi sebagai
penyembuh luka, baik luka terbuka maupun luka bakar.
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas etil p-metoksisinamat terhadap penyembuhan luka terbuka pada tikus putih rattus norvegicus jantan galur
spague dawley diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara visual, gel etil p-metoksisinamat pada konsentrasi 1, 3 dan 5
menunjukkan perbedaan pada perubahan warna, pembentukan scab keropeng dan terbentuknya kulit baru dengan kelompok kontrol negatif
dan positif. 2. Gel etil p-metoksisinamat diamati secara histopatologi dapat mempercepat
neokapilerisasi dan terbentuknya fibroblas 3. Gel etil p-metoksisinamat diamati secara histopatologi pada hari ke-7
terdapat sedikitnya jumlah makrofag yang menandakan bahwa penyembuhan luka telah memasuki fase proliferasi pada kelompok uji dan
kontrol positif dibandingkan dengan kontrol negatif 4. Secara statistik, gel etil p-metoksisinamat pada konsentrasi 1, 3 dan
5 tidak menunjukkan persentase penyembuhan luka yang berbeda bermakna p ≥ 0,05 dengan kelompok kontrol negatif dan positif
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut: 1. Perlu dilakukan pengamatan histopatologi lebih lanjut pada beberapa
interval waktu yang mewakili periode fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling.
2. Perlu adanya kelompok kontrol negatif yang tidak menerima perlakuan apapun, untuk meminimalisir data bias
3. Kondisi lingkungan selama perlakuan harus dijaga tetap steril untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri selama proses penyembuhan
luka.