Objek Wisata Minat Khusus

Wisata Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor menunjukan hasil penelitian bahwa ekowisata di GSE memberikan dampak ekonomi yang diukur menggunakan efek pengganda multiplier effect yang nyata bagi masyarakat lokal, kontribusi masyarakat masih sangat rendah dikarenakan kebocoran ekonomi sekitar 60 persen belanja wisatawan. Nilai surplus konsumen terbesar dirasakan oleh wisatawan di Air Panas Lokapura sebesar Rp 1 584 515 per kunjungan. Sedangkan nilai total jasa lingkungan per tahun tertinggi di Buper Gunung Bundar sebesar Rp 50 012 042 254. Strategi pengelolaan yang paling efektif dinilai paling utama adalah menyediakan, melengkapi, dan memperbaiki infrastruktur dan fasilitas wisata. Untari 2009 telah melakukan berjudul Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Zona Wisata Bogor Barat Kabupaten Bogor dengan tujuan menyusun strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Zona Wisata Bogor Barat menggunakan analisis SWOT. Rekomendasi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat pada cluster desa sangat baik yaitu: 1 Pelibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata mulai tahap perencanan, pelaksanaan dan evaluasi; 2 Pengembangan program desa wisata yang khas sesuai potensi dan budaya masyarakat; 3 Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses; 4 Peningkatan kemampuan SDM masyarakat desa terutama SDM di objek wisata melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial; 5 Perbaikan sarana dan prasarana wisata untuk mendukung pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang memperhatikan konsep keberlanjutan ekologi dalam pengembangan desa wisata; 6 Pembentukan wadah bagi pengelolan ekowisata berbasis masyarakat; 7 Promosi program ekowisata berbasis masyarakat yang ada di Zona Wisata Bogor Barat dan 8 Pengembangan desa- desa potensial di kecamatan yang berdekatan dengan desa yang akan dikembangkan desa wisata. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan adalah keberadaan kawasan wisata Goa Pawon tergolong baru dan belum cukup dikenal oleh masyarakat sehingga penelitian ini mengkaji nilai dan dampak ekonomi wisata serta strategi pengembangannya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Operasional

Nilai kebudayaan, spiritual, ekologi, dan keindahan alam menjadi modal utama yang ditawarkan kawasan wisata Goa Pawon. Modal utama tersebut tidak memiliki nilai pasar dan cenderung dinilai lebih rendah dari nilai sebenarnya. Permintaan wisata Goa Pawon dipengaruhi biaya perjalanan, waktu tempuh perjalanan, penghasilan responden, jumlah kunjungan, dan faktor-faktor lainnya. Permintaan wisata pengunjung mengukur besarnya surplus konsumen dari suatu lokasi wisata. Total surplus konsumen yang diterima oleh wisatawan menunjukan nilai ekonomi wisata Goa Pawon. Kawasan wisata Goa Pawon yang terdapat di kawasan Karst Citatah memiliki daya tarik minat khusus bagi pengunjungnya. Kawasan wisata ini memberikan penawaran wisata penelusuran goa, minat khusus panjat tebing, museum, dan kampung budaya. Kawasan wisata Goa Pawon memberikan peluang usaha masyarakat untuk ikut berpartisipasi memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang baik bagi pengunjung. Menurut Wijayanti 2009 wisatawan membutuhkan berbagai keperluan, diantaranya akomodasi homestay, konsumsi, keperluan caving dan climbing, souvenir dan jasa pemandu guide. Jika kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh penduduk lokal melalui unit usaha yang didirikan, maka terjadi transaksi ekonomi antara wisatawan dan masyarakat lokal. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan di kawasan wisata memberikan aliran uang dari luar objek ke dalam objek. Jika hal ini terjadi terus menerus dan memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal, maka tercipta manfaat ekonomi. Kawasan wisata Goa Pawon merupakan objek wisata baru yang perlu memiliki pengelolaan, manajemen, dan koordinasi yang baik. Goa Pawon dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat. Strategi