merupakan konstruk hipotetis yang tidak dapat diakses melalui observasi langsung   sehingga   harus   disimpulkan   dari   respon-respon   yang   terukur.
Respon ini dapat berupa evaluasi negatif atau evaluasi positif terhadap objek sikap.   Mengingat   tidak   adanya   batasan   virtual   tentang   jenis   respon   yang
dapat   dipertimbangkan,   Ajzen 1988
menyatakan   perlunya mengkategorisasi respon yang relevan dengan sikap ke dalam beberapa sub
grup. Contoh yang berkaitan dengan hal ini misalnya: respon yang diarahkan pada orang lain dan diarahkan pada diri sendiri, perilaku yang ditunjukkan di
depan publik dan perilaku pribadi, atau antara aksi dan reaksi. Klasifikasi paling populer yang membedakan respon terhadap sikap
adalah klasifikasi respon dalam bentuk  kognitif, afektif dan konatif  Ajzen, 1988.  Komponen   kognitif   meliputi   pengetahuan   atau  belief  yang  dimiliki
individu terhadap objek.  Komponen afektif meliputi perasaan yang dimiliki individu   terhadap   suatu   objek.   Sementara,   komponen   konatif   meliputi
tindakan   atau   kecenderungan   tindakan   tertentu   yang   dimiliki   individu terhadap objek.  Sikap merupakan faktor indeks penting yang menunjukkan
pengaruh   suatu   iklan.   Sikap   terhadap   iklan   biasanya   digunakan   untuk mengevaluasi keefektifan periklanan pada konsumen.
2.2. Perubahan Sikap Persuasi
Persuasi   adalah   perubahan   sikap   sebagai   hasil   eksposur   terhadap informasi  yang diperoleh dari pihak lain.  Olson  1993  dan Wood  2000
menyatakan   bahwa   eksposur   ini   bisa   berupa   informasi   tertulis   maupun
14
pesan   verbal   yang   dikirimkan   oleh   sumber   kepada   penerima.   Teori perubahan sikap juga digunakan untuk menjelaskan konsumen mengadopsi
suatu produk atau gagasan. Diskusi   perubahan   sikap   manusia   dapat   dilihat   dari   berbagai
perspektif   teori,   antara   lain   model   multiatribut  Horton,   1984.   Horton 1984 mengklaim model multiatribut adalah model yang paling bermanfaat
untuk   mengembangkan   strategi   perubahan   sikap   karena   memfokuskan secara   langsung   pada   atribut   yang   dapat   diubah   dengan   keputusan
manajerial yang tepat. Mengacu pada model ini, ada dua teori yang dapat menjelaskan   strategi   merubah   sikap   sebelum   pembelian,  yaitu  teori
kesikapan  attitudinal theories dan teori pemrosesan informasi  theories of information   processing.  Teori   kesikapan  dijelaskan   oleh   teori   model
multiatribut Fishbein, teori sikap fungsional Katz’s, Sherif’s social judgement theory  dan  Heider balance theory. Model-model tersebut memberi rerangka
yang baik untuk memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Menurut   teori   pemrosesan   informasi,   model   pemrosesan   informasi
yang   paling   relevan   menjelaskan   perubahan   sikap   adalah  Elaboration Likelihood   Model   ELM  dari   Petty  dan  Cacioppo  1986.   Teori   ini
menyatakan,  konsumen   yang   memiliki   keterlibatan   akan   memproses informasi   melalui   rute   sentral  central   route  yang   lebih   menekankan
pemrosesan berdasar petunjuk-petunjuk dalam pesan. Sementara, konsumen yang tidak memiliki keterlibatan lebih memilih menggunakan rute  periferal
peripheral   route  yang   menekankan   pemrosesan   berdasar   petunjuk   non
15
pesan. Rute sentral berkaitan dengan isi pesan. Persuasi melalui rute sentral terjadi ketika penerima pesan berpikir kritis tentang pesan dan dipengaruhi
oleh kekuatan dan kualitas argumen dalam pesan tersebut. Rute  periferal berkaitan dengan petunjuk di  luar isi pesan. Persuasi melalui rute  periferal
terjadi   ketika  penerima   pesan  tidak   terlalu   berpikir   tetapi   terpengaruh dengan menggunakan heuristik yang berbasis pada petunjuk-petunjuk selain
isi pesan. Mengacu pada teori ELM  Petty dan Cacioppo, 1984, dalam situasi
keterlibatan   rendah,   pemrosesan   informasi   yang   dilakukan   konsumen cenderung berupa reaksi terhadap pemikiran yang lebih berkaitan dengan
petunjuk  periferal  dibanding   pesan   itu   sendiri.   Dikaitkan   dengan pembingkaian pesan, dalam kondisi semacam ini pembingkaian pesan positif
lebih   persuasif   karena   pemrosesan   lebih   didasarkankan   pada   petunjuk- petunjuk eksekusional. Sementara, dalam situasi keterlibatan tinggi, pesan
yang   disampaikan   akan   diproses   secara   detil   sehingga   informasi   yang disajikan dalam pembingkaian pesan negatif dianggap lebih persuasif.
Olson  1993  membuat   klasifikasi   berbeda   tentang   teori   persuasi. Olson menyatakan, teori persuasi bisa dibedakan atas dua area riset yang
mendominasi yaitu ELM dan Model Persuasi Heuristik Sistematik Heuristic- Systematic Models of Persuasion. Kedua model ini berasumsi bahwa individu
akan   memproses   pesan   secara   seksama   ketika   mereka   termotivasi   dan mampu melakukannya. Dalam kondisi semacam ini persuasi melalui rute
sentral  atau  pemrosesan   sistematik,  kekuatan   argumen   akan   menjadi
16
penentu utama terjadinya persuasi dan perubahan sikap yang terjadi akan cenderung  stabil  dan  bertahan  lama.  Sementara  itu,  ketika  individu  tidak
mampu   atau   tidak   termotivasi   untuk   memproses   pesan   secara   seksama persuasi   melalui   rute   periferal  atau  pemrosesan   heuristik,   walaupun
keduanya tidak saling menggantikan, maka  faktor  petunjuk, heuristik dan proses lain akan menentukan terjadinya persuasi.
Sementara   itu,   Wood  2000  menyatakan   bahwa   studi   tentang perubahan sikap pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua area, yaitu studi
tentang persuasi berbasis pesan dan studi tentang pengaruh sosial. Dalam paradigma persuasi, daya tarik untuk mempengaruhi biasanya merupakan
detil  argumentasi yang disajikan  kepada  penerima individual dalam suatu konteks   dengan   interaksi   sosial   minimal.
Daya   tarik   pengaruh   sosial sebaliknya   selalu   hanya   berupa   informasi   tentang   posisi   sumber   tetapi
disajikan dalam setting sosial yang lebih kompleks. Merangkum   berbagai   teori   yang   ada,  Eagly   dan   Chaiken  1984
menyatakan  bahwa  mekanisme terjadinya persuasi  dapat didekati dengan tiga   pendekatan   terpisah  yaitu  the   cognitive   response   approach,   the
attributional reasoning approach  dan the heuristic processing mode.  Ketiga mekanisme ini  dapat terjadi secara simultan dan berinteraksi satu sama lain.
Tabel 2.1. menyajikan rincian teori beserta para ahli pencetus masing-masing teorinya. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut:
a. The Cognitive Response Approach. Pendekatan ini menitikberatkan pada