minggu  ke-9  sampai  minggu  ke-12  kelompok  mencit  perlakuan  tidak  diberi paparan radiasi dan tanpa pencekokan.
3.3.4 Pemberian Ekstrak Rosela
Mencit yang diterapi dengan ekstrak rosela adalah mencit kelompok R dan RP.  Sebelum  pemberian  ekstrak  rosela,  mencit  direstrain  terlebih  dahulu  secara
manual  mulai  dari  belakang  telinga  sampai  dengan  dorsal  punggung.  Ekstrak rosela diencerkan dengan akuadest dengan komposisi 1.5 gram ekstrak dalam 200
ml aquadest, sehingga konsentrasi adalah 7.5 gml. Dosis yang digunakan adalah 50  mgmlberat  badan  atau  0.2  mlekordua  hari  dengan  menggunakan  sonde
lambung  Akindahunsi  dan  Olelaye  2003;  Ali  et  al.  2005.  Sonde  lambung digunakan secara hati-hati sehingga larutan ekstrak rosela tidak masuk ke dalam
saluran  pernapasan.  Pemberian  ekstrak  rosela  dilakukan  setiap  dua  hari  sebelum diradiasi  dengan  sinar-X.  Cara  pencekokan  ekstrak  kelopak  bunga  rosela  dapat
dilihat pada Gambar 14.
Gambar  14  Pencekokan  bahan  perlakuan  NaCl  dan  ekstrak  kelopak  bunga
rosela pada mencit.
3.3.5 Nekropsi
Setelah  mencit  kelompok  perlakuan  8  minggu  dan  12  minggu  diberi perlakuan  kemudian  dilakukan  nekropsi  pada  mencit.  Pertama  dilakukan
penimbangan mencit lalu dianastesi dengan menggunakan kombinasi Ketamin 30 mgKg dan Xylazine 5 mgKg BB intra peritoneal. Mencit diberi anastesi dengan
dosis  over  dosis  OD  hingga  mati.  Lalu  mencit  dinekropsi  untuk  kemudian diambil  sampel  usus  yang  telah  ditentukan  bagiannya.  Kemudian  bagian-bagian
usus  yang  telah  diambil  dibuka  lumennya,  setelah  itu  bagian  ujung-ujung  usus tersebut  disteples  pada  kertas  karton  dengan  pemukaan  dalam  dibagian  atasnya.
Fiksasi kesemua bagian usus yang telah diambil ke dalam larutan Buffer Neutral Formalin
atau BNF 10 selama dua hari.
3.3.6 Pembuatan Sediaan Histopatologi
Pembuatan  sediaan  histopatologi  diawali  dengan  pemotongan  tipis  pada bagian  usus  yang  telah  diawetkan  dalam  larutan  Buffer  Neutral  Formalin  atau
BNF 10 selama dua hari. Bagian usus  dipotong  dengan lebar 0.5 cm sehingga
dapat  dimasukkan  kedalam  Tissue  Casset  dan  dikelompokkan  sesuai kelompoknya. Dehidrasi dilakukan dengan cara merendam sediaan tersebut secara
berturut-turut kedalam alkohol 70, 80, 90, alkohol absolut II,  xylol I, xylol II,  parafin  I  dan  parafin  II.  Proses  perendaman  pada  setiap  bahan  dilakukan
selama 2 jam dan berjalan secara otomatis dalam alat automatic tissue processor. Proses dilanjutkan dengan pencetakkan sampel organ dalam paraffin agar
membentuk  blok  jaringan  sehingga  dapat  dipotong  menggunakan  mikrotom setebal  5  µm.  Potongan  blok  paraffin  berbentuk  pita  ribbon,  diletakan  di  atas
permukaan  air  hangat  45°C  dengan  tujuan  untuk  menghilangkan  lipatan  akibat pemotongan. Sediaan diangkat dari permukaan air dengan gelas objek yang telah
diulasi  larutan  albumin  yang  berfungsi  sebagai  perekat.  Sediaan  selanjutnya dikeringkan dalam inkubator suhu 60°C selama 24 jam.
Proses pewarnaan diawali dengan deparafinisasi ke dalam xylol sebanyak dua  kali,  masing-masing  selama  dua  menit.  Sediaan  selanjutnya  melalui  proses
rehidrasi.  Proses  rehidrasi  dimulai  dari  alkohol  absolut  sampai  ke  alkohol  80, yang  masing-masing  lamanya  2  menit.  Sediaan  selanjutnya  dicuci  dengan  air
mengalir dan dikeringkan. Sediaan yang telah kering diwarnai dengan pewarnaan Mayer’s Hemaktosilin selama 8 menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan
pewarna  Eosin  selama  dua menit.  Sediaan  kemudian  dicuci  dengan  air  mengalir
untuk menghilangkan warna Eosin yang berlebih sebelum akhirnya dikeringkan. Sediaan  kemudian  dicelupkan  kedalam  alkohol  90    sebanyak  10  kali
celupan, alkohol absolut I sebanyak 10 kali celupan, alkohol absolut II selama 2 menit, xylol I selama 1 menit dan xylol II selama 2 menit. Sediaan ditetesi perekat
permount ,  ditutup  dengan  gelas  penutup,  dan  dibiarkan  kering  sesuai  dengan
metode  Bagian  Patologi  Fakultas  Kedokteran  Hewan  IPB.  Sediaan  siap  dilihat dan setelah perekat kering diamati menggunakan mikroskop cahaya.
Selain pewarnaan Hematoksilin-eosin HE seperti yang dijelaskan di atas, dilakukan  pula  pewarnaan  Periodic  Acid  Schiff  PAS  untuk  melihat  sel  goblet
lebih jelas. Pewarnaan Periodic Acid Schiff PAS diawali dengan deparafinisasi, kemudian  preparat  dibilas  dengan  akuades  lalu  direndam  kedalam  larutan  asam
asetat  1  selama  5  menit  dan  dibilas  kembali  dengan  akuades.  Preparat selanjutnya  dioksidasi  dalam  periodc  acid  1  selama  5-10  menit,  lalu  bilas
dengan  akuades  tiga  kali masing-masing  5  menit.  Preparat  dimasukkan  kedalam schiff  reagent
selama  15-30  menit,  dibilas  lagi  dengan  air  sulfit  10    sodium bisulfat
NaHSO
3
10  ml,  1  N  HCl  10  ml  dan  akuadesilata  200  ml  dengan masing-masing  2  menit  selama  bilasan  pada  masing-masing  larutan.  Setelah  itu
preparat dibilas dengan air kran mengalir selama 10-15 menit lalu dibilas dengan akuades.  Terakhir  dilakukan  dehidrasi  dengan  xylol  kemudian  ditetesi  perekat
permount ,  ditutup  dengan  gelas  penutup,  dan  dibiarkan  kering  sesuai  dengan
metode  Bagian  Patologi  Fakultas  Kedokteran  Hewan  IPB.  Sediaan  siap  dilihat dan setelah perekat kering diamati menggunakan mikroskop cahaya.
3.3.7 Pengamatan Histopatologi