Gambar 20 Fotografi mikro kripta Lieberkühn pada duodenum mencit setelah 4
minggu pemulihan dari radiasi. Lumen kripta ditunjukkan dengan panah hitam. Dapat dilihat bahwa jumlah kripta pada semua kelompok
K, P, R dan RP hampir sama. A: kelompok K, B: kelompok P, C: kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan
hematoksilin-eosin HE dengan perbesaran 400x.
4.3 Rataan Jumlah Sel Goblet Duodenum
Sel goblet merupakan derivat stem sel yang mengalami deferensiasi dari basal kripta usus. Sel goblet memiliki fungsi sebagai barrier atau pelindung
mukosa usus yang langsung berhadapan dengan lumen usus. Mukus yang disekresikan sel goblet mengandung senyawa antimikrobial. Peningkatan jumlah
sel goblet dapat menjadi indikator adanya proses inflamasi pada suatu jaringan Price et al. 1995. Rataan jumlah sel goblet usus halus di duodenum mencit
percobaan dapat dilihat pada Tabel 7.
D C
B A
Tabel 7 Hasil analisis rataan jumlah sel goblet pada duodenum sel dihitung dalam luas lapang pandang 58 987 µm
2
Kelompok Jumlah sel goblet pada duodenum Mean± SD
Setelah 8 minggu radiasi 5.3 mSv
Setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi
tanpa perlakuan
Kontrol K 26.61±10.45
b
17.78± 6.65
b
Primer P 37.90± 9.56
ba
28.72± 13.47
b
Rosela R 27.78±10.57
b
51.61± 10.57
a
Radiasi-Rosela RP 30.22± 5.17
b
22.22± 5.95
b
Ket:
1
.angka yang diikuti dengan huruf superskrip yang sama pada satu kolom pada masing-masing minggu menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5
2.
kelompok yang disertai merupakan kelompok yang diberi paparan radiasi selama 8 minggu
Analisis statistik terhadap rataan jumlah sel goblet pada duodenum setelah 8 minggu radiasi menunjukkan tidak berbeda nyata p0.05 antar kelompok
perlakuan. Namun demikian rataan jumlah sel goblet menunjukkan trend yang meningkat dari kelompok K, R, RP, dan P. Rataan jumlah sel goblet pada
ketiga kelompok perlakuan P, R, dan RP lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K. Hal ini diduga karena proses absorbsi yang terganggu akibat
kerusakan epitel vili sehingga jumlah sel goblet perlu ditingkatkan sebagai bentuk kompensasi. Selain itu peningkatan jumlah sel goblet dapat diartikan adanya
kondisi patologis seperti adanya peradangan pada bagian usus. Menurut Cotran et al.
1999, sel goblet memiliki fungsi untuk mensekresikan mukus yang berfungsi terhadap peningkatan pergerakan dan penyebaran bahan makanan atau nutrisi
yang ada pada lumen secara efektif. Selain itu radiasi ionisasi diduga sebagai penyebab proliferasi sel goblet.
Menurut Wood, Gibson, dan Garg 2003, peroksidasi lipid yang terjadi pada membran sel epitel akan menimbulkan efek patofisiologi berupa peningkatan
sekresi mucus dan kematian sel. Sedangkan pada kelompok perlakuan R peningkatan rataan jumlah sel goblet diduga akibat adanya pemberian rosela
yang diketahui memiliki kadar asam askorbat yang tinggi. Kondisi lumen yang asam diduga dapat menginisiasi hadirnya sel goblet pada epitel vili yang akan
mensekresikan mukus untuk melapisi sel-sel epitel vili sehingga tidak mengakibatkan kerusakan. Menurut Roitt 1988, dalam respon imun akan
dihasilkan sel-sel atau molekul-molekul yang bertugas mempertahankan kesehatan tubuh dari serangan patogen maupun sel kanker.
Respon umum yang akan terjadi adalah adanya perlindungan pertama dari sistem imum non-spesifik. Respon imun fisik non-spesifik akan diperankan oleh
sel goblet penghasil mukus lendir sebagai langkah pertama terhadap kehadiran agen patogen. Selain pertahanan fisik mukosa usus juga dilengkapai dengan
adanya asam peptida yang dipecah di lumen usus. Senyawa asam tersebut pula berfungsi sebagai sistem pertahanan imun biokimia non-spesifik.
Gambar fotografi mikro sel goblet pada keempat kelompok perlakuan setelah 8 minggu radiasi disajikan pada Gambar 21.
Gambar 21 Fotografi mikro sel goblet pada duodenum mencit setelah 8 minggu radiasi 5.3 mSv. Sel goblet ditunjukkan dengan panah hitam. Dapat
dilihat bahwa jumlah sel goblet meningkat pada kelompok P disusul kelompok RP. A: kelompok K, B: kelompok P, C:
D C
B A
kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan periodic acid schiff
PAS, dengan perbesaran 400x. Berikut fotogarfi mikro sel goblet pada keempat kelompok perlakuan
setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi Gambar 22.
Gambar 22 Fotografi mikro sel goblet pada duodenum mencit setelah 4 minggu. Sel goblet ditunjukkan dengan panah hitam. Dapat dilihat bahwa
jumlah sel goblet meningkat pada kelompok R sedangkan kelompok P dan RP menunjukkan jumlah sel goblet pada kisaran normal K.
A: kelompok K, B: kelompok P, C: kelompok R, dan D: kelompok RP. Pewarnaan periodic acid schiff PAS, dengan
perbesaran 400x.
Analisis statistik terhadap rataan jumlah sel goblet pada duodenum setelah 4 minggu pemulihan dari radiasi dengan tanpa pencekokan menunjukkan
nilai berbeda nyata p0.05 pada kelompok perlakuan R. Namun demikian
B
D C
A
rataan jumlah sel goblet menunjukkan trend yang menurun dibandingkan nilai pada 8 minggu radiasi. Peningkatan rataan jumlah sel goblet yang signifikan
terlihat pada kelompok R. Hal ini diduga karena hewan coba yang digunakan non-SPF
atau non Spesific Pathogen Free. Kelompok P , d a n R P menunjukkan rataan jumlah sel goblet tidak jauh berbeda dengan kelompok K.
4.4 Rataan Jumlah Sel Radang