worksheet berbentuk persis sama dengan formulir wawancara. Pada prinsipnya hanya dilakukan pemindahan data dari bentuk hardcopy ke bentuk elektronis.
Proses pengolahan data sudah dibuat dengan menggunakan pemrograman komputer. Untuk tujuan pengolahan data yang pertama kali dilakukan dengan
membuat rata-rata skor dari setiap sub-indikator individu responden menjadi suatu rataan nilai skor pada tingkat kelompok tani. Langkah selanjutnya adalah
memasukkan data rataan dalam sistem perhitungan untuk mendapatkan besaran nilai vektor VPA sehingga grafik VPA dapat digambarkan.
3.2.3. Metode Perencanaan Program.
Metode perencanaan program dalam kajian ini menggunakan metode Logical Framework Analisis LFA, dimana dalam hal ini perencanaan dilakukan
dengan merumuskan masalah-masalah yang ada serta tujuan-tujuan pemecahan masalah yang akan dicapai secara jelas sehingga ikut mendorong tercapai mufakat
pada saat adanya pendapat dan harapan yang beda-beda.
3.3. Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar,
Propinsi Riau yang dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2008 sampai dengan 10
Februari 2009. Obyek kajian adalah analisa dampak program pengembangan
sistem pertanian terpadu atau Integrated Farming System IFS kepada kelompok tani dampingan CECOM Foundation
Alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan telah dilakukannya
program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM dalam pengembangan IFS yang telah dievaluasi secara partisipatif dengan menggunakan metode analisis
VPA pada tahun 2006 fase persiapan, dan pada tahun 2007 fase pertumbuhan. Hasil evaluasi kemajuan program pemberdayaan CECOM Foundation periode
tahun 2006-2007 tersebut telah dipublikasikan dalam bentuk buku pada tahun 2007. Peneliti tertarik mengetahui tren keberlanjutan kemajuan program
pemberdayaan pada fase pengembangan tahun 2008 serta merancang pengembangan program lanjutan pada fase kemandirian tahun 2009.
Kajian dilaksanakan secara bertahap dengan jadwal seperti pada tabel 1, Tabel 1. Jadual Rencana Pelaksanaan Kajian
No Kegiatan
Tahun 2008 2009
Tahun 2010 Tahun
2011 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
11 12
1 2
3 4
5 4
5
1 Pemetaan Sosial
PL1 2
Evaluasi Program PL2
3 Penyusunan Dan
Seminar Kolokium
4 Pelaksanaan
kajian dan Pengembangan
Program
5 Penulisan laporan
6 Seminar
7 Ujian Akhir
3.4. Rancangan Penyusunan Progran
Penyusunan Program pengembangan dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan kelompok tani, pendamping komunitas serta tokoh
masyarakat ditempat terpisah sesuai dengan fungsi dan perannya melalui disikusi. Tujuannya adalah untuk menyusun program pengembangan dan kebijakan
program pemberdayaan masyarakat CECOM Penyusunan Program dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penyajian hasil kajian mengenai gambaran perkembangan kelompok tani
dampingan CECOM ditingkat desa sampai kabupaten. Penyajian ini dilakukan secara FGD atau diskusi kelompok untuk memperjelas latar belakang
pembuatan rencana program. 2. Membahas kelemahan dan kekuatan strategi dan program pemberdayaan
masyarakat CECOM berdasarkan perkembangan dan keadaan petani dampingan, untuk kemudian dibuat rencana aksi program
3. Mendiskusikanmembahas tindakan-tindakan yang akan dibuat dalam strategi maupun aksi program untuk memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi
oleh petani dampingan melalui FGD atau diskusi kelompok. Merumuskan rancangan aksi program pemberdayaan CECOM
berdasarkan prioritas utama permasalahan berdasarkan hasil kajian, kemudian ditentukan sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat.
IV. GAMBARAN UMUM CECOM FOUNDATION
4.1. Evolusi Program CSR PT. Riau Andalan Pulp And Paper
PT. Riau Andalan Pulp And Paper PT. RAPP yang 98,5 persen sahamnya dimiliki oleh Grup APRIL Asia Pacific Resources Holding Limited
adalah salah satu perusahaan penghasil produk bubur kertas pulp dan produk kertas paper terkemuka di dunia. Bahan baku utama PT. RAPP adalah kayu
alam campuran Mixed Hard Wood dan kayu tanaman industri akasia yang bersumber dari area ijin konsesi Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
HPHTI seluas 330.000 hektar yang tersebar di beberapa kabupaten di Propinsi Riau. Selain itu PT. RAPP juga memperoleh pasokan kayu yang bersumber dari
area hutan milik masyarakat seluas 20.000 hektar dalam kemitraan Hutan Tanaman Rakyat HTR dan bersumber dari area konsesi HPH perusahaan lain
seluas 250.000 hektar dalam bentuk joint ventures. Total area hutan yang dijadikan sebagai sumber bahan baku kayu PT. RAPP adalah seluas 600.000
hektar Sustainable Report of APRIL,2004. Sebagai industri ekstraktif yang berbasis pemanfaatan sumber daya alam,
PT. RAPP menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan pengembangan bisnis berkelanjutan sustainable business development. Ini berarti PT. RAPP secara
operasional harus menguntungkan secara komersial commercially viable, mampu menjadi lokomotif pengembangan ekonomi secara luas economically
sound serta mampu memenuhi standar sosial dan lingkungan meet social and international environmental standarts. Merujuk ungkapan Melayu Riau, ”Tali
Berpilin Tiga”, PT. RAPP menjadikan domain Profit, People, dan , Planet, dalam satu kesatuan tarikan nafas tanggung jawab sosial perusahaan Indef, 2008.
Dalam hampir dua dasawarsa keberadaan PT. Riau Andalan Pulp And Paper PT. RAPP di Propinsi Riau telah mengalami proses evolutif dalam
paradigma dan implementasi program tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility CSR. Hal tersebut dilakukan perusahaan sebagai respon
terhadap : 1. Tumbuhnya ekspektasi stakeholder kepada dunia usaha di Propinsi Riau agar
lebih meningkatkan komitmen mengembangkan aspek sosial ekonomi lokal
serta berkontribusi nyata kepada penumbuhan partisipasi warga penduduk lokal dalam mata rantai produksi perusahaan.
2. Peningkatan dinamika perubahaan sosial di Indonesia pada umumnya dan di Propinsi Riau pada khususnya pada awal era reformasi yang disusul dengan
berlakunya UU Otonomi Daerah, membuat dunia usaha menjadi ”sasaran tembak” secara terbuka oleh berbagai pemangku kepentingan yang menuntut
kontribusi dan komitmen yang lebih tinggi dari perusahaan terkait isu-isu sosial dan lingkungan.
3. Tumbuhnya paradigma baru dan komitmen dari manajemen PT. RAPP yang memandang bahwa keberlanjutan dunia usaha sangat dipengaruhi oleh
konsistensi perusahaan menjalankan usaha berbasis The Concept of The Triple Bottom Line, seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.
Corporate Forum for
Community Development
Chapter Riau
CSR
Profit
People Planet
The “ 3P”
Konsep “ The Triple Bottom Line” pada CSR PT. RAPP
Gambar 6 . Konsep The Triple Bottom Line dalam CSR PT. RAPP
Sumber : Fajar 2005
Dalam perspektif ideal, Fajar 2005, melihat bahwa pelaku bisnis, tidak terkecuali PT. RAPP harus mereformasi paradigma dan perilakunya secara
evolutif apabila menghendaki usaha yang ditekuni dapat berjalan berkelanjutan business evolution toward sustainability seperti dirangkum pada gambar 7.
Corporate Forum for
Community Development
Chapter Riau
From profit focus, a
company exist only
for short- term
shareholder profit
For philanthropy,
passive donations to
charities when requested
To community affairs,
strategic giving linked
to business interests
includes cause-related
marketing To
corporate community
investment, strategic
partnerships initiated by
company To Sustainable
Business, integrated into business
functions, goals, strategy.
Evolusi Bisnis menuj u Keberlanj utan
Business Evolution Toward Sustainability
Gambar 7 . Evolusi Bisnis Menuju Keberlanjutan Usaha.
Sumber : Fajar 2005 Proses evolutif paradigma dan pelaksanaan CSR di PT. RAPP oleh Indef
2008 dalam buku Sewindu CSR Riaupulp, dibagi menjadi tiga model sesuai motif atau pandangan perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya :
1. Model Cause-related Marketing Tahun 1993 – 1999
Pada periode tahun tersebut pelaksanaan CSR PT. RAPP dikendalikan oleh divisi Hubungan Masyarakat Public Relation dibawah Departemen
General Affair and Licenses. PT RAPP meyakini bahwa tanggung jawab sosial CSR menyumbang pada kemajuan perusahaan melalui efek
catatan penghasilan dan berkait dengan alasan pemasaran. Dalam kaitan ini perusahaan mempertahankan akuntabilitas yang ketat dan
memunculkan kontribusi organisasi untuk menyumbang charity dengan alasan-alasan sosial.
2. Model Strategic Philantropy Tahun 1999 – 2005
Pada pertengahan tahun 1999, PT. RAPP secara khusus mendirikan 2 departemen dan 1 divisi sekaligus untuk mendukung komitmen
perusahaan dalam menjalankan CSR, yaitu :
a. Departemen PPMR Program Pemberdayaan Masyarakat Riau, yang fokus menggarap isu-isu sosial ekonomi masyarakat khususnya dalam
program community development yang mendasarkan pelaksanaannya secara lebih partisipatif.
b. Departemen Lingkungan Hidup, yang fokus menggarap isu-isu lingkugan hidup dengan lebih terbuka open policy bagi proses
pelibatan peran pemangku kepentingan khusunya Environmental NGO dalam pengambilan kebijakan.
c. Divisi CRA Community and Religious Affair dibawah departemen HRD Human Resources development, memfokuskan diri menggarap
isu-isu pengembangan sosial keagamaan bagi komunitas internal perusahaan yaitu para karyawan dan keluarganya serta berbagai
paguyuban yang berbasis etnis dan agama yang berada di lingkungan perusahaan.
Dalam model ini, PT. RAPP meyakini bahwa efek balance sheet yang diperoleh dari kemampuan perusahaan membangun loyalitas jangka
panjang, legitimasi dan kepercayaan atau kekayaan merk akan mendorong pencapaian tujuan strategis perusahaan yang lain.
3. Model Stakeholder Management Tahun 2005 – 2008
Dalam kategori dinyatakan bahwa keterlibatan sosial memungkinkan terjadinya kompromi terhadap profitabilitas perusahaan. PT. RAPP
melibatkan diri dalam jaringan hubungan sosial dan komunitas yang lebih besar. Memfasilitasi respon manajerial terhadap isu-isu yang muncul dan
melegitimasi timbal balik tradeoffs yang terjadi. Dari sisi kesejahteraan sosial, perusahaan berpandangan bahwa karena ketrampilan dan
sumberdaya yang dimiliki maka PT. RAPP membuat kontribusi substansial terhadap perbaikan sosial. Namun kewajiban perusahaan
terbatas hal yang menjadi keahliannya danatau yang berpengaruh langsung in line kepada masyarakat.
Fajar 2005, menyebut pada tahun 2005 sebagai lompatan paradigma CSR PT. RAPP dengan menginisiasi dan memfasilitasi lahirnya Yayasan Peduli
Pemberdayaan Masyarakat atau Care and Empowerment for Community Foundation CECOM sebagai organisasi pelaksana implementing organization
dalam program pengembangan masyarakat CD Program seperti terlihat pada Gambar 8.
Corporate Forum for
Community Development
Chapter Riau
1993 1995
1998 1999
July 2005
• Large scale plantation
development begins
• Commercial production
begins
• Community development
committee set up
• Community Development
Department established
• Community Development
Foundation established
CD Programs were under PR focusing on
incidental and charity programs
CD programs carried out by a separate
department CD Department and
concentrated in community
empowerment.
CD programs are coordinated by CD
Dept and carried out by the external
foundation CECOM
• CSR Dept. established
Nov 2005
Moving forward
Sharing ….
Perj alanan Program CSR PT. RAPP
Gambar 8 . Perjalanan Evolutif CSR PT. RAPP
Sumber : Fajar 2005
4.2. Profil dan Program CECOM Foundation Care and Empowerment for Community Foundation CECOM atau
Yayasan Peduli Pemberdayaan Masyarakat, merupakan Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat LPSM, nir-laba, non-politik, non-sektarian, lahir berbadan
hukum Yayasan No 2 tanggal 4 Juli 2005. CECOM Foundation lahir dari kandungan sejarah perjalanan Riaupulp PT. RAPP di dalam mengejawantahkan,
menapaki dan melaksanakan prinsip Tanggung Jawab Sosial-nya. Hal ini bersifat “mandatoris”, yang secara makro, CECOM akan berperan di dalam proses
perubahan sosial di Riau. Sedangkan secara mikro CECOM komit untuk peduli terhadap keterbelakangan dan ketertinggalan sebagian penduduk di Riau. Jadi bisa
disimpulkan bahwa pendirian CECOM Foundation diinisiasi dan difasilitasi oleh shareholder maupun manajemen PT. RAPP, dimana lembaga tersebut
dimaksudkan tumbuh menjadi independen dan mandiri sebagai Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat Hasan, 2006
Dalam pengelolaannya, CECOM Foundation dikembangkan untuk memperkuat karakter dan peran CSR PT. RAPP yang diharapkan fokus
menggarap : a. Ketidakberuntungan Struktural Structural disadventage
b. Kebutuhan Needs c. Hak Rights
d. Kedamaian dan non-kekerasan Peace and non-violence e. Demokrasi Partisipatif Participatory democracy, dan
Pemberdayaan Empowerment CECOM Foundation membawa misi khusus merubah wajah CSR PT.
RAPP dari motif membangun citra korporat image building menjadi motif membangun kepercayaan trust building, dari persepektif social cost menjadi
social capital menuju proses pengembangan masyarakat yang berkelanjutan dalam prinsip pendekatan yang dinamakan sebagai “mengenal, dikenal, dan
diterima” seperti yang dijelaskan pada gambar 9.
Dit erima Dikenal
Mengenal
Sust ainable Dev’ t
Membangun Cit ra
Membangun Kepercayaan
Pemberdayaan Charit y
Penerimaan Sosial
Biaya Sosial Invest asi Sosial
Modal Sosial • Implement ing Guidline
• Corporat e Policy • Komitmen
• Paradigma
S u
m b
e r
: C
E C
O M
2 5
Gambar 9 . Prinsip “Mengenal, Dikenal, dan Diterima.
Sumber : CECOM Foundation 2006
Oleh para pendirinya CECOM Foundation diberi amanat, pertama agar di dalam operasinya teguh di atas pijakan filosofis dalam perspektif
mengaktualisasikan nilai keberpihakan terhadap kelompok marginal berdasarkan keadilan kesetaraan dan keseimbangan lingkungan. Kedua, secara bertahap
mampu mengelola, menggerakkan generate dan menumbuhkembangkan ”modal daya dukung” yang telah dirintis oleh PPMR CD PT. RAPP untuk menjadi
lembaga pengembang swadaya yang mandiri. CECOM Foundation dikembangkan untuk memperkuat karakter dan peran CSR. Konsentrasi program aksi didasarkan
kepada aspek Community Empowerment yang bertitik tolak pada aspirasi dan kebutuhan masyarakat, dimana prosesnya mengandung elemen yang dapat
mengubah dan mengembangkan kesadaran, cara dan arah berfikir, serta pola sikap hidup positif Hasan, 2006.
Visi lembaga adalah “menjadi pusat unggulan center of excellence di bidang pemberdayaan masyarakat” dimaksudkan agar CECOM a konsisten dan
memiliki komitmen yang tinggi serta kerelawanan para pengurus dan jajarannya untuk mengantarkan CECOM sebagai lembaga yang mempunyai unggulan
komparatif dan kompetitif di bidang pemberdayaan masyarakat; b semangat untuk unggul dalam aspek metodologi kerja; c berada di depan barisan berbagai
lembaga yang ada di Riau; dan d menjadi tolok capai benchmark bagi ranah dan praktek pemberdayaan masyarakat marginal di Indonesia.
Visi yang termaktub menggambarkan suatu obsesicita-cita dari berdirinya CECOM sekaligus memberikan jawaban pada para pemangku kepentingan
stakeholder tentang aspirasi CECOM dan jawaban mengenai what is really want to be. Formulasi dan peletakan visi ini seharusnya memberikan spirit dan
sekaligus pengikatan diri kepada segenap jajaran manajemen Riaupulp dan Dewan Pengurus CECOM dan selalu menjadi acuan dalam merumuskan misi, tujuan,
perencanaan strategi dan program operasional. Hal ini penting dilihat dari latar belakang berdrinya CECOM, yang dalam perumusan visi tersebut tidak dapat
dilepaskan dari beberapa hal, antara lain: a Kondisi dan kecenderungan internal organisasi; b Kondisi dan kecenderungan eksternal yang dihadapi organisasi;
c Nilai-nilai yang dimiliki para pengambil keputusan penting dalam organisasi.
Misi CECOM sebagaimana diformulasikan dalam strategic planning Lokakarya Perencanaan Strategis di Batam yang diikuti oleh seluruh staf PPMR
dan manajemen PT. RAPP adalah: a Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mengembangkan sikap hidup positif masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya; b Menumbuh kembangkan potensi ekonomi lokal yang berbasis partisipasi masyarakat; c Mengembangkan kemitraan sosial
ekonomi dalam meningkatkan akses menuju masyarakat sejahtera dan mandiri; d Mendorong partisipasi dan kerelawanan masyarakat melalui program aksi
secara kolaboratif dalam kerangka pembangunan sosial dan lingkungan secara berkelanjutan.
Program pemberdayaan masyarakat CECOM Foundation dibagi menjadi dua sistem program utama, yaitu Sistem Program Pemberdayaan empowerment
dan Sistem Program Layanan Care Services, dimana proyek atau kegiatan yang dilakukan didasarkan pada misi, tujuan dan strategi organisasi serta disesuaikan
dengan kebutuhan kelompok sasaran.
A. Sistem Program Pemberdayaan :
1. Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu Integrated Farming
SystemIFS, merupakan sistem kegiatan yang memfasilitasi tumbuhnya
struktur usaha tani berbasis sumberdaya lokal dengan mengintegrasikan sub-sub sektor pertanian pada tingkat komunitas petani dampingan dan
memperkuat kelembagaan kelompok tani.
2. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Micro, Small and
Medium Enterprises MSME , merupakan sistem kegiatan yang
mendorong tumbuhnya potensi ekonomi lokal dan meningkanya skala usaha komunitas termasuk pengembangan Lembaga Keuangan Mikro
micro financing institution milik komunitas dampingan.
3. Pengembangan Pelatihan dan Penguatan Kapasitas Training
Development and Capacity Building TDCB, merupakan sistem kegiatan
yang difokuskan meningkatkan kualitas SDM komunitas dampingan sebagaimana juga kualitas SDM pendamping komunitas.
4. Pengembangan Usaha Berbasis Komunitas Community Based
Business Development CBBD, merupakan sistem kegiatan yang
mendorong tumbuhnya unit-unit usaha produktif komunitas daya dorong pushing power serta menarik peluang kerjasama dan kemitraan usaha
antara komunitas dampingan dengan komponen masyarakat yang lain daya ungkit pulling power.
B. Sistem Program Layanan ;
1. Pengembangan Layanan Kesehatan Komunitas Community Health Services, merupakan sistem kegiatan yang mendorong tumbuhnya
kesadaran hidup sehat pada tingkat komunitas tempatan melalui penguatan kader kesehatan lokal. Stimulan yang digunakan adalah Layanan
Kesehatan Keliling dan peningkatan kualitas gizi komunitas.
2. Pengembangan Layanan Pendidikan Komunitas Community Education Services,
merupakan sistem kegiatan yang memfasilitasi terbangunnya aksestabilitas komunitas terhadap kebutuhan pendidikan.
Kegiatan unggulan yang dijalankan adalah pengembangan partisipasi komunitas dalam pendirian lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD,
pengembangan Taman Bacaan Komunitas TBK dan penguatan kapasitas relawan lokal TBK, layanan beasiswa scholarship, dan kerelawanan
orang tua asuh poster parents.
4.3. Perkembangan Lembaga dan Program CECOM Foundation
4.3.1. Pengembangan Organisasi
Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat CECOM Foundation memiliki konsep pengembangan organisasi seperti terlihat pada
Gambar 10. Pengembangan organisasi CECOM Foundation meliputi tiga sistem pengelolaan manajemen yaitu : 1 Sistem Manajemen Program; 2 Sistem
Manajemen SDM Organisasi; dan 3 Sistem Manajemen Keuangan.
Pertama, Sistem Manajemen Program yang dikembangkan meliputi tiga
aspek dasar yang menjadi satu rangkaian mekanisme pelaksanaan program pemberdayaan, yaitu : a Penentuan Arah Program, merupakan arahan strategis
strategic direction yang dirumuskan secara partisipatif setiap akhir tahun pada forum ”Lokakarya Evaluasi dan Perencanaan Program”. Peserta lokakarya
meliputi para pemangku kepentingan CECOM Foundation yang terdiri dari unsur
pengurus yayasan, pelaksana staff, CSR PT. RAPP, konsultan dan para pihak yang dipandang perlu oleh pengurus; b Program Lembaga, merupakan program
yang disusun dan dijalankan CECOM Fondation yang telah ditetapkan pada lokakarya sebagai upaya mewujudkan misi organisasi; c Proyek Kegiatan,
merupakan upaya taktis implementatif dari program-program yang telah ditetapkan. Proyek kegiatan CECOM dapat berubah atau diubah setiap tahun
bergantung dari perkembangan dan kebutuhan masyarakat dampingan.
Gambar 10 . Pengembangan Organisasi CECOM Foundation
Sumber : CECOM Foundation 2006
Kedua, Sistem Manajemen SDM Organisasi yang dikembangkan
meliputi tiga aspek dasar yang menjadi satu rangkaian mekanisme pengembangan Sumber Daya Manusia Human Resources Development HRD pada CECOM,
yaitu : a Pengembangan SDM dengan acuan setiap personal didorong dan difasilitasi CECOM mendapatkan penguatan kapasitas melalui training sebanyak
100 jam per tahun; b Staffing, CECOM mengembangkan motivasi para staf organisasi dengan kebijakan jelas dalam memberikan kepastian kerja dan peluang
kenaikan ”karir” career path dengan Compensation and Benefit yang pantas. Istilah yang sering digunakan ”Mendampingi masyarakat miskin, tidak boleh
menjadi pendamping yang miskin” sehingga para staf memiliki etos kerja sesuai dengan yang diharapkan organisasi dan full support bagi keberhasilan program;
c Sistem dan prosedur, merupakan tools bagi monitoring dan evaluasi kinerja setiap departemen dan staf dalam organisasi dalam menjalankan program maupun
dalam kaitan kepersonaliaan. Untuk kaitan ini CECOM juga mengembangkan Management Information System MIS yang memungkinkan kinerja organisasi
dapat dipantau secara real time dan implementasi pengambilan keputusan terkait verifikasi maupun approval system kegiatan berjalan secara computerized dan
paperless.
Ketiga, Sistem Manajemen Keuangan yang dikembangkan meliputi tiga
tahapan yang menjadi satu rangkaian mekanisme pembiayaan program CECOM Foundation melalui donasi dari PT. RAPP maupun sumber fundraising yaitu : a
Perencanaan, merupakan tahapan krusial karena membutuhkan verifikasi dan konsultasi intensif dengan donatur program. Penetapan Perencanaan Pembiayaan
dilakukan pada Lokakarya Evaluasi dan Perencanaan Program; b Sumber Pendanaan utama berasal dari PT. RAPP sebagai bagian dari dana CSR
perusahaan. Sumber pendanaan lain berasal dari Pemerintah Daerah atau dari pihak-pihak lain yang menjalankan kemitraan dan kerjasama program dengan
CECOM Foundation. Strategi kerjasama dan kemitraan dengan instansi lain terbukti efektif untuk menghimpun dana bagi keberlanjutan lembaga dan program
yang dijalankannya.
4.3.2. Pengembangan Kerjasama dan Kemitraan
Kehadiran CECOM Foundation sebagai Lembaga Pengembang Swadaya masyarakat LPSM dalam kurun tiga tahun 2005 – 2008 telah memberikan
warna baru dan kontroversi sebagai salah satu Developmentalist NGO yang dilahirkan dari rahim korporasi raksasa yang berkarakter kapitalistik. Banyak
pihak yang skeptis namun tidak sedikit pihak yang memberi apresiasi atas inisiasi PT. RAPP “melahirkan” CECOM dan menilai positif sebagai sebuah
breakthrough dalam pelaksanaan program CSR. Perjalanan tiga tahun CECOM Foundation menjalankan program pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari
pelaksanaan program CSR PT. RAPP telah berhasil menjalin kerjasama dan kemitraan dengan berbagai stakeholder di Propinsi Riau maupun mitra kerja di
Propinsi lain seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Mitra dan Proyek Kerjasama CECOM Foundation 2005-2008
No. Mitra Kerjasama
Nama Proyek Sasaran dan Lokasi
1 PT. Asia Forestama Raya
Studi Sosial untuk CD Internal perusahaan Pekanbaru
2 PT. Chevron Pacifik Indonesia
Taman Bacaan Komunitas Komunitas dampingan CPI
3 British Red Cross BRC
Training Organic farming Komunitas dampingan BRC NAD
4 Pemkab Kampar
1.1. Training Pendamping
Kelompok Swadaya 1.2. Training Kelembagaan
Masyarakat 11 desa • 25 pendamping komunitas
di Kampar • 350 petani miskin di Kampar
5 PT. INCO, Tbk
Training Evaluasi CD metode VPA
• 25 orang CD Officer INCO, di Sorowako, Sulsel
6 Unicef dan Disnak Prop. Riau
Training Penanggulangan Avian Influenza
• Komunitas dampingan CECOM 7
PT. Bina Swadaya Konsultan Monev program CD di
wilayah dampingan IOM • Komunitas dampingan IOM di
Nangroe Aceh Darussalam 8
Dinas Peternakan Prop. Riau 1. Training pembuatan
kompos di 6 Kab Kota 2. Penggaduhan 500 ekor
sapi bali • Komunitas petani dampingan
CECOM Foundation 9
WWF Riau dan Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo
Workshop penyusunan CD Program bagi masyarakat
di wilayah Taman Nasional Tesso Nilo, Riau
• Forum Masyarakat Tesso Nilo dan Perusahaan di sekitar
Taman Nasional Tesso Nilo
Selain mendapat apresiasi dari berbagai lembaga lain baik lembaga pemerintah, dunia usaha maupun lembaga swadaya masyarakat dalam kerangka
kerjasama dan kemitraan seperti terlihat pada Tabel 2, CECOM Foundation juga sering diundang untuk menjadi pembicara pemateri di berbagai pelatihan
seminar Rakornas di dalam Propinsi maupun di luar Propinsi Riau seperti : 1 Workshop Aliansi Nasional Memerangi Kelaparan AMNK, Deptan RI, Jakarta;
2 Munas dan Seminar “Masyarakat Pertanian Organik Indonesia”, Jakarta; 3 Seminar Nasional dan Expo “Corporate Forum for Community Development” di
Pekanbaru; 4 Dan lain-lain. Pencapaian diatas menunjukkan bahwa kehadiran CECOM Foundation sebagai implementation organization program CSR PT.
RAPP merupakan strategi yang efektif bagi leveraging program CSR.
V. DESKRIPSI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH CECOM FOUNDATION
Misi CECOM sebagaimana diformulasikan dalam strategic planning Lokakarya Perencanaan Strategis secara partisipatif di Batam tahun 2005 adalah:
a Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mengembangkan sikap hidup positif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya; b Menumbuh
kembangkan potensi ekonomi lokal yang berbasis partisipasi masyarakat; c Mengembangkan kemitraan sosial ekonomi dalam meningkatkan akses menuju
masyarakat sejahtera dan mandiri; d Mendorong partisipasi dan kerelawanan masyarakat melalui program aksi secara kolaboratif dalam kerangka
pembangunan sosial dan lingkungan secara berkelanjutan. Dari misi diatas maka ditetapkan sistem program pemberdayaan yang dijalankan yaitu : 1 Program
pengembangan sistem pertanian terpadu atau integrated farming system IFS, 2 Program pengembangan usaha mikro kecil menengah termasuk pengembangan
micro financing didalamnya, 3 Program pengembangan pelatihan dan penguatan kapasitas, dan 4 Program pengembangan usaha berbasis masyarakat.
Program pengembangan sistem pertanian terpadu integrated farming systemIFS merupakan program inti yang menjadi leading sector bagi pencapaian
misi dan tujuan pemberdayaan masyarakat CECOM Foundation. Adapun tiga sistem program pemberdayaan lainnya merupakan supporting sector.
5.1. Program Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu Integrated Farming System IFS
Main objective dari program IFS adalah terwujudnya kesejahteraan kemandirian masyarakat tani yang ditandai dengan meningkatnya taraf hidup
masyarakat seiring dengan perubahan pola pikir dan sikapnya. Penekanan pada implementasi program IFS adalah sistem pendampingan secara snow balling
effect dengan metodologi dan strategi yang berbeda pada setiap tahapan kemandirian sesuai dengan mekanisme pemberdayaan pada gambar .
Implementasi Program IFS CECOM Foundation dilaksanakan sebagai suatu media yang diharapkan mampu memberikan fasilitasi terhadap proses
pemberdayaan masyarakat, yaitu :
1. Pendekatan perbaikan taraf hidup pemberdayaan fisik, dengan
pengembangan potensi ekonomi lokal berbasis pertanian perdesaan yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja, ketahanan
pangan dan kualitas lingkungan hidup masyarakat mitra dampingan. 2. Pendekatan peningkatan pola pikir pemberdayaan non fisik, dengan proses
pengembangan kelembagaan kelompok tani, pengorganisasian dan penguatan kapasitas
komunitas dampingan
menuju keberlanjutan program
pengembangan komunitas yaitu prospek kemampuan komunitas dalam mengelola kegiatan pemberdayaan secara mandiri help them to help them
selves Kelompok yang menjadi sasaran utama pendampingan pada program IFS
CECOM Foundation adalah komunitas petani mitra dampingan yang subsisten atau marjinal. Melalui pendekatan peningkatan pola pikir dengan proses
pendampingan yang terus menerus, diharapkan dalam waktu empat tahun pendampingan komunitas petani subsisten telah mampu menjadi kelompok tani
yang mandiri self reliance. Kegiatan Program IFS di Kelompok Tani dampingan didisain sesuai
dengan strategi pengembangan kelembagaan kelompok tani yang terdiri dari empat tahapan atau fase yaitu persiapan, penumbuhan, pengembangan dan
kemandirian, seperti terlihat pada gambar 11, dimana fase-fase tersebut mengacu kepada mekanisme pemberdayaan komunitas yang direncanakan
Seed Capi t al
Th.k e-1
Th. Ke -2
Th. ke-3
Th.k e-4
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOMUNITAS POKTAN
Kr edi t Komer si al
Kr edi t Ber subsi di
Hi bah
Gambar 11 Pengembangan Kelembagaan Komunitas CECOM
”Intervensi” program IFS pada tahap awal tahun pertama pendampingan
yang dinamakan ”fase persiapan” ini adalah bantuan input fisik yang bersifat
grand hibah yang langsung diterima para anggota kelompok. Dengan pendampingan yang dilakukan oleh field CD officer selama satu tahun maka
kelompok ini diharapkan berhasil menjadi kelompok-kelompok tani potensial. Pada fase ini, secara sistematis dan simultan intervensi program pemberdayaan
non fisik dilakukan dan didukung oleh supporting sector pengembangan pelatihan dan penguatan kapasitas.
Pada tahun kedua pendampingan, kelompok tani potensial ini telah masuk
dalam ”fase penumbuhan” dimana pada fase ini kelompok tani telah mengalami
kemajuan terkait aspek kelembagaan. Kelompok tani pada fase ini telah mampu menyususn aturan-aturan kelompok secara tertulis, pengelolaan kelompok secara
demokratis partisipatif, dan anggota kelompok telah menunjukkan ketaatan pada aturan kelompok yang dicirikan dengan tingginya tingkat kehadiran mereka
dalam pertemuan kelompok. Dari aspek organisasi, kelompok tani pada fase ini telah memiliki sistem pembukuan sederhana. Fasilitasi yang diberikan program
IFS pada fase penumbuhan ini adalah ”modal abadi” seed capital bagi kelompok seperti input produksi pertanian. Oleh kelompok tani, seed capital ini ”dijual”
kepada anggota sesuai harga pokok pembelian dan selanjutnya anggota akan membayar dengan cara mengangsur. Hasil pembayaran dari anggota ini
selanjutnya dikembangkan oleh kelompok tani menjadi modal bergulir revolfing fund melalui ”gerakan” simpan pinjam pada kelompok.
Pada tahap selanjutnya tahun ketiga pendampingan sesuai dengan
perkembangan kelembagaan, kelompok memasuki ”fase pengembangan”
dimana pada fase ini dicirikan dengan keaktifan dan kelancaran anggota kelompok tani memanfaatkan kelompok sebagai wadah kegiatan simpan pinjam.
Pada fase ini ”gerakan simpan pinjam” berubah menjadi kelembagaan unit simpan pinjam USP dimana administrasi pendukung secara sederhana telah mengacu
pada Lembaga Keuangan Mikro LKM. Fasilitasi yang dilakukan program IFS sebagai leading sector pada tahap ini, selanjutnya di-back up oleh tiga supporting
sector CECOM Foundation yaitu 1 Program pengembangan UMKM, 2 Program pengembangan usaha berbasis masyarakat, dan 3 Program
pengembangan pelatihan dan penguatan kapasitas. Unit simpan pinjam USP
milik kelompok tani selanjutnya dikembangkan dengan pola intermediasi kepada sumber-sumber pembiayaan dengan bunga bersubsidi soft loan seperti Koperasi
Simpan Pinjam KSP ”Mitra Madani”, maupun dana pinjaman PKBL dari BUMN yang ada di Riau. Pada fase pengembangan, usaha kelompok tani sudah
feasable namun belum bankable, sehingga akses penguatan modal kelompok baru bisa difasilitasi oleh lembaga pembiayaan non bank yang memiliki skim kredit
pinjaman bunga lunak enam persen per tahun dengan tidak mensyaratkan collateral berupa sertifikat hak milik SHM namun ”cukup” dengan BPKB atau
SKGR tanah. Untuk itu kepentingan tersebut, CECOM Foundation menginisiasi pendirian KSP Mitra Madani dan menghibahkan dana awal sebesar satu milyar
rupiah untuk dikelola oleh KSP Mitra Madani sebagai kredit program bagi mitra dampingan yang telah mencapai fase pengembangan.
Tahap keempat tahun keempat pendampingan, kelompok tani dampingan
CECOM Foundation diharapkan telah memasuki ”fase kemandirian”. Pada
tahap pendampingan ini dilakukan proses pembelajaran menuju pengelolaan usaha tani yang bankable, dimana kelompok tani dampingan yang sudah masuk
dalam kategori ini diperkenalkan dengan kredit komersial yang ada di KSP Mitra Madani maupun yang ada di bank komersial Bank umum maupun Bank
Perkreditan Rakyat. Diharapkan dengan proses pembelajaran ini kelompok tani dampingan pada waktu yang tepat menjadi mampu mengakses modal atau
pembiayaan usaha dari perbankan seperti Kredit Usaha Rakyat KUR maupun Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKPE.
Pola kluster pendampingan CECOM Foundation yang dikaitkan dengan fase-fase dalam mekanisme pemberdayaan seperti pada gambar . menunjukkan
bahwa penguatan kelembagaan simpan pinjam atau lembaga keuangan mikro LKM merupakan ”strategi keluar” exit strategy dalam pergeseran peran
pendampingan dari CECOM Foundation kepada swakelola oleh kelompok tani mandiri.
Program IFS sampai dengan bulan Desember 2008 telah mendamping 151 kelompok tani poktan dampingan di 110 desa, dengan total petani mitra
dampingan 4.640 orang petani, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Perkembangan Poktan Dampingan CECOM Foundation tahun 2008
No KabupatenKota
Jumlah Poktan Dampingan
Jumlah Desa
Jumlah Petani Dampingan orang
Aktif Pasif
Non Aktif
1 Kampar
15 11
204 10
24 2
Kuantan Singingi 50
38 990
53 163
3 Pekanbaru
9 5
106 9
102 4
Pelalawan 48
34 1.553
148 419
5 Rokan Hulu
9 6
137 64
49 6
Siak 20
16 440
58 111
Total 151
110 3.430
342 868
Sumber : CECOM Foundation, 2008 Dari data tabel 3 diketahui bahwa jumlah petani dampingan sebanyak
3.772 orang petani tersebut merupakan jumlah mitra yang masih aktif dan pasif, atau sama dengan 81 persen dari total anggota poktan tercatat. Sedangkan
presentase anggota poktan dampingan yang aktif sebesar 3.430 orang atau sama dengan 74 persen dari total jumlah anggota pokta tercatat. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses pendampingan yang dilakukan CECOM Foundation selama program IFS dijalankan sampai tahun 2008 telah mampu menjaga
keberlanjutan program sebesar 74 – 81 persen dari yang diharapkan. Masih dicatatnya petani dampingan yang pasif disebabkan karena adanya keyakinan
bahwa petani yang pasif masih berpotensi menjadi aktif kembali, melalui pola pendampingan yang proaktif dari field CD officer dan memecahkan permasalahan
yang ada di mitra dampingan yang membuat dirinya menjadi tidak aktif di kelompok, sedangkan petani dampingan yang tidak aktif tidak dicatat lagi dalam
data based di CECOM Foundation. Strategi pelaksanaan program IFS CECOM Foundation telah mampu
meraih perkembangan yang sangat positif, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Program IFS CECOM Foundation 2005 – 2008
No Perkembangan
Tahun 2005
2006 2007
2008 1
Jumlah Kabupaten kota 6
6 6
6 2
Jumlah Desa dampingan 90
99 104
110 3
Jumlah Kelompok Tani dampingan 77
133 142
151 4
Jumlah Petani dampingan org 2.259 3.103 3.485 3.772
5 Luas Lahan Pertanian ha
524 1.686 2.274 2.595
6 Populasi Ternak petani ekor
2.535 2.562 2.589 3.653 7
Jumlah kolam dan kerambah ikan 210
324 406
420 8
Jumlah Unit Simpan Pinjam LKM NA
30 93
108
Sumber : CECOM Foundation, 2008 Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat perkembangan program IFS di
masyarakat mengalami kemajuan yang signifikan dimana usaha tani yang dikelola kelompok-kelompok tani yang meliputi sub sektor pertanian, peternakan dan
perikanan telah sebagian besar telah didukung oleh keberadaan sektor lembaga keuangan mikro LKM sebagai wadah masyarakat mengembangkan unit usaha
simpan pinjam di pedesaan. Hal tersebut sesuai dengan mekanisme pemberdayaan yang diterapkan oleh CECOM Foundation.
5.1.1. Daur Kegiatan Program IFS
Program pengembangan komunitas melalui Kegiatan Program IFS yang dikembangkan CECOM Foundation mengacu kepada perencanan, implementasi,
monitoring dan evaluasi secara partisipatif dengan daur kegiatan sebagai berikut : 1. Identifikasi Kebutuhan, kajian masalah dan kebutuhan
2. Perencanaan Kegiatan, kajian potensi dan alternatif kegiatan 3. Pelaksanaan Kegiatan, pengembangan sikap dan perilaku
4. Monitoring Kegiatan, melihat perkembangan hasil 5. Evaluasi Kegiatan, melihat hasil akhir proyek
6. Pasca Kegiatan, swakelola oleh komunitas
Penyusunan Program IFS dilakukan secara partisipatif melibatkan seluruh anggota kelompok difasilitasi oleh pendamping komunitas CECOM yaitu satu
orang Field Officer FO dan dibantu satu orang Pendamping Mitra Bina PMB yang merupakan bagian dari komunitas lokal. Kegiatan pra penyusunan program
dilakukan secara partisipatif dengan anggota kelompok, masyarakat dan tokoh masyarakat, meliputi kegiatan :
1. Membuat Peta Desa, untuk mengetahui keadaan masyarakat, baik tata letak perumahan, ladang, perkebunan, prasarana fisik serta untuk mendapatkan
gambaran tentang semua potensi yang ada. 2. Membuat Matriks Kelender Musim, untuk mengetahui keadaan tanaman yang
ada atau ditanam oleh masyarakat selama satu tahun, keadaan kegiatan masyarakat selama satu tahun, kebutuhan tenaga kerja serta hal lainnya yang
menggambarkan seluruh kegiatan masyarakat dalam satu tahun. 3. Mambuat Matriks Ranking, untuk mengetahui sumber pendapatan utama
masyarakat selama satu tahun berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis tanamannya.
4. Melakukan Transek, melihat secara nyata keadaan masyarakat baik itu keadaan tanah, ekonomi, tanaman, ternak dan lain-lain sehingga
mempermudah dalam penyusunan program 5. Mencari Isu Pokok yang ada di masyarakat berkaitan dengan pengembangan
ekonomi masyarakat. 6. Membuat Program Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan kebutuhan
masyakarat dan potensi lokal yang ditemukan.
5.1.2. Disain Program Integrated Farming System IFS
Sistem Pertanian Terpadu atau Integrated Farming System IFS merupakan sebuah model pertanian yang mengintegrasikan beberapa sub sektor
pertanian dalam arti luas yaitu peternakan, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, serta perikanan dalam satu lahan. Ketiga sub sektor ini masih
diperkuat dengan pengembangan industri kecil home industri sebagai sektor pendukung kegiatan produksi menuju pasar.
Disain Sistem Pertanian Terpadu IFS ini merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani karena komoditi yang dikembangkan
adalah multikultur sehingga produktivitas dalam satu area meningkat dan pembiayaan usaha tani lebih efisien. Secara lebih jelas IFS dapat dilihat pada
Gambar 12.
Disain Sist em Pert anian Terpadu
Peternakan
• Pakan
•
Complete Feed
•Fattening •Breeding
• Dll Kotoran
P A
S A
R
• Hortikultura • Tan. Pangan
• Tan. Perkebunan
Perikanan
Pertanian
Fine Compost
Prosesing
Organic Waste
Bio-Gas
G G
a a
m m
b b
a a
r r
1 1
2 2
. .
D D
i i
s s
a a
i i
n n
S S
i i
s s
t t
e e
m m
P P
e e
r r
t t
a a
n n
i i
a a
n n
T T
e e
r r
p p
a a
d d
u u
I I
F F
S S
C C
E E
C C
O O
M M
Disain Sistem Pertanian Terpadu IFS ini merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan struktur dan tekstur umum tanah-tanah yang ada
di Propinsi Riau yang sebenarnya kurang baik untuk pertanian tanaman pangan
atau hortikultura. Tanah jenis Podsolik Merah Kuning red-yellow podzolic atau Gambut organosolhistosol juga mepunyai sifat fisika maupun kimia yang
kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Untuk menjadikan kedua jenis tanah ini sesuai sebagai lahan pertanian,
maka dibutuhkan substansi lain yang mampu memperbaiki sifat fisik maupun kimia kedua jenis tanah tersebut. Substansi tersebut yaitu pupuk organik seperti
fine compost yang substrat utama pembuatannya adalah kotoran ternak. Ternak
yang dipelihara dalam jangka panjang melalui pemeliharaan intensif akan meningkatkan pertambahan berat badan atau menghasilkan anakan sesuai yang
diharapkan. Setiap hari seekor sapi ternak akan menghasilkan lima persen kotoran padat veses yang merupakan bahan utama pembuatan pupuk organik
“kompos”. Sedangkan kegiatan pertanian tanaman pangan dan atau hortikultura akan memberikan pula sisa-sisa atau limbah produksi yang dapat digunakan
kembali sebagai pakan ternak melalui proses teknologi fermentasi sebagai pakan
pelengkap selain pakan utama ternak hijauan makanan ternak HMT yang ditanam. Dengan demikian kebutuhan makanan ternak dapat terpenuhi sehingga
pertumbuhan berat badan rata-rata ternak dapat terus meningkat. Hal ini menunjukkan pula siklus atau rangkaian kegiatan ini memberikan nilai efisiensi
yang tinggi dimana tidak adanya limbah dari kegiatan produksi yang terbuang. Sementara dalam kegiatan perikanan, kotoran ternak juga dimanfaatkan
untuk pakan ikan dan pupuk dasar dalam budidaya dengan wadah kolam guna menumbuhkan phytoplankton untuk kebutuhan pakan benih ikan. Hal ini akan
lebih menghemat biaya produksi dimana saat ini untuk kegiatan perikanan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Sehingga ini berarti kegiatan perikanan yang
sejalan dengan peternakan akan memberikan nilai produksi lebih ekonomis. Industri kecil merupakan fraksi pendukung rangkaian 3 sub sistem dari
Sistem Pertanian Terpadu yang fungsinya sebagai penampung limpahan hasil produksi over produksi maupun ditujukan untuk memberikan nilai tambah
produksi yang dihasilkan dengan kegiatan sortasi, pengolahan, dan pengepakan packaging. Dengan demikian nilai jual produk tersebut menjadi lebih tinggi di
pasaran dan menempati pasar yang lebih baik pula. 5.1.3. IFS berbasis komoditi unggulan
a. Komoditi Ternak Sapi