awal tahun 2009, anggota Poktan Tunas Sehati sudah dapat mengkases pinjaman PKBL dari PT. Telkom di Pekanbaru. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
PKBL ini merupakan program CSR BUMN yang memberikan pinjaman lunak bunga 6 persen setahun dengan plafon berkisar 12 – 30 juta rupiah bagi setiap
petani dengan masa pengembalian selama 36 bulan.
6.2. Peningkatan Taraf Hidup dan Pola Pikir
Pengaruh program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation melalui program IFS dapat dievaluasi dengan menggunakan Vectorial Project
Analysis VPA. , suatu metode analisis yang dikembangkan dari SWOT analysis. Indikator kemajuan yang diukur meliputi : 1 Indikator peningkatan taraf hidup
livelihood development dan 2 Indikator peningkatan pola pikir mindset development.
Sub-sub indikator yang dianalisis dari indikator peningkatan taraf hidup meliputi :
1 Pendapatan, 2 Kesempatan kerja, 3 Konsumsi pangan, dan 4 Sanitasi dan kebersihan. Sedangkan sub-sub indikator yang dianalisis dari indikator
peningkatan pola pikir meliputi : 1 Aktifitas di kelompok, 2 Tingkat adopsi teknologi, 3 Kebiasaan menabung, 4 Kepercayaan diri, 5 Persepsi pendidikan
untuk anak, 6 Pengarus utamaan jender, dan 7 Orientasi Praktek bisnis. Data yang diinput untuk keperluan analisis VPA ini bersumber dari : 1
CECOM Foundation sebagai data sekunder dari hasil analisis VPA tahun 2006 dan tahun 2007, dan 2 Wawancara langsung peneliti kepada responden sebagai
data primer untuk keperluan analisis VPA tahun 2008.
6.2.1. Kelompok Tani Padusi, desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur
. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada
indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Padusi pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase pengembangan tahun 2008.
Perkembangan tertinggi di dapatkan pada sub indikator Aktifitas di Kelompok, sebesar 9.6., pada tahun 2008 dari sebelumnya 1.0 pada tahun 2006
sehingga terjadi peningkatan sebesar 855 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 5. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator
kemajuan program yang merekam tingkat aktifitas anggota di kelompok tani, termasuk frekuensi kehadiran di rapat kelompok, pemahaman terhadap visi, misi
dan peraturan kelompok, keterlibatan dalam aktifitas kelompok dan pengetahuan responden akan kondisi administrasi dan keuangan kelompok tingkat
transparansi. Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Padusi
disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Padusi
No Sub Indikator
Tahun 2006 Tahun 2008
Perubahan
1 Pendapatan
7.9 9.2
16 2
Kesempatan Kerja 4.6
7.3 59
3 Konsumsi Pangan
3.0 1.0
-66
4 Sanitasi dan Kebersihan
7.3 8.3
14 5
Aktifitas di kelompok 1.0
9.6 855
6 Tingkat adopsi teknologi
1.5 8.7
497 7
Kebiasaan menabung 4.2
10.0 138
8 Kepercayaan diri
1.4 10.0
614 9
Pendidikan 10.0
10.0 10 Pengarus utamaan Jender
1.3 9.9
658 11 Praktek Bisnis
4.7 10.0
113 Peningkatan pola pikir juga ditandai dengan kemajuan yang sangat
signifikan pada sub indikator pengarus utamaan jender yaitu meningkat sebesar 658 persen dari periode tiga tahun pendampingan tahun 2006 – tahun 2008. Hal
ini dapat dipahami karena seluruh anggota Poktan Padusi adalah wanita sehingga partisipasi dan keterlibatan wanita sangat nyata terlihat namun yang patut dicatat
bahwa Poktan Padusi juga menunjukkan peningkatan yang luarbiasa pada sub indikator tingkat adopsi teknologi sebesar 497 persen dan sub indikator kebiasaan
menabung sebesar 138 persen. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari pengembangan modal sosial yang berkembang di desa tersebut yaitu batobo
gotong royong mirip dengan tradisi sambatan di masyarakat Jawa, namun yang membedakan adalah Poktan Padusi menggunakan batobo hampir setiap hari
kecuali hari minggu untuk mengerjakan usaha tani mereka secara bergiliran.
Dari uraian analisis diatas terlihat bahwa Poktan Padusi telah mempelopori pemberdayaan masyarakat berbasis jender karena mereka secara setara
berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekonomi perdesaan, hal ini sesuai dengan pendapat Sumarti 2006 yang mengatakan bahwa salah satu tujuan
pemberdayaan masyarakat berwawasan jender adalah memberi kemungkinan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses kepada dan penguasaan terhadap
sumber-sumber material maupun informasi. Fakta menarik adalah bahwa peningkatan pola pikir yang signifikan yang
terjadi sebagai akibat proses pendampingan program IFS pada Poktan Padusi belum mampu meningkatkan secara seimbang pada indikator taraf hidup.
Walaupun sub indikator kesempatan kerja meningkat sebesar 59 persen, namun peningkatan tipis terjadi pada sub indikator pendapatan 16 persen dan sub
indikator sanitasi dan kebersihan 14 persen. Bahkan pada sub indikator konsumsi pangan mengalami penurunan sebesar 66 persen pada tahun 2008
dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2006, dimana hal tersebut terjadi karena sumber pendapatan utama keluarga yakni perkebunan karet mengalami
penurunan harga jual getah yang cukup drastis sehingga berdampak kepada daya beli masyarakat terhadap konsumsi pangan.
Indikator kemajuan taraf hidup livelihood yaitu indikator yang bersifat
fisik tangible dan indikator kemajuan pola pikir mindset yaitu indikator yang
bersifat bukan fisik intangible kelompok tani Padusi dapat dilihat pada Gambar 13. Kemajuan tampak terlihat dimana terjadi pergeseran taraf hidup
livelihood dan pola pikir mindset pada kelompok tani Padusi, yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari program
pemberdayaan masyarakat CECOM melalui implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu IFS. Hal ini menggambarkan adanya pemahaman yang
tinggi pada masyarakat terhadap program yang dijalankan, sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan tergambar langsung pada pola pikir yang akan
berkorelasi positif pada taraf hidup petani.
Gambar 13. Grafik VPA Kelompok Tani Padusi
Pergeseran dari kuadran -,+ pada fase persiapan ke kuadran +,+, pada fase pengembangan, menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan pada
Pola Pikir masyarakat 9.60 – 2.48 = 7.12, sedangkan perkembangan pada indikator Taraf Hidup komunitas petani 6.18 – 5.53 = 0.65, menunjukkan hasil
yang kurang signifikan seperti terlihat pada Tabel 6. Hal ini disebabkan oleh implementasi proyek IFS CECOM yang baru berlangsung selama tiga tahun,
input fisik berupa seed capital yang dikembangkan pada Lembaga Keuangan Mikro milik kelompok tani Padusi, relatif terbatas sehingga jumlah modal
kegiatan usaha yang dapat diakses anggota kelompok tani Padusi belum memadai bagi peningkatan skala usaha tani.
Tabel 6 . Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Padusi
Deskripsi Pola Pikir X
Taraf Hidup Y Pertumbuhan
Vektor 2006
2.48 5.53
X Y
2007 7.89
6.01 5.41
0.48 5.43
2008 9.60
6.18 1.71
0.17 1.72
Total 7.12
0.64 7.15
Namun demikian posisi akhir dari koordinat VPA kelompok tani Padusi telah sampai pada tahap Perkembangan 9.60 ; 6.18, sedangkan batas aman bagi
ketahanan pangan pada suatu masyarakat adalah pada koordinat 5.0 ; 5.0, sehingga dapat dikatakan bahwa, proyek IFS CECOM dalam memasuki waktu
tiga tahun telah berhasil untuk mendorong dan mendukung proses pemberdayaan di masyarakat desa Kampar menuju ke arah kemandirian masyarakat yang sangat
positif, yang berdampak langsung pada pola pikir masyarakat untuk tetap dapat mempertahankan ketahanan pangan yang sudah terbentuk.
Pendekatan pendampingan secara partisipatif oleh CECOM melalui kegiatan –pengembangan kelembagaan, pengorganisasian komunitas dan
penguatan kapasitas telah memberikan dampak yang cukup besar dalam perukembangan pola pikir masyarakat ini.
Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V = 7.12 + 0.65 = 51.11 ,sehingga V = 7.15, sedangkan persamaan garis linear yang
didapatkan adalah Y = 0.09 X + 0.001, yang berarti bahwa kenaikan X pola pikir sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y taraf hidup sebesar
0,09 satuan. Percepatan perkembangan Y Taraf Hidup sebenarnya dapat dipacu dengan pengembangan program selanjutnya yang difokuskan pada pengembangan
usaha mikro, baik secara fisik dengan input modal , dan input produksi, serta penguatan kapasitas usaha mikro dengan berbagai pelatihan manajemen usaha
mikro, pelatihan pengelolaan keuangan mikro dan pelatihan pelembagaan untuk penguatan kelompok yang lebih signifikan.
Bila pada proyek CECOM berikutnya dilakukan pendekatan melalui pengembangan usaha mikro yang lebih intensif, maka sudut vektor VPA akan
berubah menjadi lebih besar, sehingga akan terjadi keseimbangan antara besaran
perkembangan X dan Y sudut 45 derajat, sehingga perkembangan masyarakat dapat segera mencapai fase kemandirian self reliance stage.
6.2.2. Kelompok Tani Berkat Bersama, desa Kuala Nenas, Kecamatan Kampar Timur
.
Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Berkat Bersama pada fase
persiapan tahun 2006 dan pada fase kemandirian tahun 2008 seperti pada Gambar 14. Walaupun Poktan Berkat Bersama telah memasuki fase kemandirian masih
terdapat satu sub-indikator yang masih terdapat di bawah batas aman, yaitu pengarusutamaan jender, walaupun telah terjadi perkembangan 20 persen dari
posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 7. Suhaimi Khatib, ketua KTNA Kabupaten Kampar melihat dalam perspektif lokal di Kampar bahwa pelibatan
peran dan partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh perempuan dalam usaha tani terlihat menonjol dalam budidaya tanaman pangan khususnya padi sedangkan
dalam usaha tani berbasis komoditas non tanaman pangan seperti nenas sebagai sumber pendapatan utama keluarga maka peranan perempuan cenderung
termarjinalkan atau hanya sebagai pendukung. Sub indikator lain yang masih tipis peningkatannya adalah sub indikator kesempatan kerja dimana posisi sub
indikator tersebut tepat digaris aman koordinat 5, hal ini menunjukkan bahwa sumber nafkah atau pendapatan anggota Poktan hanya bergantung dalam budidaya
tanaman nenas dan industri hilir skala rumah tangga yaitu pengolahan keripik nenas. CECOM Foundation belum mengoptimalkan potensi integrasi sektor usaha
pertanian dengan sektor usaha lainnya seperti peternakan sapi karena sampai tahun 2008 belum adan bantuan input fisik berupa ternak sapi kepada Poktan
Berkat Bersama. Padahal seandainya konsep dan disain program IFS dilaksanakan secara terpadu melalui pengembangan usaha peternakan maka akan banyak nilai
tambah yang didapat seperti : 1 penggemukan fattening dan budidaya breeding sapi dimana limbah kulit nenas dapat difermentasi menjadi pakan
alternatif bagi ternak, 2 produksi fine compost yang akan menyuburkan lahan pertanian nenas.
Perkembangan tertinggi pada Poktan Berkat Bersama dapatkan pada sub indikator Kebiasaan menabung, sebesar 7.4., dari sebelumnya 2.5, sehingga terjadi
peningkatan sebesar 202 persen dari posisi sebelumnya di tahun 2006. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator kemajuan program yang
merekam frekuensi menabung dalam satu tahun terakhir dan kesadaran menabung di kelompok tani.
Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Berkat Bersama disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Berkat Bersama
No Sub Indikator
Tahun 2006 Tahun 2008 Perubahan
1 Pendapatan
8.5 9.5
12
2 Kesempatan Kerja
4.6 5.0