2.7 Surplus Konsumen
Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marjinal yang semakin
menurun. Konsumen mampu membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat
membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama. Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak di antara
kurva permintaan dan garis harga Djijono 2002. Besarnya surplus konsumen dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu area atau bidang di bawah kurva permintaan
dan di atas garis harga. P
SK E
Q
Sumber : Djijono 2002
Keterangan : P = harga barang dan jasa
Q = jumlah barang dan jasa SK = surplus konsumen
Gambar 1. Surplus Konsumen 2.8
Dampak Ekonomi Wisata
Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dapat berpengaruh pada kondisi sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dimana tempat wisata itu berada baik
secara positif dan negatif. Menurut Vanhove 2005, dampak ekonomi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak langsung direct, tidak langsung indirect dan
lanjutan induced. Dampak langsung yaitu dampak yang ditimbulkan dari pengeluaran
wisatawan yang langsung. Dampak tidak langsung indirect adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Dampak
ini ditimbulkan dari unit usaha yang menerima dampak langsung akan
memerlukan input bahan baku dan tenaga kerja dari sektor lain. Dampak lanjutan induced adalah aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan
pendapatan lokal dampak lanjutan dari dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak ini ditimbulkan dari masyarakat lokal yang didukung secara
langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata membelanjakan pendapatan mereka di daerahnya.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan untuk mengukur nilai ekonomi wisata dari suatu objek wisata menggunakan metode biaya perjalanan dengan pendekatan surplus
ekonomi serta dampak ekonomi dari kegiatan wisata telah cukup banyak dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Firandari 2009, Milasari 2010,
Wijayanti dan Hastuti 2009, dan Untari 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Firandari 2009 mengenai Analisis
Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan menunjukkan bahwa permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3
dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap
keberadaan Pulau Situ Gintung-3. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 sebesar Rp 28 985.51 per kunjungan dan nilai manfaatnilai ekonomi
Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3 373 130 755.00. Penelitian mengenai Analisis Dampak Ekonomi Wisata Alam Studi
Kasus: Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor dilakukan oleh Milasari 2010 menunjukan bahwa Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi
permintaan adalah biaya perjalanan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jarak tempuh, jumlah rombongan, dan pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan
obyek wisata. Nilai Keynessian Income Multiplier adalah 1.07, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1.22 dan Tipe 2 sebesar 1.37. Dampak ekonomi yang
dihasilkan relatif rendah, tetapi memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tak langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Hastuti 2009 mengenai Analisis Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata: Studi Kasus Kawasan