Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak kencur telah diteliti oleh Umar et al. 2012 diantaranya ialah asam propionate 4,7, pentadekan 2,08, asam
tridekanoat 1,81, 1,21-docosadiene 1,47, beta-sitosterol 9,88 dan komponen yang terbesar yaitu Etil p-metoksisinamat 80,05.
Etil p-metoksisinamat EPMS merupakan komponen terbesar yang dimiliki oleh kencur. Berdasarkan penelitian Umar et al. 2012 secara in vitro, EPMS
sangat berpotensi sebagai efek anti-inflamasi yang signifikan dalam pengobatan peradangan melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase 1 COX-1
42,9 dan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase 2 COX-2 57,82, dengan nilai IC
50
untuk COX-1 1,12µM dan untuk COX-2 0,83 µM. Selanjutnya, Umar et al. 2014 menyatakan bahwa EPMS menghasilkan efek anti-inflamasi
dan efek analgesik. EPMS juga memiliki efek angiogenesis proses pembentukan pembuluh darah baru. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa EPMS dapat
menjadi prekursor potensial untuk pengembangan agen terapi yang potensial untuk mengobati penyakit yang melibatkan peradangan dan angiogenesis.
Berdasarkan uraian di atas bahwa kandungan EPMS yang terdapat di dalam kencur mempunyai efek anti-inflamasi, analgesik dan angiogenesis yang sangat
baik sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senyawa EPMS terhadap
kecepatan penyembuhan luka pada tikus putih Rattus norvegicus jantan galur Sprague Dawley dengan metode Morton selama 14 hari. Parameter yang akan
dinilai dalam luka adalah pengamatan secara visual, seperti perubahan warna, terbentuknya scab keropeng, pembentukan kulit baru, persentase penyembuhan
luka, dan parameter histopatologi seperti pembentukan pembuluh darah baru neokapilerisasi, pertumbuhan pada jaringan ikat fibroblas dan keberadaan sel
radang makrofag.