produk-produk unggulan untuk kebutuhan pasar lokal maupun untuk tujuan ekspor.
c. Budidaya Perikanan
Kegiatan budidaya perikanan memerlukan lahan yang subur, untuk itu diperlukan kotoran ternak sebagai pupuk dasar. Pupuk dasar ini berguna untuk
menumbuhkan phytoplankton yang merupakan pakan ikan terutama untuk benih. Oleh karena itu dengan integrasi antar subsektor dalam sistem pertanian terpadu
kegiatan budidaya dan pembenihan dapat dikembangkan. Lebih lanjut dalam pengembangan perikanan ini masih lagi perlu dikebangkan pakan-pakan alternatif
yang dapat menjadi substitusi atau menjadi pakan tambahan menggantikan pakan buatan yang harganya relatif mahal di pasaran. Pakan alternatif tersebut antara
lain ulat belatung yang dikembangbiakkan dengan media sludge limbah pabrik pengolahan kelapa sawit, budidaya cacing tanah, dan sebagainya untuk
memperkecil biaya produksi. Kegiatan ini selanjutnya diharapkan memberikan nilai tambah peningkatan keuntungan usaha tani yang dikembangkan anggota
kelompok tani. Namun perlu diperhatikan secara serius bahwa pengembangan budidaya
perikanan memerlukan suatu studi kelayakan terkait kualitas air sebagai media tumbuh, bibit yang berkualita, dan ketersediaan pakan ikan alternatif. Budidaya
dengan mengandalkan pakan buatan pabrik berupa pelet, umumnya sangat berat bagi petani.. Bila peluang budidaya dapat dilakukan sesuai studi kelayakan diatas
maka perikanan layak dikembangkan sebagai usaha yang profitable.
d. Pengembangan Industri kecil
Sektor industri kecil merupakan wadah untuk menampung hasil-hasil produksi pertanian dalam upaya untuk memberikan nilai tambah maupun akibat
kelebihan produksi over produksi. Melalui sektor ini kegiatan pengolahan pasca panen seperti sortasi, pengolahan, dan pengemasan dapat dilaksanakan sehingga
produk-produk yang dihasilkan mempunyai nilai tambah yang tinggi dan selanjutnya di pasar akan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi pula.
Keberadaan sektor ini sangat dibutuhkan dalam upaya mempersiapkan kelimpahan-kelimpahan hasil produksi dan akan memacu masyarakat untuk lebih
giat berproduksi tanpa ketakutan akan tidak tertampungnya hasil pertanian mereka.
Konsep Sistem Pertanian Terpadu atau integrated farming system IFS yang dikembangkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah konsep pertanian
yang dapat dikembangkan untuk lahan pertanian terbatas maupun lahan luas. Pada lahan terbatas atau lahan sempit yang dimiliki oleh petani umumnya konsep
ini menjadi sangat tepat dikembangkan dengan pola intensifikasi lahan. Lahan sempit akan memberikan produksi maksmimal tanpa ada limbah yang terbuang
percuma karena limbah produksi dapat dimanfaatkan kembali untuk meningkatkan kesuburan lahan. Sedangkan untuk lahan lebih luas konsep ini
akan menjadi suatu solusi mengembangkan pertanian agrobisnis yang lebih menguntungkan. Adapun komoditi unggulan dapat disesuaikan dengan keadaan
suatu daerah pengembangan, apakah pertanian, peternakan, maupun perikanan. Namun dalam prakteknya, sosialisasi dan implementasi program IFS tidak
dapat dan tidak boleh dipaksakan kepada komunitas petani karena belum tentu potensi SDA dan SDM yang ada pada kelompok tani dampingan dapat
dikembangkan sesuai konsep dan disain IFS diatas. Oleh sebab itu, CECOM Foundation memposisikan diri sebatas sebagai fasilitator yang mengedepankan
kredo pendampingan partisipatif yaitu “memulai dari sesuatu yang dimiliki masyarakat” dan “membangun dari sesuatu yang dimiliki masyarakat”, sehingga
dari sejumlah kelompok tani dampingan CECOM ada kelompok-kelompok tani yang mengembangkan usaha tani secara sederhana dan tidak mengintegrasikan
sub-sub sektor pertanian seperti pada disain IFS.
5.2. Monitoring dan Evaluasi Program IFS