Volt. Gelombang ini lebih pendek dari panjang gelombang sinar ultra violet Thrall 2002.
2.1.2 Pemanfaatan Sinar-X dalam Dunia Medis
Sejak pertama kali sinar-X ditemukan sudah berkembang sangat pesat sebagai sarana radiodiagnostik untuk menghasilkan gambaran medis. Dunia
kedokteran hewan memanfaatkan sinar-X sejak tahun 1970 di Eropa. Ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan pemanfaatan energi radiasi
disebut dengan radiologi. Pemanfaatan energi radiasi ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana radiodiagnostik dan radioterapi. Radiografer memanfaatkan sinar-
X untuk menghasilkan gambaran diagnostik yang dapat membantu mendeteksi berbagai kelainan baik pada jaringan lunak maupun jaringan keras seperti tulang
Thrall 2002; McCurnin dan Bassert 2006. R
Ö
ntgen merupakan sarana radiodiagnostik yang sudah berkembang dengan pesat dalam menunjang diagnosa. R
Ö
ntgen atau sinar-X menghasilkan energi radiasi ionisasi yang berbahaya bagi kesehatan. Sejak tahun 2005
pemerintah Amerika Serikat memasukan sinar-X dalam daftar penyebab terjadinya kanker. Penggunaan sarana radiodiagnostik sinar-X di Indonesia
diawasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir BAPETEN Ulum dan Noviana 2008.
Menurut Nicholas dan Robert 2007 radioterapi ialah pemanfaatan radiasi sinar-X atau sinar-Gamma yang dipajankan terhadap sel-sel malignan. Pada
masing-masing penyakit malignan digunakan dosis dan frekuensi paparan yang berbeda. Menurut Tjokronagoro 2001 dalam Riyatun 2011, radioterapi
didefinisikan sebagai pemanfaatan sinar-X untuk memberikan efek terapi terhadap sel-sel yang mengalami mitosis berlebihan atau sel kanker. Radiasi akan merusak
sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi atau pembelahan sel-sel kanker akan terhambat.
2.1.3 Efek Radiasi Ionisasi
Sinar-X merupakan bentuk radiasi ionisasi yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Disamping memiliki nilai positif sebagai sarana radiodiagnostik,
radiasi ionisasi sinar-X dapat menyebabkan kerusakan luar biasa pada jaringan tubuh yang terpapar. Jumlah radiasi ionisasi terendah yang mampu menginisiasi
terbentuknya kanker adalah 50 mSv. Badan pengawas Nuklir Amerika Serikat
atau disebut NCR Nuclear Regulatory Commision membatasi jumlah dosis
okupasional pada orang dewasa tidak boleh melebihi 0.05 Sv 5 remtahun Thrall 2002.
BAPETEN sebagai badan pengawas tenaga nuklir nasional di Indonesia mengatur bahwa dosis maksimum pekerja radiasi adalah 20 mSv rata-rata dalam 5
tahun Ulum dan Noviana 2008. Dosis 50 mSvtahun yang diterima dari radiasi alam di berbagai bagian bumi tidak berbahaya bagi penduduk setempat. Akan
tetapi pada dosis 100 mSvtahun memacu terjadinya kanker dengan semakin meningkatnya dosis yang diterima. Kejadian kanker terjadi pada 5 dari 100 orang
atau sekitar 5 dengan dosis 1000 mSv. Kejadian umum berupa kanker pada dosis tersebut sekitar 25 dan mampu meningkat menjadi 30.
Semua jaringan baik hewan maupun manusia sangat sensitif terhadap radiasi. Penyerapan radiasi dosis rendah dari sinar R
Ö
ntgen oleh jaringan akan mengakibatkan perubahan dan kerusakan pada sel McCurnin dan Bassert 2006.
Sinar-X membentuk radikal bebas yang berakibat kerusakan atau hilangnya elektron atom dari jaringan yang terpapar. Tubuh sebagian besar terdiri atas
komponen air sekitar 70 sehingga radiasi ionisasi akan mengubah susunan molekul air membentuk radikal bebas secara aktif. Jumlah radikal bebas yang
terbentuk akan merusak jaringan. Daya sensitifitas dan regenerasi tiap jaringan berbeda-beda sehingga efek yang ditimbulkan akan berbeda sesuai dengan jenis
jaringan dan dosis radiasi yang diterima. Efek yang ditimbulkan berupa abnormalitas jaringan hingga kematian. Jaringan yang sangat aktif membelah
seperti usus dan sumsum tulang akan memperlihatkan efek yang sangat besar. Sebaliknya pada jaringan yang tidak aktif membelah seperti otot dan tulang akan
menimbulkan sedikit efek Thrall 2002.
2.2 Rosela Hibiscus sabdariffa L.