Tabel 3 Hasil uji fitokimia ekstrak kelopak bunga rosela
Nama sampel Parameter uji
Hasil Satuan Teknik analisa
Ekstrak kelopak bunga Rosela
Fitokimia Alkaloid
Wagner positif
- kualitatif
Meyer positif
- kualitatif
Dragendorf positif
- kualitatif
Hidroquinon negatif
- kualitatif
Tanin positif
- kualitatif
Flavonoid positif
- kualitatif
Saponin positif
- kualitatif
Steroid negatif
- kualitatif
Triterpenoid negatif
- kualitatif
Ket: Hasil pengujian fitokimia ekstrak kelopak bunga Rosela, Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB
No. sertifikat 008I3.11.8LUB-CAXI2010 [18 November 2010].
Berdasarkan Tabel 3 yang disajikan di atas dapat diketahui senyawa aktif yang paling berpengaruh dalam penelitian. Fitokonstituen yang ditemukan dalam
ekstrak bunga rosela berupa flavonoid, polisakarida, dan asam organik, berpengaruh terhadap aktivitas farmakologinya Husaini et al. 2004. Bunga
rosela diketahui memiliki asam sitrat, tanin, dan glukosida seperti delfinidin-3- monoglukosida
dan delfinidin yang pada konsentrasi tinggi bersifat toksik bagi jaringan hewan dan manusia Ojokoh 2002. Tanin merupakan senyawa fenol
dimana derajat hidroksilasi dan ukuran molekulnya dapat membentuk komplek dengan protein Ojokoh 2006. Menurut Aletor 1993, asam sitrat memiliki
kemampuan mengikat logam, membentuk komplek dengan protein. Penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa glukosida sianogenik secara umum bersifat
menghambat proses katalisis enzim.
2.3 Mencit Mus musculus
Mencit Mus musculus merupakan hewan rodensia yang cepat berkembangbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya
cukup besar, serta sifat anatomis dan fisiologis terkarakterisasi dengan baik Malole dan Pramono 1989. Mencit telah digunakan sebagai subyek penelitian
sejak abad ke-19. Hingga kini, mencit menjadi hewan penelitian yang paling banyak dipakai untuk mempelajari teratologi, genetik, gerontologi, toksikologi,
dan karsinogenitas. Alasan penggunaan mencit sebagai hewan coba yaitu
memiliki potensial reproduksi yang tinggi, masa kebuntingan yang singkat, jangka hidup yang pendek, berukuran kecil, dan harga relatif murah Sirois 2005.
Gambar mencit disajikan pada Gambar 2.
Gambar 3 Mencit strain DDY Laboratorium Patologi FKH IPB. Mencit di atas memiliki sistem taksonomi sebagai berikut Besselsen
2004 : kingdom
: Animalia filum
: Chordata subfilum
: Vertebrata kelas
: Mamalia subkelas
: Theria ordo
: Rodensia famili
: Muridae genus
: Mus spesies
: Mus musculus Mus musculus
sering dijadikan sebagai hewan percobaan. Berbagai macam strain mencit yang dapat digunakan inbred maupun outbred dengan
karyotipnya yang telah diketahui. Pada kenyataannya, susunan genom mencit telah banyak diketahui dari pada spesies lain. Oleh karena itu mencit banyak
digunakan sebagai hewan coba mengenai genom mencit Wolfensohn dan Lloyd 1998.
Menurut Malole dan Pramono 1989, pemilihan hewan percobaan untuk kepentingan diagnosis harus mempertimbangkan spesies dan kondisi
fisiologisnya. Diagnosis penyakit yang disebabkan oleh antraks dan rabies sebaiknya menggunakan hewan coba mencit, sedangkan diagnosis penyakit akibat
enterobaktericeae dapat menggunakan hewan coba mencit maupun tikus. Hewan
percobaan kelinci baik digunakan pada penelitian mengenai hiperkolesterolemia karena peka terhadap kolesterol dan dapat menyimpan lemak tubuh dalam jumlah
yang besar. Berbeda dengan anjing, kucing, dan tikus yang resisten terhadap pakan yang mengandung kolesterol Sirois 2005.
Mus musculus memiliki ciri ukuran tubuh yang kecil sehingga mudah
ditangani dan dikembangbiakkan. Ekor mencit hanya ditutupi oleh rambut-rambut halus. Berbeda dengan tikus dan mamalia lain, sumsum dari tulang panjang
mencit selalu aktif seumur hidupnya. Sama halnya dengan tikus, mencit memiliki beberapa kelenjar diantaranya, saliva, paratoid serous, submaxillary, dan
sublingual. Ditemukan pula kelenjar Harderian. Mencit memiliki sinus orbitalis sedangkan tikus memiliki plexus orbitalis. Rata-rata umur Mus musculus 1 sampai
3 tahun dengan berat badan umum mencit jantan dewasa berkisar 20 sampai 40 gram dan betina 22 sampai 63 gram. Mencit memasuki usia dewasa pada umur 6
minggu, masa bunting selama 19 sampai 21 hari Sirois 2005. Penelitian ini menggunakan Mus musculus dengan strain DDY Deutch
Democratic Yokohama yang sering digunakan dalam banyak penelitian tentang
malformasi dan imunologi. Strain ini sangat baik untuk penelitian mengenai malformasi hewan yakni sensitifitas terhadap efek letal radiasi embrio mencit
pada tahap preimplantasi, sehingga dapat mempengaruhi hereditas. Sedangkan dalam penelitian imunologi, timbulnya penyakit pada strain ini tidak tinggi,
kemungkinan disebabkan oleh latar belakang genetik yang heterogen. Selain itu strain DDY juga dilaporkan mempunyai perkembangan yang cepat, berumur
panjang, dan memproduksi immunoglobulin A Ig A yang mirip dengan manusia Gu et al. 2002; Miyawaki et al. 1997.
Pada bidang kedokteran, hewan percobaan banyak digunakan untuk keperluan diagnosis. Penelitian-penelitian medis untuk kepentingan manusia
sering dilakukan menggunakan hewan percobaan. Menurut Wolfenshon dan Lloyd 1998, hewan percobaan terbagi atas 5 kelompok, yaitu 1 hewan
laboratorium berukuran kecil, seperti mencit, tikus, dan kelinci, 2 karnivora,
seperti kucing dan anjing; 3 primata, seperti Macaca dan babon, 4 hewan domestik besar, seperti domba, sapi, dan 5 kelompok hewan lainnya, seperti
unggas.
2.4 Duodenum 2.4.1 Anatomi dan Histologi Duodenum