Studi Kualitatif Pasca Eksperimen

No. Variabel yang Diuji Hasil Kesimpulan stat sig

26. F x NFC  Perceived Risk 2,205

0,139 Tidak Signifikan

27. Niat Perilaku H4 0,027

Signifikan

7.8. Studi Kualitatif Pasca Eksperimen

Untuk melengkapi temuan studi pendahuluan maupun temuan eksperimen, penulis kembali melakukan studi kualitatif tambahan berupa diskusi kelompok terfokus. Studi tambahan semacam ini juga dilakukan Cox et al, 2006 untuk memberi penjelasan atas temuan riset baik yang signifikan maupun yang tidak signifikan. Studi tambahan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi temuan-temuan yang tidak signifikan dalam eksperimen. Diskusi kelompok terfokus dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan 3 kelompok diskusi. Jumlah seluruh peserta diskusi adalah 27 orang mahasiswa. Diskusi dilakukan selama kurang lebih 150 menit. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam diskusi kelompok terfokus beserta rangkuman jawaban yang diberikan oleh peserta diskusi. 1. “Apakah Anda merasa sudah berhemat energi listrik?” Semua peserta menjawab belum, kecuali dua orang peserta yang menyatakan sudah berhemat energi listrik. Partisipan yang menyatakan sudah berhemat mengungkapkan bahwa, perilaku hemat energinya adalah dengan cara mematikan semua peralatan elektronik saat 176 meninggalkan kamar. Sementara, peserta yang menyatakan belum berhemat energi mengungkapkan bahwa: berhemat energi itu tidak mengasyikkan, energi dibutuhkan untuk kenyamanan hidup, berhemat energi itu identik dengan sepi dan mereka mempermasalahkan mengapa mereka harus berhemat energi jika mereka sudah membayar listrik secara tetap di tempat kos masing-masing. 2. “Betulkah anggapan yang menyatakan bahwa remaja belum berhemat energi listrik?” Semua peserta diskusi menyatakan setuju. Hal ini berarti mereka mempersepsi diri mereka sendiri sebagai belum berhemat energi listrik dan hal ini konsisten dengan jawaban mereka untuk pertanyaan pertama. 3. “Menurut Anda, mengapa remaja tidak berhemat energi listrik?” Jawaban mayoritas yang berhasil dirangkum terkait pertanyaan ini adalah karena mereka merasa masih memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi berkaitan dengan aktivitas mereka sehari-hari dan membutuhkan ketersediaan energi. Jawaban ini konsisten dengan jawaban peserta diskusi kelompok terfokus pada tahap studi pendahuluan. Jawaban lain yang muncul adalah karena kurangnya kesadaran di kalangan remaja yang membuat remaja tidak berhemat energi listrik. 4. “Apa yang perlu dilakukan agar remaja bersedia melakukan hemat energi listrik?” Pertanyaan ini direspon dengan beberapa jawaban beragam yang intinya menyatakan bahwa remaja mungkin akan terpaksa berhemat energi listrik jika ditakut-takuti akan dampaknya secara ekstrim. Sebab 177 dampak yang mereka persepsikan selama ini bukanlah dampak yang terlalu menakutkan bagi mereka. Mereka juga menyatakan akan terpaksa berhemat energi listrik jika mendapat pembatasan pemakaian atau jika biaya dinaikkan sampai pada tingkat yang memberatkan mereka untuk membayar. Dengan kata lain, biaya listrik yang saat ini mereka tanggung masih terjangkau. 5. “Apakah Anda percaya bahwa kita mengalami kelangkaan energi?” Para peserta menyatakan percaya, namun, mereka memiliki anggapan bahwa kelangkaan energi terjadi adalah pengelolaan energi nasional yang tidak tepat. Pemerintah dinilai tidak mengelola energi nasional secara maksimal sehingga terjadi kelangkaan energi. 6. “Apakah menurut anda remaja juga harus berhemat energi?” Pertanyaan ini mendapat respon serupa yang intinya remaja menolak melakukan penghematan energi listrik dengan alasan-alasan seperti: “kebutuhan kami kan tidak banyak dibanding kebutuhan energi listrik industri, mengapa bukan mereka saja yang berhemat?”, “kenapa saya harus berhemat energi kalau orang lain juga nggak berhemat energi?”, pemerintah saja nggak hemat energi, buktinya tuh kantor-kantor siang hari juga banyak pakai lampu dan AC, kami butuh contoh dong...”, “mungkin karena kami nggak merasakan cari uang sendiri dan bayar listrik sendiri jadi nggak terlalu terpikir untuk berhemat energi.” Uraian hasil diskusi kelompok terfokus di atas mengindikasi bahwa terdapat resistensi di kalangan remaja dengan karakteristik demografi seperti dalam riset ini terhadap dorongan perilaku hemat energi listrik. Faktor utama penyebabnya adalah karena mereka bukan pembayar listrik, 178 tidak merasakan kelangkaan suplai energi listrik dalam kehidupan sehari- hari, merasa memiliki kebutuhan yang harus didukung dengan ketersediaan energi listrik dan menuntut agar penghematan listrik tidak hanya dipromosikan ke kalangan mereka saja, namun perlu juga contoh dan bukti nyata penghematan dari masyarakat dan kalangan industri yang menurut mereka justru lebih banyak menggunakan energi listrik. Secara keseluruhan hasil diskusi kelompok terfokus ini konsisten dengan hasil diskusi yang sama pada tahap studi pendahuluan dan mengkonfirmasi temuan dalam eksperimen. Konsistensi temuan studi pendahuluan maupun hasil diskusi kelompok terfokus pasca eksperimen memberi penjelasan mengapa remaja bersikap resisten terhadap program hemat energi listrik. Resistensi ini diindikasikan dari temuan eksperimen yang menunjukkan tidak adanya perbedaan sikap antara pemberian stimuli pesan positif dan negatif serta tidak signifikannya efek pemoderasi informasi kelangkaan dalam pengaruh pembingkaian pesan pada sikap partisipan. Meskipun demikian ada beberapa eksplanasi teoritik dan praktik yang penulis ajukan dalam sub bab pembahasan berikut ini.

7.9. Pembahasan