giat berproduksi tanpa ketakutan akan tidak tertampungnya hasil pertanian mereka.
Konsep Sistem Pertanian Terpadu atau integrated farming system IFS yang dikembangkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah konsep pertanian
yang dapat dikembangkan untuk lahan pertanian terbatas maupun lahan luas. Pada lahan terbatas atau lahan sempit yang dimiliki oleh petani umumnya konsep
ini menjadi sangat tepat dikembangkan dengan pola intensifikasi lahan. Lahan sempit akan memberikan produksi maksmimal tanpa ada limbah yang terbuang
percuma karena limbah produksi dapat dimanfaatkan kembali untuk meningkatkan kesuburan lahan. Sedangkan untuk lahan lebih luas konsep ini
akan menjadi suatu solusi mengembangkan pertanian agrobisnis yang lebih menguntungkan. Adapun komoditi unggulan dapat disesuaikan dengan keadaan
suatu daerah pengembangan, apakah pertanian, peternakan, maupun perikanan. Namun dalam prakteknya, sosialisasi dan implementasi program IFS tidak
dapat dan tidak boleh dipaksakan kepada komunitas petani karena belum tentu potensi SDA dan SDM yang ada pada kelompok tani dampingan dapat
dikembangkan sesuai konsep dan disain IFS diatas. Oleh sebab itu, CECOM Foundation memposisikan diri sebatas sebagai fasilitator yang mengedepankan
kredo pendampingan partisipatif yaitu “memulai dari sesuatu yang dimiliki masyarakat” dan “membangun dari sesuatu yang dimiliki masyarakat”, sehingga
dari sejumlah kelompok tani dampingan CECOM ada kelompok-kelompok tani yang mengembangkan usaha tani secara sederhana dan tidak mengintegrasikan
sub-sub sektor pertanian seperti pada disain IFS.
5.2. Monitoring dan Evaluasi Program IFS
Monitoring dan evaluasi partisipatif dikembangkan sebagai model yang melibatkan semua pihak, berupa suatu kolaborasi antara field CD Officer CECOM
‘outsider’ dan kelompok tani dampingan ‘insider’ yang secara bersama-sama memutuskan bagaimana mengukur kemajuan program IFS, dan bagaimana tindak
lanjut langkah perbaikannya corrective action. Model ini tidak mencari-cari kesalahan, tetapi memberdayakan, agar dapat ditemukan corrective action yang
tepat sehingga proyek dapat berjalan dengan baik, transparan, serta mempunyai
validitas dan obyektifitas yang tinggi, sekaligus mampu memuaskan semua pihak yang terkait.
Proses monitoring program IFS pada CECOM Foundation menggunakan metode pengamatan langsung, berperan serta dan wawancara mendalam oleh field
CD Officer kemudian melakukan pencatatan pada buku monitoring yang telah disiapkan. Ada dua alat monitoring yang dikembangkan pada program IFS yaitu
1 Family Visit Monitoring, adalah satu bentuk kegiatan merekam
perkembangan program IFS yang dijalankan oleh masing-masing anggota kelompok melalui pendekatan kunjungan, pengamatan langsung dan wawancara
dengan petani dampingan. Informasi dan data monitoring dicatat pada buku Family Visit Monitoring kemudian ditandatangani oleh anggota kelompok yang
bersangkutan dan oleh pengurus kelompok yang pada saat itu bersama field CD
officer melakukan kegiatan monitoring program IFS, 2 Group Meeting Monitoring, adalah sebuah alat untuk mengukur tingkat partisipasi dan dinamika
kelembagaan kelompok tani melalui pemantauan kegiatan pertemuan-pertemuan kelompok tani. Dari pemantauan seperti ini, fasilitator pemberdayaan atau
pendamping berperan serta dalam pertemuan tersebut sekaligus merekam proses dinamika kelompok tani.
Pada program IFS ini salah satu alat yang dipilih adalah alat evaluasi
partisipatif Vectorial Project Analysis VPA yang dianggap paling sesuai untuk
menilai situasi kehidupan masyarakat. VPA adalah suatu metode evaluasi yang merupakan penggabungan antara metoda evaluasi kualitatif dan kuantitatif yang
sederhana, namun komprehensif dengan hasil yang mudah untuk dimengerti, baik untuk kepentingan evaluasi atau untuk melakukan suatu penilaian dan penjajakan
untuk kebutuhan implementasi program yang akan datang, sehingga VPA dapat digunakan untuk melihat dan mengetahui tingkat keberhasilan dan kemungkinan
keberlanjutan suatu program pemberdayaan masyarakat. Selain VPA yang akan menilai situasi kehidupan masyarakat,
pengumpulan data evaluasi yang berkaitan langsung dengan program IFS dilakukan dengan tehnik Focus Group Discussion FGD pada penerima manfaat
program. Untuk memperkaya hasil evaluasi komentar dan catatan enumerator lokal yang berkaitan dengan situasi dan kondisi di lapangan juga merupakan salah
satu masukkan yang sangat penting bagi obyektifitas hasil evaluasi ini.
VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION
6.1. Profil dan Kegiatan IFS
6.1.1. Kelompok Tani Padusi, Desa Tanjung Bungo
Kelompok Tani Poktan Padusi berada di Desa Tanjung Bungo sampai akhir tahun 2008 bernama Desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten
Kampar. Poktan Padusi merupakan salah satu kelompok tani wanita dampingan CECOM Foundation yang seluruh anggotanya adalah berprofesi sebagai ibu
rumah tangga. Sebelum terbentuk Poktan Padusi pada tahun 2006, di salah satu dusun di
Desa Kampar telah ada Poktan Pinatan yang menjadi dampingan program IFS. Proses pendampingan dan penguatan kelembagaan kepada Poktan Pinatan oleh
CECOM Foundation telah menarik perhatian masyarakat Desa Kampar, termasuk mengundang simpati bagi komunitas ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi
arisan dan pengajian wirid mingguan di desa tersebut. Selain sebagai ibu rumah tangga dan aktif di kegiatan sosial keagamaan di desa.
Selanjutnya para wanita ini berinisiatif mendatangi pendamping komunitas field CD officer CECOM Foundation yang berada di Desa tersebut, Abdi Abadi
Pelawi, dan menyampaikan minat untuk dapat menjadi kelompok tani dampingan. Akhirnya pada awal tahun 2006, berdiri Poktan Padusi dengan anggota berjumlah
12 orang wanita tani. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya Poktan Padusi merupakan efek bola salju snow balling effect dari proses pendampingan
program IFS oleh CECOM Foundation kepada Poktan Pinatan di Desa Kampar. Yang menarik, keberadaan Poktan Pinatan juga merupakan efek bola salju dari
performa Poktan Sehati, di Desa Pulau Birandang. Program IFS yang dijalankan pada Poktan Padusi pada tahun pertama
pendampingan fase persiapan adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan
main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemuan kelompok dan pelatihan dasar budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Komoditas yang
dikembangkan adalah tanaman hortikultura. Orientasi praktek bisnis Poktan
Padusi lebih ditujukan sebagai pendukung pendapatan rumah tangga supporting income, dan area budidaya diawali dengan luasan terbatas yakni lebih kurang
1000 meter persegi untuk setiap anggota. Pendapatan utama rumah tangganya bersumber dari kebun getah kebun karet yang lebih dominan dikelola oleh
suaminya. Pada tahun kedua dan ketiga pendampingan, input fisik yang diberikan
adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP
Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 persen setahun. Dengan adanya pembiayaan dalam bentuk bersubsidi tersebut, anggota kelompok tani
memperluas lahan budidayanya menjadi rata-rata 2500 meter persegi 0.25 Ha. Dalam kaitan pengembangan budidaya pertanian, Poktan Padusi
menghidupkan kembali kearifan lokal bergotong royong yang dinamakan ”batobo”. Setiap hari seluruh anggota Poktan bekerja bersama-sama pada satu
lahan milik satu anggota. Hari berikutnya dan seterusnya secara bergilir mereka bekerja bersama-sama pada lahan anggota yang lain.
Kecuali pada hari minggu mereka tidak bekerja ke ladang karena mereka berjualan hasil produksinya maupun produk lain di pasar lokal.
6.1.2. Kelompok Tani Berkat Bersama, Desa Kualu Nenas
Kelompok Tani Poktan Berkat Bersama berada di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Padusi merupakan salah
satu kelompok tani dampingan CECOM Foundation yang seluruh anggotanya adalah berprofesi sebagai petani nenas dan home industri pengolahan keripik
nenas. Sebelum didampingi oleh CECOM Foundation mereka telah
mengembangkan budidaya nenas secara turun temurun dan Poktan Berkat Bersama merupakan salahsatu dari delapan kelompok tni yang ada di desa
tersebut. Proses pendampingan Poktan ini sebagai mitra dampingan CECOM diawali ketika pengurus Poktan yang dipimpin Muslimin tertarik dengan pola
kelembagaan dan kemajuan usaha Poktan Sehati dampingan CECOM yang bearada di Desa Pulau Birandang. Selanjutnya pada tahun 2006 secara resmi
Poktan Berkat Bersama menjadi mitra dampingan CECOM Foundation dengan pendamping lapangan Abdi Abadi Pelawi. Anggota Poktan Berkat Bersama
berjumlah 12 petani dengan luas lahan pertanian berkisar tiga sampai dengan empat hektar setiap petani. Dari jumlah anggota diatas ada empat petani yang juga
memiliki usaha pengolahan pasca panen keripik nenas. Program IFS yang dijalankan pada Poktan Berkat Bersama pada tahun
pertama pendampingan fase persiapan adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan
aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemua kelompok dan penguatan sarana input produksi Poktan bagi peningkatan produktifitas tanaman
maupun pengolahan hasil nenas yang dilakukan para anggotanya. Komoditas nenas dan produk pasca panen pengolahan hasil merupakan sumber pendapatan
utama bagi keluarga anggota Poktan. Pada tahun kedua pendampingan fase penumbuhan, input fisik yang
diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan
melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 setahun. Pada tahun ketiga pendampingan fase pengembangan fasilitasi yang
dilakukan CECOM adalah memperluas area tanam dan meningkatkan produksi, packaging dan pemasaran kripik nenas. Untuk itu diperlukan penguatan
pembiayaan usaha untuk pembukaan lahan baru, pengadaan saprodi pertanian, dan penambahan mesin teknologi tepat guna. Teknologi vacuum drying untuk
mengolah buah nenas segar menjadi keripik nenas dikembangkan oleh BPTP Dinas Pertanian Propinsi Riau. Pada tahun 2008 – 2009, sentra budidaya dan
home industri berbasis nenas menarik minat Bank Perkreditan rakyat BPR Sari Madu, BUMD Pemkab Kampar dan PT. Permodalan Ekonomi Rakyat PT. PER,
BUMD Pemprop Riau untuk mulai menyalurkan kredit usaha bagi anggota Poktan Berkat Bersama.
Pada tahun 2009, Poktan Berkat Bersama bersama tujuh kelompok tani nenas lainnya di desa Kualu Nenas membentuk Gabungan Kelompok Tani
Gapoktan. Melalui Gapoktan tersebut Pemerintah Kabupaten Kampar
menyalurkan pupuk bersubsidi kepada para anggota Poktan sesuai dengan RDKK Rencana Dasar Kebutuhan Kelompok.
6.1.3. Kelompok Tani Tunas Sehati, Desa Pulau Birandang
Kelompok Tani Poktan Tunas Sehati berada di Dusun V Pematang Kulim, Desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan
Tunas Sehati berdiri pada tahun 2006. Tahun-tahun sebelumnya anggota Poktan bukan merupakan dampingan CECOM Foundation tapi mereka berprofesi sebagai
petani perkebunan yang bekerja secara individual. Sebelum terbentuk Poktan Tunas Sehati, di dusun Pematang Kulim telah
ada Poktan Sehati yang menjadi dampingan program IFS CSR PT. RAPP sejak tahun 2001 dan dilanjutkan oleh CECOM Foundation sejak tahun 2005. Sejak
tahun 2004 Poktan sehati telah memasuki fase kemandirian dan pada tahun tersebut Poktan Sehati menginisiasi terbentuknya kelembagaan P4S Pusat
Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya ”Sehati Jaya” yang sertifikasinya dikeluarkan oleh Deptan RI.
Keberadaan Poktan Sehati dan aktivitas pengembangan kapasitas petani yang dilaksanakan oleh CECOM Foundation dan P4S Sehati Jaya telah
mendorong para petani lain di Dusun Pematang Kulim untuk mengikuti jejak Poktan Sehati dan melalui fasilitasi pengurus Poktan Sehati maka para petani
tersebut mengajukan diri untuk didampingi oleh CECOM Foundation dibawah kelembagaan baru ”Poktan Tunas Sehati”. Jadi dapat disimpulkan bahwa
keberadaan Poktan Tunas Sehati juga merupakan efek bola salju dari eksistensi Poktan Sehati, di Desa Pulau Birandang.
Program IFS yang dijalankan pada Poktan Tunas Sehati pada tahun pertama pendampingan fase persiapan adalah melakukan pengorganisasian
komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemua kelompok dan
pelatihan dasar integrated farming system. Komoditas yang dikembangkan adalah tanaman pertanian hortikultura dan penggemukan sapi bali. Orientasi praktek
bisnis Poktan Tunas sehati lebih ditujukan sebagai pendukung pendapatan rumah tangga supporting income, sedangkan pendapatan utama rumah tangganya
bersumber dari perkebunan getah karet dan sawit. Pada fase persiapan ini pola bantuan input fisik berupa saprodi pertanian hortikultura yang diberikan sebagai
hibah kepada anggota kelompok. Kegiatan penggemukan sapi merupakan program penggaduhan sapi bali jantan yang diberikan kepada anggota Poktan
yang telah lulus pelatihan dasar IFS dan mampu secara swadaya membangun kandang ternak dan mengembangkan budidaya rumput sebagai sumber hijauan
makanan ternak HMT. Produk harian yang didapatkan dari penggemukan sapi ini adalah veses ternak yang selanjutnya diolah menjadi pupuk organik kompos
yang digunakan sendiri oleh anggota Poktan sebagai pupuk bagi tanaman hortikultura maupun perkebunan yang dimilikinya.
Pada tahun kedua pendampingan fase penumbuhan, input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam
kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 persen
setahun. Pada fase ini mulai diperkenalkan teknologi tepat guna untuk mengembangkan pakan ternak berbasis limbah pertanian maupun teknologi
pembuatan fine compost, sehingga orientasi produksi pengolahan kompos juga untuk dipasarkan ke masyarakat umum. Sebagai contoh, pada fase ini Muhammad
Rasyidin, ketua Poktan Tunas Sehati sudah kewalahan melayani pesanan kompos sehingga dia harus membeli bahan baku veses ternak ke para peternak lain di luar
desa Pulau Birandang. Pada tahun 2008, melalui kerjasama CECOM Foundation dengan Dinas
Peternakan Propinsi Riau, maka anggota Poktan Tunas Sehati memperoleh input fisik berupa sapi bali untuk program penggemukan dimana setelah tiga tahun
program berjalan maka sapi-sapi tersebut menjadi aset Poktan yang dapat digunakan sebagai modal bergulir revolving fund bagi calon anggota Poktan lain
yang butuh pengembangan skala usahanya. Pada tahun ketiga pendampingan fase pengembangan ini, orientasi pengembangan usaha tani Poktan Tunas Sehati
melalui program IFS berubah dari supporting income pendapatan sampingan menjadi main income pendapatan utama bagi keluarga yang berarti pendapatan
yang dihasilkan dari program IFS sudah seimbang dengan pendapatan yang dihasilkan dari sektor perkebunan karet dan atau sawit. Pada akhir tahun 2008 –
awal tahun 2009, anggota Poktan Tunas Sehati sudah dapat mengkases pinjaman PKBL dari PT. Telkom di Pekanbaru. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
PKBL ini merupakan program CSR BUMN yang memberikan pinjaman lunak bunga 6 persen setahun dengan plafon berkisar 12 – 30 juta rupiah bagi setiap
petani dengan masa pengembalian selama 36 bulan.
6.2. Peningkatan Taraf Hidup dan Pola Pikir